38°C
22 April 2024
Artikel IAIN Kampus Kota Metro Mahasiswa

Filosofi Ketupat

  • Juni 9, 2019
  • 2 min read
  • 42 Views
Filosofi Ketupat

Setelah atau sebelum Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Indonesia biasanya memasak makanan khas hari raya yaitu Opor Ayam. Masakan ini biasanya berpasangan dengan ketupat. Ketupat bahkan menjadi ikon hari raya Idul Fitri di Negara kita. Buktinya, ketika ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar dua buah ketupat atau lebih.

Taukah anda, ketupat memiliki filosofinya sendiri. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa, ketupat atau kupat merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku Lepat artinya mengakui kesalahan, Laku Papat artinya empat tindakan. Yang terdiri dari Lebaran (usai), Luberan (meluber/melimpah), Leburan (habis/lebur), Laburan (labur/kapur).

Anyaman kulit yang rumit dan saling tumpang tindih mencerminkan perjalanan hidup yang sering kali diselingi oleh kesulitan dan masalah, dan hal yang wajar jika kita sering kali melakukan kesalahan. Sedangkan arti tali anyaman yang tidak putus, menggambarkan pentingnya tali silaturahmi.

Ketupat di Tanah Jawa tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Dalam perayaan Idul Fitri, tentunya di situ ada satu hal yang tidak pernah pisah dari perayaan Ketupat Lebaran. Istilah tersebut telah menjamur disemua kalangan umat Islam terutama di pulau Jawa.

Selain memiliki makna, ketupat pun memiliki filosofi yang terkandung di dalamnya. Seperti dilansir dari islamidia.com, ada 4 filosofi yang terkandung dari ketupat, yaitu :

1. Mencerminkan beragam kesalahan
manusia
Dari rumitnya cara membungkus ketupat mencerminkan beragam kesalahan manusia.

2. Kesucian hati
Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan
Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

Baca Juga:  Pelantikan Ormawa IAIN Metro Periode 2020, Jadikan Ormawa yang Profesional

4. Saling memaafkan
Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “Kupa Santen“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf). Santan atau santen bagi orang Jawa sebagai “pangapunten” atau memaafkan.

Secara umum ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

(Reporter/Fitri)

Sumber :

https://www-idntimes-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.idntimes.com/life/inspiration/amp/irma-wulandriani/filosofi-hidup-ketupat-c1c2?

Sejarah, Makna dan Filosofi Ketupat dalam Tradisi Lebaran

https://www.tagar.id/filosofi-ketupat-bagi-orang-jawa/amp/#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *