38°C
29 March 2024
Aktual

Masjid STAIN Kotor, Tanggungjawab Siapa?

  • Desember 11, 2014
  • 3 min read

 

Foto Sulis MASJID ADZKIYA. Teras masjid Adzkiya STAIN Metro bagian perempuan dijadikan tempat istirahat para mahasiswi, Kamis (9/10). Nampak lebih dari 10 mahasiswi STAIN Metro sedang beristirahat menggunakan teras masjid untuk makan jajanan yang dijajakan pedagang yang ada di luar pagar masjid
Foto: Kronika/Sulis
MASJID ADZKIYA. Teras masjid Adzkiya STAIN Metro bagian perempuan dijadikan tempat istirahat para mahasiswi, Kamis (9/10). Nampak lebih dari 10 mahasiswi STAIN Metro sedang beristirahat menggunakan teras masjid untuk makan jajanan yang dijajakan pedagang yang ada di luar pagar masjid

Banyak mahasiswa yang menjadikan masjid sebagai tempat istirahat bahkan dijadikan tempat makan, dan kebersihan toilet perempuan sangat memprihatinkan sering tidak ada air, kotor dan bau.

STAIN<KRONIKA>; Masjid yang banyak menjadi icon sebuah daerah atau kelembagaan, tentu menjadi salah satu tempat yang menjadi pusat perhatian masyarakat. Masjid Adzkiya STAIN Metro, yang berdiri pada tahun …. kini mulai banyak permasalahan. Kotor, bau dan berlumut itulah kondisi tempat wudhu dan toilet di Masjid Adzkiya STAIN Jurai Siwo Metro. Di dalam masjid juga tak lebih baik dari kondisi diluarnya seperti, karpet berdebu yang menyisakan bekas di jidad saat sujud sholat dan terlipat-lipat tak rapih.

Santiya mahasiswa PBS/III mengatakan, kebersihan masjid masih kurang terjaga karena tidak seperti fungsi masjid pada umumnya. Ia menambahkan, masjid yang seharusnya digunakan sebagai tempat ibadah, namun banyak mahasiswa yang menjadikan masjid sebagai tempat istirahat bahkan dijadikan tempat makan. “Kebersihan toilet perempuan sangat memprihatinkan sering tidak ada air, kotor dan bau tidak seperti toilet di masjid-masjid diluar kampus, bahkan masjid yang ada di Kampus Polinela yang notabene bukan kampus Islam malah lebih bersih dan rapih”. Kata Santiya.

Hal senada juga diungkapkan Faisal PBA/V. Ia mengatakan, untuk kebersihan masjid sudah cukup bagus, namun tidak pada toiletnya. “Di toilet sangat kotor dan bau, sepertinya jarang dibersihkan. Di masjid itu, biar terawat harus ada marbotnya” Ujarnya.

Nuryanto, sekertaris Unit Pengembangan Islam (UPI) yang diberikan kewenangan mengelola masjid Adzkiya mengatakan bahwa pengelolaan masjid memang tidak ada anggaran dari lembaga. Sehingga dalam memenuhi perlengkapan dan fasilitas yang ada dimasjid berasal dari infak yang diberikan oleh masyarakat kampus. “Mukena baru yang ada di masjid itu berasal dari sumbangan dari beberapa mahasiswa, dosen, dan lembaga. Selain itu, peralatan masjid seperti microphone, itu dibeli dari uang kotak amal yang ada di masjid,” Kata Nuryanto.

Baca Juga:  Memberdayakan Ekonomi Syariah Melalui LCT

Nuryanto menambahkan bahwa sering terdapat sampah yang ada di tempat wudhu laki-laki yang menyebabkan ketidaknyamanan penggunanya. “Kadang sering ada nasi yang berserakan di tempat wudhu laki-laki, sehingga risih melihatnya. Sering saya mengetahui siapa yang membuang, padahal sudah diingatkan, tapi masih saja dibuang kesitu,” ujarnya.

Nuryanto menjelasakan, bahwa sebelumnya pengelolaan masjid di tangani oleh salah satu mahasiswa yang bersedia menjadi marbot masjid, sehingga masjid lebih terawat lebih baik daripada saat ini. “Waktu itu, masjid ini ada marbotnya, bernama Iin Agus. Dia menjadi marbot selama 3 tahun, dan tinggalnya di pos satpam deket masjid. Sekarang Agusnya sudah menikah, dan akan digantikan oleh adiknya, Isdi, tapi tidak ada tempat tinggal untuk marbotnya, jadi sekarang tidak ada marbotnya,” jelas Nuryanto.

Nuryanto berharap kepada seluruh warga kampus untuk dapat sama-sama menjaga kebersihan masjid, dan menjaga barang-barang yang ada di masjid. “kepada seluruh masyarakat kampus mari sama-sama kita memakmurkan masjid seperti dengan sholat berjama’ah setiap harinya,” harap Nuryanto.[] (Kronika/Wulan)

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *