PADA UJUNG SENJA
***
Aku menyukai kesunyian, aku sangat membenci keramaian. Aku bukan pribadi yang mudah bergaul dengan siapa saja. Aku menutup dalam duniaku, tak mengizinkan seorangpun masuk dalam dunia ku yang tenang dan nyaman.Aku malu untuk hanya sekedar bertatapan langsung dengan orang lain ataupun berbicara, aku terlalu kaku untuk mengerti sosialisasi.Apapun itu, aku berusaha menghindar dari pergaulan. Karena keramaian selalu membuatku terlihat bodoh, membuat ku merasa dikucilkan. Keramaian seolah menelanku perlahan dalam kesempitan yang akan membunuhku hidup hidup.
“Maaf, boleh aku duduk dibangku ini?”Aku menoleh dan mendapati seorang lelaki berkaca mata tengah tersenyum kepadaku.Aku menunduk kikuk, tepekur dalam bangku kecilku.
“Apakah aku mengganggumu?” ucapnya lagi karena melihatku diam tak bergeming sedikitpun.Aku masih menundukkan kepalaku seraya menggelengkan kepala dan kembali focus pada novel ditanganku.sebuah tarikan kursi terdengar olehku, lelaki itu sepertinya mulai duduk di depan meja ku.
Keadaan kembali hening, namun tangan ku terus menerus bergetar akibat lelaki asing di depanku ini.Suatu fakta yang aneh bila orang lain mengetahui kalau aku sangan takut dengan lelaki.Sesekali mataku melirik ke arahnya dan mendapatinya sedang menatapku.Aku mulai merasa jengah, kalimat kalimat dalam novelku seakan kabur tanpa ada yang bisa ku pahami.
“Aku sering melihatmu menyendiri”Suara halus itu kembali terdengar.Aku diam tak meresponnya, terus berusaha focus pada novelku.Tangan itu menarik novel ku secara perlahan dan tiba tiba, meletakkannya diatas meja dengan posisi tertutup yang sempurna,
“Kau wanita yang unik” ia tersenyum
“Bisakah kita berteman?” lanjutnya , ia masih setia menunjukkan senyumnya seraya mengulurkan tangannya kepadaku.
Aku menatapnya dengan kesal yang tertahan, tangan mungilku mendekap erat novel yang ditariknya secara tiba tiba.
“Maaf,” jawabku yang terdengar seperti bisikan.
Aku menyambar ranselku dan beranjal pergi dari perpustakaan ketika sebuah suara menghentikan langkahku.
“Aku hanya ingin berteman denganmu, maaf kalau aku mengganggu
”Aku berbalik dan melihatnya tersenyum tulus.
“Kau tau? Aku juga menyukai novel fantasy mungkin saja kita bisa saling bertukar argumentasi tentang novel fiksi”Ekor matanya melirik ke novel yang sedang ku dekap.
“Sampai bertemu lagi, aku menyukai wanita sepertimu”Nafasnya tertahan ketika mengatakan kalimat terakhirnya.
Aku menundukkan kepalaku dan melangkahkan kakiku keluar dari perpustakaan.
***
**Bersambung**
Penulis : Bunga Puspita Sari