Sejauh reluk kisah hidupku
Tanganmu masih terbuka memeluk jiwa
Insan pertama yang menerima kurangku
Tak peduli luka menyayat yang terbeban di bahu
Suara itu kembali menggema
Namun, sudah berbeda
Tidak sekuat nadamu dahulu
Tangan kasarmu bukti nyata pengorbanan
Lelah matamu
Raut wajahmu
Redup, tak lagi terang
Tanpa balas juga jasa
Semboyan seumur hayat
Ibu, maafkan anakmu
Di usia senjamu
Aku pergi demi asa
Namun, tangis rindumu
Akan menjadi wujud nyata sebuah doa
Tunggu aku dalam diam rumahmu
Kupasti kan datang dengan peluk hangat yang merindu
Sekejap lagi, tolong kuatkan doamu
Agar kita bertemu di posisi yang sudah ditentu
(Penulis/Fika)