Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro akan segera merealisasikan Program Ma’had Al-jamiah, yang rencananya akan diberlakukan kepada mahasiswa baru (Maba) angkatan 2022. Hal ini diungkapkan langsung oleh Mudir Ma’had Al-Jami’ah, Nuryanto.
“Untuk saat ini belum diwajibkan untuk mondok bagi mahasiswa yang umum ataupun yang KIP (Kartu Indonesia Pintar., red) akan tetapi bagi para mahasiswa yang ingin mondok itu sangat diharapkan dan kami siap menerima, tetapi tidak diwajibkan atau diharuskan untuk semester ini (Semester II., red), akan tetapi untuk Tahun Ajaran baru insyaallah akan diwajibkan mondok untuk mahasiswanya,” ungkapnya saat diwawancarai Kronika pada 8 Februari lalu.
Program Ma’had Al-Jami’ah sebelumnya akan diberlakukan kepada mahasiswa angkatan 2021. Namun, akibat banyak penolakan dari mahasiswa, rencana ini dibatalkan. Program ini kemudian diwajibkan untuk seluruh mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) 2021, tetapi rencana tersebut juga dibatalkan.
Program Ma’had Al-Jami’ah juga sudah terdapat pada sistem informasi akademik (Sismik) IAIN Metro, bahkan sempat membuka pendaftaran pada 29 Januari 2022–14 Februari 2022. Terdapat tiga pilihan pesantren yaitu Manbaul Huda, Miftahul Huda, dan Nurussholihin.
Nuryanto mengatakan bahwa Rektor IAIN Metro, Siti Nurjanah, sudah menjalin Memorandum of Understanding (MoU) kepada beberapa pesantren yang akan menjadi mitra pada program Ma’had Al-jamiah ini. Program ini merupakan rancangan kurikulum baru untuk mahasiswa yang mendaftar dan menjadi salah satu syarat kelulusan untuk pengambilan sertifikat Ma’had Al-jamiah.
Ia juga menjelaskan bahwa sebagai salah satu syarat kelulusan dari kampus, mahasiswa mempunyai sertifikat lulus Belajar Baca Tulis Al-Qur’an (BBTQ), yang saat ini ditangani oleh Ma’had Al-Jami’ah. Namun, mahasiswa angkatan 2021 yang telah mengikuti test Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) dan Praktik Pengalaman Ibadah (PPI) pada Desember 2021 lalu, belum diwajibkan untuk mondok.
“Mahasiswa yang sudah melaksanakan placement test dan dinyatakan lulus akan diberikan sertifikat, dan yang belum lulus belum diwajibkan untuk mondok saat ini. Maka terserah mereka mau belajar di mana yang terpenting ketika diadakan test ulang dia bisa melakukan test tersebut, di antaranya ada test membaca al-Qur’an, bacaan sholatnya, niat mandi wajib, dan lain-lain,” jelasnya.
Lebih lanjut, Nuryanto menjelaskan, apabila terdapat mahasiswa semester IV ke atas yang belum lulus BBTQ, dapat menghubungi pihak Ma’had Al-Jami’ah. “Adapun untuk semester IV ke atas yang belum mengambil program BBTQ, silakan datang ke Pak Saifulloh karena nanti akan dicatat,” ujarnya.
Untuk saat ini, Nuryanto mengatakan bahwa persiapan program Ma’had Al-jamiah belum matang, masih terdapat beberapa kendala dari berbagai aspek, seperti segi fasilitas. Ada salah satu pesantren mitra yang belum selesai pembangunannya, tetapi, Nuryanto mengatakan bahwa hal tersebut akan segera dibenahi.
Tak hanya tiga pilihan pesantren, terdapat juga tujuh pesantren yang sudah bekerjasama dalam program Ma’had Al-jamiah. Namun, untuk saat ini di sismik hanya tercantum tiga pilihan pesantren, menimbang persiapan-persiapan yang belum selesai. “Harapannya ke depannya nanti bisa menjalin kerja sama dengan pondok yang lain, seperti At-Tanwir, dan sebagainya,” ujarnya.
Nuryanto berpesan kepada seluruh mahasiswa agar belajar dengan sesama teman-temannya, memanfaatkan ilmu dari temannya dan belajar apabila merasa kurang mengenai keilmuannya. “Kami juga akan menangani yang belum bisa dan lancar ngajinya. Adapun sistemnya bisa di pondok, di kampus seperti UPI (Unit Pengembangan Islam., red) dulu, baik untuk angkatan ini maupun angkatan sebelumnya. Dimohon keikhlasannya untuk menjalani program ini untuk mahasiswa agar menjadi lebih baik,” tutupnya.
(Reporter/Abizar/Irsyad)