Hari yang cerah pada tanggal 28 Mei yang angkanya di kalender berwarna merah. Tepat hari libur nasional hari raya waisak dan bertepatan pula dengan Pelatihan jurnalistik Lampung yang diadakan oleh UKPM Kronika dan berlangsung selama tiga hari. Di tengah kesibukan mempersiapkan kegiatan ini, saya sibuk pula mempersiapkan keberangkatan saya ke Medan. Yang hari itu untuk mengikuti Ajang Pelatihan Jurnalistik Nasional Teropong (ALMAMATER) se-Indonesia yang diadakan oleh lembaga pers mahasiswa Teropong di Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara (UMSU). Yang hal itu diamanahkan oleh kanda Rosyadi Ahmad selaku pemimpin umum dan yunda Tia Iriani selaku pemimpin redaksi yang mengutus saya untuk mengikuti ajang jurnalistik ini.
Acara ini berlangsung pada tanggal 31 Mei sampai 5 Juni 2010. Berat rasanya meninggalkan teman-teman disaat mereka sedang sibuk dengan kegiatan Kronika. Tapi demi tuntutan untuk menununtut ilmu, saya relakan ini semua kepada Allah SWT. Dan dalam hati saya berkata memohon, “Ya Allah lindungilah mereka dan bantulah disetiap kesulitannya, saya yakin dibalik ini semua Engkau akan memberi suatu hikmah”.
Pada hari yang sama, pukul 17.00 WIB saya menuju Bandar Lampung yang diantar oleh kanda Khabib agung selaku pemimpin usaha dengan sepeda motor. Terlebih dahulu menuju Universitas Lampung karena keberangkatan saya berbarengan dengan utusan dari UKPM Teknokra Unila. Jadi, pers mahasiswa asal lampung hanya dua orang yaitu saya sendiri, Mustahsin dari kronika dan Ricky P Marly dari Teknokra. Dan jabatan kami berdua di UKPM pun sama yaitu sebagai redaktur pelaksana. Waktu sudah petang dan jarum jam menunjuk ke angka sembilan, kami segera menuju ke terminal Raja Basa untuk menaiki bus keberangkatan kami ke Medan. Pada pukul 21.30 WIB bus yang kami naiki mulai melaju untuk meninggalkan Lampung.
Dalam perjalanan menuju ke Medan, harus menempuh waktu dua hari dua malam dan menempuh jarak yang tak dapat ku hitung jauhnya. Pada hari Minggu pukul 19.00 WIB, kami telah menempuhnya dan telah sampai di kota Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Rasa lelah dan lesu dirasakan oleh ku. Dan tidak menunggu lama-lama, aku mengambil hand phone dari tas kecil ku untuk menghubungi panitia agar segera menjemput. Wajar, karna baru pertama kali ke kota ini. Setengah jam kemudian dari pihak panitia datang menjemput dan segera menuju UMSU. Di pertengahan perjalanan kami diberhentikan di pusat kota dan mata saya langsung mengarah ke salah satu bangunan dan secara spontan hati saya berkata, “Subhanallah alangkah Indah dan megahnya bangunan ini, Ini semua merupakan bukti kekuasaan dan kebesaran Mu Ya Allah,”.
Bangunan itu adalah masjid Al-Mahsun yang sekarang ini terkenal dengan Masjid Raya Medan. “Berada di dekat masjid ini seperti di daerah Timur Tengah,” ujar ku kepada salah satu panitia. “Halo…!,” Kata itu tiba-tiba keluar secara bersamaan dan ramai menegur ku. Ternyata mereka adalah peserta Almamater yang lebih dahulu datang ke kota ini. Dan mereka terlihat sedang santai di pinggir pagar masjid sambil menikmati makanan dan pemandangan kota medan yang ramai dan padat. Selain itu diramaikan pula oleh sebagian panitia yang saat itu sedang mengajak mereka jalan-jalan keliling kota Medan. Di situlah perkenalan antara peserta Almamater dan panitia di awali.
Tapi sayang sekali, kami berdua tidak dapat berlama-lama di lokasi yang sangat strategis itu. Karena alasan lelah dan lesulah yang terus menghantui kami. Perjalanan menuju kampus UMSU dilanjutkan. Dalam waktu singkat sampailah ke tujuan serta pertama kalinya menginjakkan kaki di UMSU dan sekretariat LPM Teropong. Berselang kemudian rekan seberangkatan saya mengeluh lapar. Akhirnya kami berkeliling lagi dan didampingi oleh beberapa panitia menyusuri jalan untuk mencari makanan. Memang pada saat itu waktu sudah larut malam dan kami pun belum makan, malam itu. Jarum jam terus berputar dan malam pun semakin larut. Dan saat itu kami di bawa ke kos-kosan salah satu panitia untuk beristirahat dan mempersiapkan menyambut hari esok yang cerah.
Adzan berkumandang, tanda senja pagi hari baru dimulai. Rasa senang pun menyambut di hati. Karena hari itu, Senin 31 Mei 2010 telah hadir dimata. Dan pembukaan acara Alamamater ini akan berlangsung. Pagi itu pula aku mempersiapkan diri untuk menyambutnya. “Pasti akan banyak teman di hari ini,” batinku. Baju kebesaran Almamater STAIN Jurai Siwo Metro saya persiapkan untuk dipakai pada saat acara itu berlangsung.
Di siang hari, pertama kalinya pula saya merasakan panasnya yang luar biasa di kota Medan yang sudah di jamuri oleh bangunan-bangunan tinggi dan megah. Serta ditambah udara yang sudah bercampur dengan kotoran dari kendaraan bermotor yang terus lalu-lalang di setiap jalan kota ini tanpa menyisakan ruang. “Almamdulillah, kota ku di Lampung belum seramai ini, jadi masih terasa nyaman,” ucapku kepada salah satu peserta. Waktu menuju pukul 13.00 WIB dan kami menyegerakan untuk menuju ke aula UMSU karena harus hadir untuk mengikuti acara pembukaan. Tepat pukul 14.00 siang, acara dimulai dan di awal acara, kami disuguhkan dengan tarian khas adat Melayu yaitu tari persembahan adat Melayu dan tari Tor-tor dari adat Batak. Acara ini dibuka oleh rektor UMSU, Drs. Agussani M.Ap. Terlihat teman-teman pers mahasiswa antusias melihat tarian-tariannya karena sangat menampilkan budaya dan kesenian daerah setempat. Tak ketinggalan semua peserta sibuk mendokumentasikannya dengan kamera yang dibawanya.
Peserta Almamater sendiri dihadiri oleh 25 peserta yang berasal dari berbagai provinsi dan perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Yaitu dari yang paling barat Indonesia ada Siti Aminah utusan dari LPM Sumber Post IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Rabithah Sari siregar, Heni Yusnidar Sinaga, Budiah Sari Siregar, Resti Ayu Dwifani dan Abdul Halim Rao utusan dari LPM Kreatif Universitas Negeri Medan. Wan ulfa Nur Zuhra dan Sahnaz A Yusuf utusan dari LPM Suara USU Universitas Sumatera Utara. Muhammad Ihsan, Syahriani dan Indah Purnama Sari utusan dari LPM Dinamika IAIN Sumatera Utara. Kasito Situngkir dan John Daniel utusan dari BOM LPM-ITM Institut Teknologi Medan. Sufiani dan Nur Amin utusan dari LPM Gagasan UIN Suska Riau. M. Anasrul Dwi Nouriansah utusan dari LPM Ukhuwah IAIN Raden Fatah Palembang. Saya sendiri, Mustahsin utusan dari UKPM Kronika STAIN Jurai Siwo Metro. Ricky P Marly utusan dari UKPM Teknokra Universitas Lampung. Siti Zumrokhatun utusan dari BP2M Unnes Universitas Negeri Semarang. Daniel Pekuwali dan geritz Febrianto utusan dari LPM Scientiarium Universitas Kristen Satya Wacana, Sala Tiga. Jatmiko utusan dari LPM Motivasi Universitas Sebelas Maret, Solo. Dan terakhir Achmad khoirudin utusan dari LPM Balairung Universitas Gajah Mada, Jogjakarta.
Setelah acara pembukaan selesai kami menuju tempat pelatihan yang mulai berlangsung dikeesokan harinya menggunakan mini bus UMSU fakultas kedokteran. Tempat pelatihan sekaligus penginapan kami di Mess Dinas Pertanian Sumatera Utara. Lokasinya Lumayan terpojok dari pusat kota. Tapi, Suasananya tenang dan nyaman karena tidak terlalu ramai oleh kendaraan dan kesibukan dari masyarakat kota besar ini. Tentu saja, pelatihannya pun berjalan dengan baik dan tidak ada yang menggangu. Sebelumnya pada tanggal 01 Juni 2010, pelatihan jurnalistik dimulai. Pada hari pertama kami disuguhkan dengan materi “Etika Penulisan pada citizen journalism,” yang disampaikan oleh Rika Yoes selaku pemateri dari Aliansi jurnalis Independen (AJI) Medan. Dan kedua materi yang bertema “Citizen journalism pada foto,” yang disampaikan oleh Chalid Nasution pemateri dari Fotographer agency Photo Zuma Press. Pada malamnya nonton bareng film Balibo yang menceritakan perjuangan pers asal Australia yang meliput tragedi kerusuhan di Timor-timor dan akhirnya wafat dalam menjalankan tugas akibat dibunuh oleh tentara Indonesia. Yang hal ini merupakan film yang dibuat dari peristiwa nyata.
Hari selanjutnya, Rabu tanggal 02 Juni 2010. Materi ketiga diberikan dengan tema “Blog pada Citizen journalism,” yang disampaikan oleh Iwan pilliang, ia pemateri dari ketua tim verifikasi kasus kematian David wijaya dan Prita. Dilanjutkan dengan praktek reportase sekaligus evaluasi hasil reportasi di siang harinya hingga waktu sore. Pada malam harinya kami diskusi dengan Forum Alumni Teropong (Format), Dalam rangka memperkenalkan dan mempererat tali persaudaraan dengan para alumni Teropong.
Dihari kamis, 03 Juni 2010. Dari pagi hari hingga sore, materi keempat disampaikan oleh Sururi Al-Faruq dari pimpinan redaksi Seputar Indonesia dengan tema “Citizen journalism pada media cetak.” Namun pada saat ini ada kendala waktu. Karena pemateri, Sururi Alfaruq mendapat agenda rapat yang tidak dapat di tinggalkan. Dan siang itu beliau harus menuju ke Jakarta untuk menhadiri rapat itu. Yang secara terpaksa pun kami mengizinkannya, yang saat itu pula para peseta menyayangkan hal itu. Dan akhirnya di siang hari hingga sore waktunya kosong dan dari kebanyakan peserta dimanfaatkan untuk istirahat dengan tidur siang. Dan memang pada saat itu rasa lelah ada pada kami semua.
Jum’at, 04 Juni 2010. Kami diberi tugas untuk praktek lapangan. Yang sebelumnya seluruh peserta dibagi beberapa kelompok untuk liputan. Lokasi peliputan sudah di tentukan oleh panitia, yaitu di Masjid Raya Medan, Istana Maimoon, Pajak pasar ikan dan Stasiun besar Medan. Dan kelompok saya yang terdiri dari Jatmiko, Geritz Febrianto, Sufiani, Mustahsin dan Diah Sari Siregar mendapatkan tugas liputan yang berlokasi di Istana Maimoon. Setelah selesai liputannya, kami pun tak melewatkan untuk mendokumentasi hal ini dengan berfoto-foto didalam dan di luar Istana Maimoon. Tak lama kemudian matahari hampir barada di atas kepala dan saya bersama teman-teman yang khususnya laki-laki dan beragama muslim bergegas pergi untuk menunaikan shalat jum’at ke masjid Raya medan yang jaraknya sekitar 100 m dari Istana Maimoon. Setelah Ba’da jum’at, seluruh peserta baik yang berada di Stasiun besar, pajak pasar ikan, Masjid Raya Medan berkumpul di pekarangan Istana Maimoon. Hal itu diinstruksikan oleh panitia, karna akan dibawa ke salah satu rumah makan untuk makan siang. Warung makam Purwodadi Pulobrayan lah namanya. Disini kami dihidangkan soto Medan yang rasanya dan bentuknya yang khas. Namun rasanya tak kalah enaknya. Yang jelas berbeda dengan soto yang ada di Lampung. Dan saat itu pula pertama kalinya saya merasakan soto Medan.
Pada pukul 20.00 petang, penutupan acara ALMAMATER pun harus tiba. Rasa sedih dan haru pun menyelimuti suasana kala itu. Karena rasanya belum rela meninggalkan teman-teman semua yang akan segera berpisah dan pertemuan kami akan dihalangi oleh jarak. Tapi, kami yakin suatu saat kami akan bertemu kembali. Menariknya, di tengah-tengah acara ini, panitia mempersiapkan malam Award. Pada malam itu panitia memberikan kenang-kenangan dan penghargaan kepada peserta yang mendapatkan prestasi dan bakat yang dimiliki. Yang meraih award yaitu Ricky P Marly dari UKPM Teknokra mendapatkan award terkritis. Award terfavorit diberikan kepada Geritz Febrianto utusan dari LPM Scientiarium. Muhammad Ihsan utusan LPM Dinamika mendapat award termodis. Award photo of the day diberikan kepada Daniel Pekuwali utusan dari LPM Scientiarum. Award best couple Almamater kategori wanita diberikan kepada Siti Aminah utusan dari LPM Sumber Post. Dan award best couple Almamater kategori pria diberikan kepada saya sendiri.
Setelah penyerahan award, kami langsung foto bersama untuk mendokumentasikan yang akan menjadi kenang-kenangan disaat telah pulang ke kota masing-masing. Bahkan disaat itu, sebagian peserta yang pakaiannya rela dicoret-coret untuk meminta tanda tangan dari seluruh peserta. Akhir acara, seluruh panitia berbaris dan peserta bersalaman dengan mereka secara bergantian.
Pada pukul 22.00 malam, Hal yang ditunggu-tunggu oleh semua peserta datang. Yang saat itu kami akan field trip ke Danau Toba dengan menaiki bus yang ukurannya besar. Tepat saat matahari mulai sedikit memancarkan bola pijarnya, kami telah sampai di Parapat dan berhenti tepat di depan Masjid Raya Parapat. Tidak menunggu lama-lama saya menuju ke masjid itu untuk shalat subuh. Saat matahari menerangi seluruh pemandangan disekitar itu, Danau Toba yang merupakan danau terbesar di Indonesia menampakan keindahan panorama alamnya. “Subhanallah,” kalimat itu secara spontan terlontar dari bibir ku. Kami semua bergegas mengeluarkan kamera dan langsung mendokumentasikan. Berbagai gaya dan ekspresi kami lakukan untuk mendapatkan hasil gambar terbaik dengan latar keindahan Danau itu.
Waktu terus berputar, pada pukul 09.00 pagi kami menaiki kapal mesin untuk menuju pulau Samosir yang letaknya berada di tengah danau Toba. Angin segar berhembus yang menemani setiap saat perjalanan kami di perairan. Rasa senang dan bahagia terpancarkan dari wajah kami semua. Akhirnya satu jam perjalanan kami pun sampai di pulau yang dituju. Di pulau itu banyak para pedagang yang menjajakan dagangannya disepanjang ruas jalan. Mulai dari aksesoris, souvenir, pakaian, sampai berbagai makanan yang memiliki khas di daerah itu ada. Di pulau itu kami berkunjung ke objek wisata budaya kuburan tua Raja Sida Butar. Yang konon merupakan Raja yang memiliki kesaktian ilmu yang luar biasa di masa ia hidup, “Wallahualam.”
Setelah puas menelusuri pulau kecil itu, kami bergegas kembali untuk menuju Parapat dan beristirahat disana sambil menikmati pemandangan danau itu. Tak lama dari itu, salah satu peserta mulai menceburkan diri ke danau. Secara langsung sebagian peserta dan panitia ikut menceburkan diri untuk menikmati mandi di danau Toba. Dan rasa keinginan untuk mandi di danau itu, menyelimuti ku. Ya, tak lama kemudian aku pun ikut bergabung. Rasa dingin tapi menyegarkan berada di dalam air. Dan tak lama-lama aku pun mengentaskan diri dan langsung berjemur d pinggir danau.
Matahari mulai senja, kami bergegas kembali ke bus karena masih ada suatu tempat yang masih kami kunjungi. Yaitu Kebun Binatang Pematang Siantar. Disana kami dimanjakan dengan hewan-hewan yang langka dan dalam perlindungan pemerintah. Mulai dari hewan asal Timur tengah seperti Onta sampai khas Asia seperti Orang Utan. Adapun Binatang buas seperti Harimau, Macan, Buaya, beruang, ular Pithon dll, ada disini. Saat hari mulai gelap kami bergegas untuk kembali ke kota Medan. Hari itu terasa puas setelah rekreasi di beberapa lokasi pariwisata yang ada di Sumatera Utara. Pukul 21.00 malam kami sampai di UMSU dan dengan segera kami turun dari bus. Keesokan harinya pun para peserta satu persatu pergi meninggalkan kota Medan menuju kota masing-masing untuk mulak (pulang).
Tapi kata mulak pada saat itu belum berlaku bagi sebagian peserta, termasuk saya sendiri. Karena sudah direncanakan setelah pelatihan selesai kami akan berkunjung ke LPM Suara USU dan LPM Kreatif. Karena letak sekretariat LPM itu masih dapat dijangkau dan memang letaknya berada di kota Medan. Tujuannya untuk menjalin silaturahmi dan study banding. Disitu kami mendapat pengalaman baru dan lebih saling mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada di setiap LPM. Memang pada dasarnya setiap masing-masing LPM memiliki permasalahan dan ciri khas tersendiri.
Sekitar pukul 18.00 tanggal 7 Juni, kami berdua utusan asal Lampung harus pergi meninggalkan kota Medan. Dan tujuan kami saat itu tidak langsung menuju ke Lampung. Tapi kami ingin bersinggah dulu di Palembang. Keesokan harinya pada pukul 05.00 sampai lah kami di kota yang terkenal dengan empek-empeknya. Disana kami berkumpul dengan persma yang ada di palembang diantaranya teman-teman dari LPM Gelora Sriwijaya, LPM Limas dan LPM Ukhuwah. Dengan tidak menyia-nyiakan moment itu, bersama-sama kami semua jalan-jalan ke jembatan Ampera yang letaknya berada di sungai Musi. Selain itu, kami pun mengunjungi pulau Kemaro yang letaknya berada di tengah sungai Musi. Untuk menuju pulau itu, kami harus mengarungi sungai Musi dengan menaiki perahu motor. Keceriaan terpancar dari wajah kami saat itu. Saat menginjakan kaki pertama kalinya di pulau yang mempunyai karakteristik khas pulau Cina. Di pulau itu kami menghabiskan waktu untuk menikmati indahnya panorama alam di pulau Kemaro.
Setelah puas mngelilingi pulau itu, kami kembali ketepian sungai. Dan berkunjung ke LPM UMP (Universitas Muhammadiyah Palembang). Tak terasa hari pun sudah gelap dan kami harus kembali ke sekretariat LPM Ukhuwah untuk melepaskan lelah di hari itu. Keesokan harinya tepat pukul 09.00 kami meluncur pulang ke Lampung menaiki kereta api. Dan untuk mencapai tujuan itu harus menempuh waktu 10 jam lamanya. Dan Almadulillah di sore harinya, akhirnya sampailah kami berdua di tanah kelahiran dengan selamat.[]
Oleh: Mustahsin
1 Comment
wow…seruuu ya…