Kronika

Kampus

Budaya Membaca, Menambah Wawasan

  • Juni 11, 2012
  • 8 min read
  • 224 Views

Oleh: Wahyu, Mego, Aris

Buku, Stain Metro, Kronika, Lampung, Jendela Dunia,   Membaca adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi selain dengan mendengarkan dan melihat. Informasi yang di dapatkan adalah informasi tertulis. Membaca perlu ditekankan kepada setiap individu sejak dini, karena informasi yang paling mudah untuk kita peroleh adalah melalui bacaan, baik koran, majalah tabloid, buku-buku, dan lain lain. Orang yang menerapkan budaya membaca dalam hidupnya akan dipenuhi oleh informasi yang up to date dan ilmu pengetahuan.
Minimnya budaya membaca di kalangan remaja Indonesia perlu di perhatikan. Problema tersebut, tidak bisa dianggap remeh, karena besarnya rasa cinta membaca sama dengan kemajuan. Artinya, suatu tingkatan minat baca seseorang menentukan tingkat kualitas serta wawasanya. Kebiasaan membaca perlu ditingkatkan terutama kepada para remaja Indonesia. Dalam proses belajar mengajar, mustahil berhasil tanpa adanya “membaca”. Suatu asumsi menyatakan budaya membaca lebih penting dari pada sekolah dalam tujuan mencapai kesuksesan. Suka membaca tanpa bersekolah masih berpeluang dalam mencapai kesuksesan, karena membaca membuat pola pikir kita luas dan tajam. Meningkatkan tingkat kreatifitas kita dalam bekerja atau menciptakan lapangan kerja guna mencapai kesuksesan. Sedangkan tidak suka membaca tapi bersekolah, peluang untuk mencapai kesuksesan lebih kecil, banyak lulusan kuliah yang menjadi seorang pengangguran karena minat bacanya pasti kurang.
Maka dari itu membaca sangatlah penting bagi semua umur. Dari umur ketika kita mulai bisa membaca sampai kita tuapun kita haruslah terus menerapkan budaya membaca. Budaya membaca sangat bermanfaat untuk memperdalam ilmu pengetahuan baik itu dari sekolah maupun dari luar sekolah, karena kita hanya dapat 25 persen dari bangku kuliah dan sisanya 75 persen itu kita peroleh sendiri . Dengan budayakan membaca sejak dini akan membuat kita tahu akan dunia di luar rumah tanpa harus keluar dari rumah.
Membaca dipandang sebagai suatu kegiatan yang amat strategi dan mendasar dalam perkembangan kepribadian/psikologi pada setiap diri manusia. Kenyataan ini dapat dilihat dari kebiasaan seseorang, bahwa apa yang dibaca akan berpengaruh terhadap pola pikir dan perilakunya pada kehidupan sehari-hari. Membaca juga merupakan kegiatan pembelajaran memadukan ide-ide guna menyusun konsep, dan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sebelumnya. Implementasi dari penyerapan proses membaca buku, dapat dilihat hasilnya pada kecerdasan melakukan proses analisa dan pelaksanaannya pada olah ketrampilan yang dimiliki. Orang yang menerapkan budaya membaca mempunyai logika yang lebih besar dan proses analisa yang lebih besar dibandingkan orang yang jarang membaca. Bahkan “membaca” pun merupakan ayat dalam Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad saw. yakni “Iqro’” yang artinya “bacalah”. Tak heran jika semua pengetahuan itu sebagian besar dapat kita peroleh dari seringnya kita membaca. Karena dengan membacalah kita bisa lebih banyak menyerap ilmu-ilmu yang belum kita ketahui sebelumnya.
Pemasalahan di sini adalah rakyat di negara kita kebanyakan yang malas membaca karena menurut mereka informasi lebih mudah didapatkan dan diproses oleh mereka dengan cara menonton. Jika dibandingkan dengan masyarakat luar, kita pastilah tertinggal jauh. Masyarakat di negara maju selalu menyempatkan waktu mereka dalam sehari untuk membaca. Oleh karena itu, membaca tidak hanya membantu kita secara individual, membaca juga dapat membantu memajukan negara kita. Untuk kota Metro sendiri data yang diperoleh Kronika dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Metro, dari jumlah keseluruhan penduduk kota Metro yang mencapai 150 ribu orang, sedikitnya 2,51 persen di antaranya tidak dapat membaca, menulis dan buta huruf. Data tersebut merupakan hasil riset pada tahun 2010 sementara untuk tahun 2011-2012 BPS belum memiliki data terkait.
Yulinar Adnan kepala bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas Pendidikan kota Metro memaparkan akan pentingnya membudayakan suka membaca. “Menurut saya itu sangat penting, karena dengan membudayakan membaca pengetahuan kita akan bertambah, wawasan kita akan bertambah, yang jelas kita makin cerdas. Karena membaca adalah jendela dunia,” tuturnya. Yulinar juga mengatakan untuk kalangan masyarakat kota Metro dalam minat membaca sudah tinggi. Hal itu dikatakan karena pada tahun 2011 dari kegiatan Perpustakaan, arsip daerah (Pustakarda) mengadakan bazar buku dan minat membeli buku dari masyarakat sangat luar biasa.
Selanjutnya dalam upaya meningkatkan budaya suka membaca dan belajar di kalangan masyarakat, pemerintah kota Metro sudah mencanangkan program jam belajar masyarakat (JBM) sejak tahun 2010. ”Kita pun punya kegiatan namanya Jam Belajar Masyarakat (JBM). Itu nanti akan kita sosialisasikan kepada masyarakat kota Metro, yakni jam 19.00-21.00 wib. Masyarakat kota Metro diharapkan untuk mematikan televisi dan dapat merealisasikan jam belajar masyarakat. Kegiatan JBM ini sudah pernah diterapkan dari tahun ke tahun dan akan kami menerapkan sosialisasi JBM ini kembali di tahun ini,” kata Yulinar. Dikatakannya juga dalam sosialisasi program JBM tersebut akan melibatkan 22 kelurahan yang masing-masing kelurahan ada 30 orang yang terdiri dari tokoh masyarakat. Sehingga, lanjut dia, jumlah keseluruhannya 660 orang yang akan dilaksanakan pada akhir April 2012. Sementara tempat pelaksanaannya di dua lokasi yang berbeda, yakni di balai kelurahan yang ada di Metro Utara dan di Metro Pusat.
Menurut Yulinar, sebenarnya dalam penerapan JBM di kota Metro masih belum efektif. Hal tersebut dikatakan karena dalam penerapan jam belajar masyarakat ini membutuhkan pemantauan serta butuh tim khusus yang mengurusi. Sehingga menurutnya program jam belajar masyarakat akan lebih terkontrol dan terwujudnya masyarakat yang suka membaca dan belajar.
Yulinar mengatakan ada beberapa tahapan dalam mewujudkan budaya membaca, yakni pertama karena dipaksa contohnya ditugaskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Kedua karena terpaksa. Contohnya saat ketika ada penilaian tertentu. Ketiga karena terbiasa. Yakni kebiasaan membaca sudah menjadi perilaku sehari-hari. Keempat muncul rasa terpesona yakni kenikmatan yang selanjutnya akan timbul membudaya.
“Dan sebagai tambahan, agar lebih suka membaca maka kita harus tingkatkan rasa ingin tahu kita tentang sesuatu, otomatis kita akan berusaha mencari dengan membaca. Dan terakhir, harapan saya untuk masyarakat kota Metro akan gemar membaca. Dan membaca itu sendiri sudah dijadikan sebagai budaya, yaitu panggilan jiwa,” kata Yulinar.
Di tempat terpisah Sri Rahayu selaku kepala Perputakaan Daerah (Perpusda) kota Metro mengatakan bahwasanya minat membaca di kota Metro mulai meningkat. Hal itu dikatakan karena dilihat dari jumlah pengunjung perpustakaan daerah semakin bertambah. Namun saat Kronika menanyakan persentase pengunjung perpustakaan daerah. Sri Rahayu mengatakan pihaknya tidak berani memberikan datanya dikarenakan takut salah. “Untuk persentase Ibu gak bisa memberi, takut salah kalau gak pas,” katanya.
Untuk kenyamanan perpustakaan sendiri, kelengkapan fasilitas yang ada di perpustakaan kota Metro di antaranya, buku-buku, hotspot area, website, vepi, dan tempat membaca lesehan bagi anak-anak sekolah dasar. Dikatakan Sri, budaya suka membaca sejak dini di wilayah Metro menurutnya juga sudah baik. Hal itu dikatakannya karena dilihat dari pengunjung anak sekolah dasar (SD) yang memanfaatkan perpustakaan saat jam istirahat dan saat menunggu jemputan orang tua waktu pulang sekolah. Karena juga, lokasi perpustakaan terbesar di kota Metro ini dekat dengan beberapa sekolah yang ada di sekitarnya seperti SD N 1, SD N 2, SD N 5, SD N 6 Metro Pusat dan SD Teladan.
Selain itu untuk mempermudah masyarakat mengakses berbagai macam buku yang ada di perpustakaan kota Metro, pihak perpustakaan daerah telah membuat website dengan mengunjungi alamat www.perpustakaan.metro.com. Dikatakannya, tujuan melengkapi fasilitas yang ada guna melayani masyarakat khususnya kota Metro agar minat untuk membaca buku semakin meningkat. Hal itu dikarenakan juga, kota Metro mempunyai visi sebagai kota pendidikan dan disesuaikan dengan adanya jam belajar masyarakat (JMB). Akan tetapi menurut Sri Rahayu program JMB belum berjalan dengan efektif. Namun juga, ada sebagian masyarakat sudah menerapkan JBM yang telah dicanangkan oleh wali kota Metro Lukman Hakim.
Terakhir Sri menyampaikan bahwa dengan suka membaca akan menambah luasnya wawasan dan pengetahuan. Menurut Sri juga, dampak dari tidak suka membaca, seseorang akan tertinggal dari berbagai informasi dan menjadi keterbelakangan. “Harapan ke depan kepada masyarakat untuk mempunyai berbagai buku koleksi di rumah dan memanfaatkan buku-buku yang ada di perpustakan,” pesannya.
Lasmania selaku kapala seksi pelayanan perpustakaan daerah kota Metro mengatakan telah mengadakan pelayanan kepada masyarakat dengan kunjungan tetap yakni pos keliling (Posling) satu minggu sekali. Sementara sasaran kunjungan tersebut ke berbagai lokasi pendidikan diantaranya ke berbagai sekolah, pondok pesantren, rumah pintar dan di tempat keramaian seperti di taman kota Metro setiap malam Minggu. “Ini semua dilakukan untuk mewujudkan kota Metro sebagai kota pendidikan dengan budaya membaca,” kata Lasmania.
Saat ini juga di Metro sendiri dalam membudayakan gemar membaca sejak dini sudah berdiri tujuh Griya Baca Komuniti (GBK) dengan institut program bernama Ma’arif Institut yang saat ini sedang membina sedikitnya seratus anak. Pimpinan program GBK kota Metro Agus Riyanto menuturkan bahwa masyarakat kota Metro dilihatnya selama ini mayoritas belum gemar membaca. Lalu pihaknya muncul inisiatif membentuk griya baca tepatnya berdiri di Metro pada 2007 lalu. Saat ini perkembangan dari ketujuh griya baca tersebut sudah nampak. Karena para siswa yang dibimbing sudah memiliki kemampuan dengan menunjukkan talentanya seperti bernyanyi, tari sembah, berbahasa jepang dan sebagainya. Karena di GBK ini juga setiap minggu rutin diadakan bimbingan belajar untuk pengembangan potensi.
Menurut Agus, untuk mewujudkan budaya membaca di masyarakat sendiri perlu ada pihak yang memfasilitasi seperti pengadaan buku bacaan. Selain itu perlu adanya sebuah gerakan dari semua elemen seperti pemerintah, mahasiswa dan masyarakat. Lebih lanjut, Agus mengatakan mengenai program pemerintah yang sudah dicanangkan sejak dua tahun lalu yakni jam belajar masyarakat (JBM) belum berjalan efektif di kota Metro. Hal itu dikatakan dari hasil riset Ma’arif Institut JBM belum efektif karena ada beberapa faktor diantaranya kurangnya kesadaran masyarakat dan proses mentoring yang belum berjalan. Sehingga menurut Agus perlu adanya gerakan dari mahasiswa untuk mewujudkannya. Selain itu mendukung visi kota Metro sebagai kota pendidikan.
Pimpinan lembaga sosial masyarakat ini juga menuturkan dengan membaca dapat membuka jendela dunia dan dapat belajar apa saja yang belum diketahui. Begitu juga dengan visi kota Metro sebagai kota pendidikan bukan hanya milik pemerintah kota, namun visinya milik masyarakat juga. Sehingga Agus pun berharap dapat bersama-sama terus mendorong inisiatif masyarakat untuk pencerdasan di masing-masing kelurahannya. “Mambaca jadi bagian penting kehidupan, jadi ruh pencerdasan masyarakat,” kata Agus.[]

Bagikan ini:
Baca Juga:  Manusia Pengamat Kota
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *