Sejuknya sang bayu menerpa, membuat tubuh gemelugut. Sayup-sayup suara seruan memanggil-manggil, seakan mengharap untuk disambangi. Mungkin dia kesepian atau butuh teman, atau barangkali telah terabaikan. Seorang anak remaja bertubuh tinggi, tegap, samar samar terlihat wajahnya yang hitam manis bersama lelaki yang kira-kira sudah berkepala lima. Mereka mempercepat langkah kakinya menuju sumber seruan. Jaraknya lumayan, tetapi tidak menghalangi niatnya untuk mendekat. Dia selalu ketempat itu untuk menunaikan kewajiban lima waktunya.
Nama lengkapnya ialah Irwan Resmana, biasa dipanggil Irwan. Pemuda yang kini menjadi mahasiswa di satu-satunya Perguruan Tinggi yang ada di Metro, Lampung. Ia adalah seorang mahasiswa yang cerdas, baik, ramah, dan berprestasi, juga bersahaja. Perjuangannya untuk bisa kuliah pun tidak mulus. Begitu banyak rintangan, pengorbanan, ketekunan, doa, dan keyakinan. Irwan sempat berhenti sekolah 3 tahun karena masalah biaya. Namun, satu yang mungkin tidak bisa dilakukan oleh semua orang yaitu optimisnya yang sangat kuat. Ia yakin dan percaya bahwa Allah akan mengabulkan semua doa-doanya.
Dahulu ketika Irwan berhenti kuliah, ia bekerja di sebuah pabrik yang cukup jauh dengan rumahnya. Ia bekerja dari pukul 07:30—17:30, itupun jika tidak lembur. Jika lembur bisa sampai pukul 21:30, ia bekerja apa saja yang bisa dilakukan di pabrik tersebut. Uang hasil upahnya selain ia berikan kepada emaknya, sebagian ditabung untuk menggapai keinginannya yaitu kuliah. Irwan tidak pernah menghitung jumlah tabungannya, menabung di celengan yang cukup besar sebesar mimpinya. Kini 3 celengan sudah terisi penuh, berisi lembaran-lembaran hasil kerjanya selama tiga tahun tanpa diketahui oleh kedua orang tuanya.
Tanpa terasa tiga tahun sudah berlalu. Kini adik perempuannya pun telah lulus SMA, karena selisih umur mereka 3 tahun. Seperti biasa seusai sholat isya, keluarga Irwan selalu berkumpul, saling bercerita tentang hari ini. Dalam kesempatan tersebut Irwan menjelaskan keinginannya untuk melanjutkan sekolah, bersamaan dengan adiknya, “Kuliah iku danane akeh lo Wan, bapakmu dapet duit tekan ngendi? Ojo ngimpi to Wan,” selalu begitu tanggapan ayahnya.
Karena menurut orang tuanya, kuliah hanya akan menghabiskan waktu dan uang, bagaimana tidak? Waktu yang seharusnya ia gunakan untuk bekerja, harus digunakan untuk kuliah. Jika bekerja akan menghasilkan uang, tetapi kuliah hanya membuang uang. Karena harus membayar perlengkapan dan kebutuhan kuliah. Pemikiran orang tua Irwan yang sangat kolot, dan didukung wawasan yang sempit membuat Irwan semakin sulit. Ditambah lagi banyak dari tetangganya yang setelah kuliah langsung menikah, dan bekerja serabutan bahkan menganggur. Hal inilah yang membuat orang tua Irwan, terutama ayahnya untuk melarangnya kuliah.
Irwan terus berusaha dan berdoa, ia yakin gusti Allah tidak tidur dari sekian ribu usahanya, untuk meminta izin kepada orang tuanya. Malam ini Irwan tetap mencoba lagi, dibongkarlah tabungannya. Betapa terkejutnya orang tua Irwan, ternyata jumlahnya sangat banyak. Tabungan Irwan selama ini telah mencapai 10 juta, mencengangkan bukan? Padahal untuk makan sehari-hari saja masih kekurangan. Namun, mereka sempat menyisihkan uang dengan jumlah yang lumayan.
Bermula dari hasil tabungannya, akhirnya Irwan dan adiknya diperbolehkan kuliah oleh orang tuanya. Karena kegigihan dan perjuangan mereka, mampu membuka hati kedua orang tuanya. Mereka mulai menulis target-target untuk diwujudkan. Hobi mereka adalah membaca dan menulis, jadi tak jarang jika mereka unggul di kampusnya. IPK mereka selalu unggul, jauh diatas rata-rata. Sembari kuliah, Irwan bekerja di fotokopian milik teman ayahnya, sedangkan adiknya mendirikan bimbel di rumah.
Berkat ketekunan, keyakinan, dan sikap yang selalu optimis, serta prestasi-prestasi di luar kampusnya, membuat Irwan sering ditawarkan dosen untuk mengikuti lomba olimpiade baik tingkat provinsi ataupun nasional. Tak jarang, ia pulang membawa trofi kehormatan. Karena sering menjuarai lomba, maka banyak dosen yang mengenalnya. Hal ini dilakukannya untuk mempromosikan usaha fotokopiannya.
Memang benar, optimis yang kuat akan menarik alam semesta untuk mendukungnya. Irwan sudah membuktikannya. Atas segala ujian dan cobaan yang telah ia lalui, membuat ia menjadi manusia yang lebih ikhlas, tangguh, kuat, dan selalu berfikir positif. Melewati hari-harinya dengan selalu melakukan yang terbaik, optimis dan, totalitas. Ia yakin bahwa proses tidak akan pernah menghianati hasil, Irwan begitu mempercayai akan hal itu.
(Penulis/Lusi)