Aliansi Mahasiswa Lakukan Aksi Turun ke Jalan, Menuntut Persoalan Tapera dan Tapetro
Aliansi dari berbagai organisasi kemahasiswaan di Kota Metro telah mengadakan aksi demonstrasi, menuntut Tiga Persoalan Rakyat (Tapera) dan Tiga Persoalan Kota Metro (Tapetro) di depan Gedung Pemerintahan Kota (Pemkot) Metro, Selasa (25-6-24).
Ratusan pendemo mengawali aksinya dengan long march sejauh kurang lebih satu kilometer, sebelum menduduki bundaran Tugu Pena dan mulai menyuarakan orasinya mengenai berbagai kebijakan pemerintah pusat maupun Pemkot Kota Metro.
Ketegangan sempat terjadi saat Walikota Metro akhirnya turun dan menemui massa. Namun, suasana yang kurang kondusif saat para demonstran mulai membakar ban dan membuat massa mengajukan permintaan dialog dilakukan di ruang Pemkot Metro.
Pendemo meminta Walikota Metro, Wahdi Siradjuddin beserta jajarannya untuk melakukan dialog dengan para pendemo. Namun‚ pendemo sempat ditahan masuk oleh jajaran Kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dikarenakan kondisi yang ricuh.
Pada akhirnya massa pendemo diperbolehkan masuk, didudukkan satu meja bersama Walikota Metro dan jajarannya. Demonstran tersebut mulai menjabarkan berbagai tuntutanya, mengenai Tapera dan Tapetro sekaligus mengevaluasi kinerja jajaran Pemkot Metro.
Perwakilan Aliansi Mahasiswa Kota Metro, Khoirul Aji menjelaskan persoalan yang disampaikan kepada pemerintah, pertama terkait beberapa aktivis yang masih ditahan karena mengkritik pemerintah daerah. Kemudian‚ kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT), dan ketiga adalah Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).
Aliansi Mahasiswa berpendapat bahwa Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) tidak memberikan manfaat apa pun bagi masyarakat, “Kami sepakat bahwa kami menolak persoalan tabungan rakyat yang kami analisa itu tidak ada yang bermanfaat bagi masyarakat,” jelasnya.
Kemudian, selanjutnya Tapetro, yaitu terkait pembangunan infrastruktur yang dirasa kurang optimal. Mereka menilai semasa kepemimpinan Wahdi, jalan di Kota Metro banyak mengalami kerusakan. Disusul dengan permasalahan banjir yang sudah lama menjadi permasalahan. Khoirul menilai Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) seakan menutup mata akan hal tersebut.
Lalu, realisasi terkait ruang program pembangunan jalan yang terkesan lamban. Demonstran mempertanyakan alasan mengenai hal tersebut, yang juga disusul dengan permasalahan sampah yang belum dapat diselesaikan oleh Pemkot Metro.
Kemudian terkait penegakan peraturan daerah (Perda) khususnya terkait penyakit masyarakat, parkir liar dan tarif parkir yang tidak sesuai dengan peraturan, prostitusi (kos-kosan bebas., red.), masalah miras, serta hiburan malam.
Aliansi Mahasiswa menilai tidak ada ketegasan dari pihak-pihak yang berwenang. Mereka merasa pemerintah daerah harus lebih tegas dalam penegakan dan pengawasan Perda.
Dilanjut dengan permasalahan narkoba yang makin merajalela di Kota Metro, dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang tertangkap akibat penyalahgunaan narkoba, “Memang benar banyak yang ditangkap, tetapi banyak yang ditangkap itu bukan prestasi, artinya kalau banyak yang ditangkap maka peredaran narkoba makin banyak,” jelas Choirul.
Terkait pembangunan infrastruktur yang dirasa kurang optimal, Pemkot Metro memberikan pernyataan bawah setiap pembangunan infrastruktur itu ada regulasi yang mengatur.
Setelah Pemkot Metro mendengarkan aspirasi-aspirasi yang disampaikan, pihaknya akan menindaklanjuti tuntutan-tuntutan tersebut, termasuk menyampaikan permasalahan nasional kepada pihak pusat yang berwenang.
“Kami tunggu perkembangannya dalam satu bulan ke depan, kalau memang itu tidak dilaksanakan dan ditindak, kami akan turun ke jalan jilid II, tegasnya Khoirul.
PointTuntutan yang disampaikan, oleh Aliansi Mahasiswa Kota Metro kepada Pemkot Metro, Tapera:
1. Stop komersialisasi pendidikan dan fokus pada rekonstruksi sistem pendidikan yang berkualitas dan pro rakyat serta mencabut Peraturan Kemendikbud Nomor 2 Tahun 2024 dan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 367 Tahun 2024
2. Pembebasan aktivis mahasiswa yang ditangkap serta meminta Polres Metro bertindak tegas terhadap isu narkoba yang makin marak
3. Pembatalan Kegiatan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang dianggap tidak memberikan manfaat bagi masyarakat
Tiga tuntutan lain dalam Tapetro adalah:
1. Mendesak Pemkot Metro untuk dapat memaksimalkan penggunaan Tempat Pembuangan Akhir Sementara (TPAS) dan melakukan kerja sama dengan komunitas pengelola sampah daerah;
2. Menegakkan ulang Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2016 tentang penyakit sosial masyarakat;
3. Mendesak Pemkot Metro untuk mempercepat proses pembangunan dan menangani permasalahan infrastruktur serta mengevaluasi kebijakan terkait naiknya intensitas banjir
Menanggapi hal tersebut, Wahdi Siradjuddin, menerima tuntutan yang diajukan aliansi mahasiswa. Ia mengatakan akan meneruskan permintaan demonstran tentang permasalahan pendidikan nasional, dan pembatalan kegiatan Tabungan Perumahan Rakyat ke pemerintah pusat, “Yang pertama tentu kebijakan tentang masalah pendidikan, kita akan sampaikan, kemudian Tapera akan saya sampaikan,” ungkapnya.
Terkait Tapetro sendiri, Wahdi mengakui masih banyak permasalahan di Kota Metro yang perlu diperbaiki, “Mengenai masalah di pemerintahan Kota Metro tentunya masih banyak sekali memang yang harus dibenahi,” lugasnya.
Ia memaparkan masalah-masalah tersebut di antaranya kondisi infrastruktur di beberapa daerah yang kurang memadai, kondisi kebersihan di sekitar Kota Metro yang menimbulkan tidaknyamanan masyarakat setempat, sampai dengan kondisi penyakit sosial masyarakat yang berededar di Kota Metro, “Kita berharap bahwa semua masyarakat dan mahasiswa juga menjadi social control dalam hal itu,” tanggapnya.
Sementara itu, tanggapan datang dari Ilham Bratama, anggota Aliansi Mahasiwa Kota Metro. Ia beranggapan, bahwa dengan adanya aksi tersebut Pemkot Metro harus berterima kasih karena sudah diingatkan mengenai kinerjanya yang masih kurang.
Ia juga berharap setelah dilakukannya demonstrasi ini, tuntutan-tuntutan yang diberikan dapat dilaksanakan oleh pemerintah, “Semoga apa yang kita tuntut-tuntut tadi dapat dilaksanakan, menjadi Kota Metro yang lebih baik lagi,” harapnya.
(Reporter Adisti/Vivi)