Kronika

Cerpen

Anak Bawang

  • Januari 6, 2019
  • 3 min read
  • 245 Views
Anak Bawang

Suara kokok ayam membangunkanku di sepertiga malam, aku langsung mengambil buku tulis dan pena, untuk melanjutkan mengerjakan tugas sekolahku sambil menahan rasa kantuk yang masih menyelimuti ragaku. 

“Dubrakkk…” Kepalaku jatuh diatas meja belajar, aku tak tahan menahan rasa kantuk yang meraung. Aku mengaku kekalahanku karena tak bisa menahan rasa kantukku.
Dua jam berlalu, aku terbangun dan terkejut. Aku langsung bangkit dari meja belajar dan langsung mengambil handuk. Secepat kilat memakai seragam sekolah dan langsung merangkul tas biruku menuju pintu keluar rumah. Sangking takut dihukum karena telat, aku lupa sarapan pagi dan lupa megucap salam dengan Ibu dan Ayah.

Aku menggoes sepeda dengan cepat, melewati pohon pinus yang terbentang luas, hingga sampailah aku di SMA Gemilang, tempat aku menimba ilmu.

Sesampai di dalam kelas. Fika, pentolan geng WINxSquard langsung menghampiriku.
“Hey Iren, anak bawang kita, udah datang nih, sekarang mana buku ku?” ujar Fika menagih.
“Iya ya” jawabku sembari menggeledah isi tas.
“Kenapa? Yang pasti udah lu kerjakan PR gue kan,” ujar Fika.

Astaga, ternyata aku lupa membawa PR Fika, tanpa mendengarkan penjelasanku, Fika langsung menarik tanganku dan membawaku ke toilet. Dia mengunciku di dalam toilet hingga jam pelajaran selesai.

Entah kenapa ini selalu terjadi padaku, aku hanya bisa menahan sakit ini, kenapa berteman harus seperti ini? Aku selalu menjadi korban, orang-orang berteman dengan ku hanya memanfaatkan ku saja, Aku akui, aku memang lihai dalam pelajaran namun dalam pergaulan aku tidak lihai, alias cupu.

Aku berfikir, memang sudah seharusnya membantu orang-orang yang sedang kesulitan dengan membantu mengerjakan tugas sekolah. Tetapi kenapa malah dengan kebaikan yang tulus ini mereka memanfaatkan seseorang? Aku tak tahan seperti ini. Kenapa di saat orang berbuat baik ada saja yang melukai nya? Kenapa?! Ya, memang benar, saat menolong seseorang, ada saja ujian dan cobaan yang perlahan datang. Karena, membantu dengan hati ikhlas tak perlu mengaharpkan ucapan terima kasih. Biarkan saja saat mereka menerima bantuan kita, dibalas dengan perilaku yang tak baik. Tak apa-apa, yang terpenting, kita menolong mereka tulus dari hati.

Baca Juga:  PADA UJUNG SENJA (Part 5)

Aku hanya bisa bersabar di masa-masa sekolahku, dimana aku menjadi seseorang yang berbeda dari kebanyakan anak sekolahan lainnya. Hari-hari ku begitu menguji kesabaran, berkali-kali memancing amarahku. Tapi, aku harus mampu bersabar, bullying sudah menjadi makanan ku sehari-hari. Tapi yang terpenting bagiku adalah bersabar tanpa ada rasa dendam dalam hati. Karena belajar dengan hati yang bersih akan memberikan kemudahan dalam memahami ilmu. Aku khawatir, jika aku dendam dan mengharap balasan akan membuat hatiku menjadi kotor. Sehingga aku tak bisa memahami pelajaran.
Aku ingat kata-kata ibuku, balas dendam itu tidak akan berhenti, hanya akan menumbuhkan luka dihati.
Tapi disaat mereka jahat padaku, aku tak bisa membalasanya dengan mengejek, menghina, mencaci maki, atau membalasnya dengan kekerasan. Bagiku, itu tak bermanfaat. Karena, seseorang berniat menolong karena ketulusan hatinya.

Anak bawang mungkin akan menjadi anak bawang sekolahan. Tapi selalu ada sejarah, anak bawang yang cupu bisa menjadi seorang pemimpin, menjadi orang yang sukses.
Tak apa bagiku jika menjadi anak bawang di sekolahan yang selalu dimanfaatkan. Ini membuatku terlatih untuk bersabar dan memberi pemahaman tentang kehidupan sebagai anak sekolahan. Layaknya kopi hitam yang tak selalu pahit dan buah berry yang tak selalu manis.

Aku adalah anak bawang di sekolah, dengan semua cobaan yang menguji kesabaran. Aku yakin, segala hal yang ku dapat dan ku alami, akan menghantarkanku menjadi seorang yang berhasil asal dengan kerja keras dan terus berikhtiar. Percayalah dengan diri, jalani hidup. Karena tak semua anak bawang tidak menjadi seorang yang sukses.

Oleh : Isna Yufita Hamdalah KPI/3

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *