Kronika

IAIN Kampus Mahasiswa Ormawa

Bawaslum dan Panitia Pemilihan, Teknis Baru Sistem Pemilihan Sema Dema-I

  • Januari 4, 2021
  • 6 min read
  • 130 Views
Bawaslum dan Panitia Pemilihan, Teknis Baru Sistem Pemilihan Sema Dema-I

Senat Mahasiswa Institut (Sema-I) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut (Dema-I) akan melaksanakan reorganisasi dan penjaringan bakal calon. Hal ini tentu membutuhkan persiapan dan kesiapan. Namun, pada kenyataannya terdapat mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro yang belum paham bagaimana sistem pemilihan Sema Dema-I ini.

 

Muhammad Najib (PGMI/V), mengatakan bahwa tidak mengetahui bagaimana sistem pemilihan Sema Dema tingkat Institut, “Saya belum tahu sistematikanya kalau di institut, belum paham juga kalau soal ini,” ujarnya saat diwawancarai Kronika via WhatsApp, Kamis (26/12).

 

Berbeda dengan Emilya Sefti Anggi (PBS/V), menjelaskan bahwa sudah mengetahui bagaimana jalannya dipilihnya Sema Dema-I berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, “Memang sudah sistemnya bahwa sebelum pemilihan Dema sudah ada Sema terlebih dahulu. Nah, kemudian Dema yang membentuk kepanitiaan dalam pemilihan Dema. Di sini Sema yang berwenang menentukan komposisi panitia, unsur panitianya bagaimana, dan gimana sih cara merekrut kriteria dalam pemilihan Dema,” jelasnya via WhatsApp, Kamis (26/12).

 

Ia menuturkan bahwa panitia pemilihan Sema Dema-I merupakan mahasiswa aktif, pengurus mahasiswa intra kampus, pernyataan tertulis sebagai panitia yang netral, mahasiswa minimal semester IV-VIII, dan panitia yang sudah dimasukkan (Surat Keputusan), “Panitia memiliki tanggung jawab menyampaikan hasil pemilihan dan biasanya panitia pemilihan berasal dari jurusan atau dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ),” katanya.

 

M. Rouf Aufa, Ketua Sema-I, menjelaskan bahwa sistem pemilihan Sema Dema-I setiap tahunnya sama. Hanya saja terdapat teknis yang berbeda dari tahun sebelumnya. Sesuai SK Dirjen No. 4961 sistem pemilihan Sema Dema-I melalui musyawarah mufakat. Dema-I dipilih oleh perwakilan seluruh jurusan di IAIN Metro, sedangkan Sema-I dipilih oleh anggota Sema-I terpilih.

 

Awalnya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Kemahasiswa (UKK) hanya dihadirkan sebagai suara peninjau bukan suara penuh, dengan mengirimkan 2 orang sebagai delegasi per-UKM/UKK.

Baca Juga:  PMK Kembali Mewabah di Indonesia, Ketahui Gejala dan Penularannya 

 

Ia menuturkan alasan mengapa UKM/UKK hanya menjadi suara peninjau, karena berasal dari berbagai jurusan. Sedangkan, setiap jurusan sudah memiliki wakil, “Saya pernah berkonsultasi dengan berbagai pakar dosen-dosen hukum juga. Alasan UKM/UKK tidak bisa menjadi suara penuh, karena UKM/UKK tidak mampu mempresentasikan masyarakat secara umum. Anggotanya adalah gabungan dari berbagai jurusan dan juga tidak terlalu banyak. Jadi tidak bisa menjadi suara penuh,” terangnya saat diwawancarai Kronika, Rabu (30/12).

 

Untuk itu, tahun ini Sema-I melakukan kebijakan baru, yaitu membentuk Badan Pengawas Pemilihan Umum Mahasiswa (Bawaslum). Bawaslum melibatkan peran aktif UKM/UKK dalam prosesi pemilihan Sema Dema-I. Sekaligus UKM/UKK dijadikan sebagai panitia pemilihan.

 

Sistem kerja utama Bawaslum adalah mengawasi seluruh mekanisme reorganisasi di tingkat Sema Dema-I. Mulai dari penentuan jadwal, penjaringan bakal calon, penetapan calon, sampai pelaksanaan. Selain itu, Bawaslum juga menjadi saksi di mana berkas itu masuk dan berhak melakukan pencocokan serta penelitian data agar tidak ada kecurangan dalam sistem pemilihannya. Untuk pembentukan Bawaslum sudah disosialisasikan secara umum melalui pamflet dan undangan dalam bentuk PDF ke seluruh ormawa.

 

Ia juga mengatakan bahwa, “Tujuan dibentuknya Bawaslum untuk melibatkan UKM/UKK secara aktif dalam kegiatan reorganisasi dan untuk kepercayaan publik. Bawaslum berperan sebagai representasi UKM/UKK dalam kegiatan reorganisasi, kita beri ruang untuk mereka,” terangnya.

 

Menjadi panitia atau anggota Bawaslum tidak ditentukan secara keorganisasian atau kelembagaan. Artinya, seluruh jurusan mahasiswa IAIN Metro dari semester V sampai VII diperbolehkan mendaftarkan diri. Syaratnya tidak sebagai Badan Pengawas Harian (BPH) HMJ, untuk menghindari unsur mementingkan kelompok. Untuk Anggota organisasi jurusan diperbolehkan, tetapi tidak memiliki jabatan atau tidak menjadi BPH.

 

Rouf juga menceritakan pengalamannya dahulu bagaimana sistemnya ketika ia mendaftar menjadi ketua Sema-I. “Setahu saya panitia Sema-I membentuk panitia pemilihan, tetapi tidak rekruitmen dan itu kayanya pilihan dari Semanya. Kemudian mereka membuka pendaftaran, saya membawa berita acara Muhima dan bahwa saya diutus menjadi anggota Sema-I. Berita itu saya berikan dan tanya syarat menjadi ketua Sema secara utuh gimana, kemudian saya melengkapi berkas-berkas itu dan berkas itu dibuka di forum”, terangnya.

Baca Juga:  Yudisium FTIK Periode I: Mendidiklah Dimana Kalian Berada

 

Ia juga menambahkan, “di ruangan Syarifuddin Zuhri, panitia pemilihan mengumumkan bahwa bakal calon Sema Dema-I yang akan ditetapkan menjadi calon adalah saya dan Munif. Saya diminta memaparkan visi misi dan kita berdialog dengan forum, bahkan saya juga ditanya oleh pengurus Dema demisioner. Selebihnya oleh panitia pemilihan, calon tidak diperkenankan untuk hadir forum milik rakyat. Karena tidak ada calon lain maka Sema Dema-I dilakukan secara aklamasi,” jelasnya.

 

Ia memaparkan untuk penyeleksi berkas Sema Dema-I merupakan dari mahasiswa. Sedangkan, kepada lembaga sifatnya koordinatif secara pertanggungjawaban, “Pertanggungjawaban secara tugas itu ke mahasiswa sedangkan pertanggungjawaban secara administratif itu ke lembaga. Kemudian berkas yang diseleksi sesuai aturan yang sudah ditetapkan, disampaikan ke lembaga, bahwa calon-calon ini telah melengkapi berkas yang telah ditentukan. Setelah itu lembaga akan memberikan rekomendasi, kerena ketetapan aturannya kemarin harus berdasarkan rekomendasi warek III,” tambahnya.

 

Sedangkan, untuk suara penuh Dema-I adalah perwakilan dari masing-masing HMJ. Suara penuh Sema-I adalah anggota Sema terpilih, “Karena ngomongin pimpinan eksekutif itu harus demokrasi baik secara langsung maupun tidak langsung, di institut ini kita atur dengan menggunakan demokrasi tidak langsung yaitu melalui perwakilan. Karena di tingkat jurusan itu kita sudah tetapkan aturan bahwa demokrasi ini secara langsung. Jadi mereka yang menjadi perwakilan masing-masing jurusan itu untuk mempresentasikan suara rakyat satu jurusan dari angkatan bawah sampai paling tinggi menjelang Drop Out (DO),” jelasnya.

 

“Kalau senat itu jelas karena tidak secara tiba-tiba pemilihan ketua senat, tetapi melalui mekanisme bertahap, yang pertama pemilihan anggota dulu, penetapan anggota terpilih baru anggota-anggota terpilih itulah yang akan menentukan siapa yang akan menjadi ketua Sema,” tambahnya.

Baca Juga:  Hentikan Kebiasaan Buruk, Stop Membuang Kulit Kentang

 

Ia juga mengungkapkan mengenai wacana demokrasi saat mencalonkan diri. Namun, hingga hari ini ia tidak dapat membawa isu tersebut. Meskipun ketika sudah dirumuskan di Musyawarah Organisasi Mahasiswa Institut (MOM-I) telah disepakati oleh seluruh ormawa. Hanya saja, secara praktik teknisnya tidak sepenuhnya semua melaksanakan. “Bagi saya secara pribadi ini adalah sebuah kegagalan. Terdapat dua faktor penyebabnya. Pertama mungkin mereka tidak paham, yang kedua mungkin konflik kepentingan. Padahal aturan ini dibuat telah berasaskan kebenaran kejujuran dan keadilan,” ungkapnya.

 

“Berbicara soal kebenaran, hal-hal tidak benar yang telah dilakukan selama berorganisasi, termasuk soal mekanisme berorganisasi adalah sebuah bentuk kemungkaran, karena ini sudah mengkhianati mufakat bersama dan harus kita sepakati bersama bahwa mekanisme yang tidak sesuai yang telah dimufakati itu, kita anggap tidak sah. Meskipun nanti mungkin ya udah dianggap sah saja karena pandemi,” terangnya.

 

Selain itu, ia menjelaskan bahwa pandemi juga merupakan faktor alam yang tidak dapat dihindarkan, “Saya sebenarnya sudah menjadwalkan kegiatan, tetapi terkendala faktor alam ini. Banyak anggota komisi yang sudah pulang, sedangkan kita butuh banyak sidang dan rapat, sehingga beberapa Menteri di Dema-I sempat terlewatkan. Tetapi tidak masalah, tetap berikhtiar untuk menegakkan kebenaran, kejujuran, keadilan agar tetap terawat dan terpelihara,” tegasnya.

 

Untuk kongres yang akan dilaksanakan ia meminta agar tidak ada kericuhan, “Besok kongres kalau bisa tidak usah ribut-ribut, apa yang mau diributkan. IAIN Metro ini mekanisme pemilihan kongres Sema Dema-nya banyak dicontoh oleh institusi di luar sana, tentu akan mencoreng jika kita di dalam forum melakukan ribut-ribut tidak jelas”, harapnya.

 

(Reporter/Artika/Martika)

(Ilustrator/Martika)

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *