Kronika

Aktual Kampus Kota Metro

Bedah Buku Gadis Pantai Karya Prameodya Ananta Teor

  • April 27, 2018
  • 2 min read
  • 81 Views
Bedah Buku Gadis Pantai Karya Prameodya Ananta Teor

Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dibidang pendidikan berkerjasama dengan Komunitas Pegiat Literasi Melati (KPLM) kembali adakan bedah buku sekaligus nonton bareng “Gadis Pantai” karya Prameodya Ananta Teor bertempat di Gedung E8 lantai I Sekertariatan Sema, Dema, dan HMJ FEBI, Jumat (27/4) pukul 08:30 WIB.

Kegiatan ini dihadiri sekitar 12 peserta dari jurusan Ekonomi Syariah dan Perbankan Syariah. Bedah buku ini menghadirkan Tomi Nurrohman dari pegiat Nuwobalak.id dan Julianto Nugroho, pegiat JSC sebagai pemateri.

Buku ini memiliki tebal  270 halaman dan menceritakan tentang feodalisme masyarakat jawa yang dilakukan oleh golongan priyayi pada saat itu. Gadis pantai dalam novel tersebut merunjuk pada seorang anak yang tumbuh dilingkungan kampung nelayan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Gadis pantai yang berkulit kuning langsat dan bertumbuh mungil memikat hati salah satu priyayi yang bekeja pada Belanda. Pada usia yang keempat belas tahun, gadis pantai tersebut harus berpisah dari kedua orang tua yang sehari-hari hidup dipesisir pantai.

Tomi Nurrohman mengungkapkan, perkataan yang menarik dari dalam buku ini pada halaman 12.

“Perkataan yang menarik ada di halaman 12, yaitu kemaren malam ia telah dinikahi. Dinikahkan dengan sebilah keris. Detik itu ia tahu bahwa dirinya bukan anak emaknya lagi, kini ia isteri sebilah keris, wakil seseorang yang tak pernah dilihatnya seumur hidup,” ujarnya

Mustika Edi Santosa, Ketua Pelaksana mengatakan, sedikit banyaknya peserta tidak masalah, hal terpenting adalah masih ada peserta yang konsisten, maka kelas-kelas ini akan tetap berjalan.

Mustika, peserta berharap “Kelas-kelas ini tetap berjalan dan ilmunya dapat di berikan kepada teman-teman yang belum pernah membaca atau tidak bisa hadir disini,” tambahnya.

Baca Juga:  Bongkar Pasang Jabatan Berakhir Laporan

Julianto Nugroho berharap, dengan adanya kelas-kelas seperti ini peserta berminat untuk menulis dan menghasilkan karya.

“karena karya itu penting ketika seseorang memiliki karya maka akan dihargai, walaupun karya itu jelek. Setidaknya mereka mau menulis itu sudah menambah poin,“ ujarnya. (Reporter/Ratna/Resti)

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

1 Comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *