Kronika

Aktual Artikel Info

Blau Mengobati Gondongan, Ternyata Akal-akalan Zaman Dulu

  • Oktober 22, 2024
  • 3 min read
  • 24 Views
Blau Mengobati Gondongan, Ternyata Akal-akalan Zaman Dulu

Generasi Z mungkin tidak mengenal serbuk blau, namun bagi generasi milenial, serbuk berwarna biru ini adalah kenangan masa kecil yang tak terlupakan. Dulu, blau sering digunakan untuk mengobati penyakit gondongan. Saat itu, serbuk ini begitu populer sehingga menjadi salah satu pilihan utama bagi orang tua untuk merawat anak-anak mereka yang terkena penyakit tersebut.

Namun, seiring berjalannya waktu, blau mungkin sudah jarang digunakan. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya obat-obatan baru yang lebih efektif atau perubahan dalam praktik medis. Meskipun demikian, bagi generasi milenial, blau tetap memiliki nilai sentimental sebagai simbol masa kecil yang penuh dengan suka duka.

Meskipun masyarakat luas percaya bahwa obat tradisional blau dapat menyembuhkan gondongan, namun faktanya belum ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.

Gondongan merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, dan membutuhkan penanganan medis yang tepat. Penggunaan blau pada bagian yang bengkak tidak akan efektif dalam mengatasi peradangan kelenjar parotis akibat virus gondongan.

Oleh karena itu, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Selain mengoleskan blau, masyarakat juga sering menggunakan berbagai macam obat tradisional lainnya untuk mengobati gondongan.

Namun, perlu diingat bahwa tidak semua obat tradisional aman dan efektif. Pencegahan gondongan yang paling efektif adalah dengan melakukan vaksinasi.

Mitos yang berkembang yakni mengoleskan blau dapat membantu meredakan pembengkakan gondongan dan mempercepat penyembuhan, ternyata hal itu tidak benar. Gondongan disebabkan oleh virus, dan tidak ada obat yang secara langsung dapat membunuh virus, termasuk antibiotik.

Oleh karena itu, menurut para ahli, penggunaan antibiotik tidak terlalu diperlukan dalam kasus gondongan.Secara umum, tidak ada obat khusus untuk gondongan. Obat yang diberikan hanya untuk meringankan gejalanya.

Baca Juga:  Tularkan Kebaikan Bersama KBM

Untuk mengurangi demam dan rasa sakit, dapat diberikan parasetamol. Kompres hangat atau dingin dapat membantu meredakan nyeri di pipi. Pembengkakan akan mereda dengan sendirinya, tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang. Ketika sistem kekebalan tubuh berhasil mengatasi infeksi, gondongan akan sembuh secara bertahap.

Meski belum ada obat yang dapat menyembuhkan gondongan, beberapa cara dapat dilakukan guna meredakan gejalanya, antara lain adalah dengan;

  1. Banyak minum air putih,
  2. Menghindari minuman yang mengandung asam supaya tidak merangsang kelenjar parotis,
  3. Mengompres bagian yang bengkak dan terasa sakit dengan air hangat,
  4. Mengonsumsi makanan lunak.

Cara – cara tersebut dapat meringankan rasa nyeri, selain menggunakan obat penurun panas dan pereda nyeri. Konon, penggunaan blau untuk mengobati gondongan berawal dari akal-akalan seorang ibu kepada anaknya yang sedang sakit.

Dengan mengolesi atau membedaki sebagian wajah dan leher anak dengan blau, wajahnya menjadi biru. Hal ini membuat anak malu untuk keluar rumah karena takut diejek teman-temannya.

Padahal, gondongan adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self-limiting disease). Artinya, dengan istirahat yang cukup dan konsumsi makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, gondongan akan berkurang dalam waktu seminggu dan sembuh sepenuhnya dalam dua minggu.


(Penulis: Rani)

Sumber: : https://www.kompasiana.com/azizamin/5af6d941cf01b45079007932/mengenang-blau-si-obat-gondongan-mitos-atau-fakta

https://www.detik.com/sumut/berita/d-7507085/kata-dokter-soal-penggunaan-blau-sebagai-obat-gondongan

 

 

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *