Dana Bidik Misi 63 Juta Kemana?
Oleh: Ferry, Surya, Rahman
STAIN ; Mulai tahun akademik 2011 program Bidik misi telah ada di STAIN Metro dengan kuota 35 mahasiswa. Program yang diperuntukan untuk mahasiswa miskin berprestasi ini dalam pembiayaan kuliah hingga lulus dibiayai oleh pemerintah pusat dengan menggelontorkan Rp 12 juta per tahun/mahasiswa. Namun pada semester genap ini beasiswa tersebut mulai dipertanyakan oleh mahasiswa Bidik misi. Hal itu karena dari jumlah keseluruhan beasiswa yang seharusnya diterima, sebagian dana dikelola oleh lembaga yang alokasi dananya belum jelas. Sehingga sebagian besar mahasiswa mempertanyakan transparansi dana yang dikelola pihak lembaga.
Salah satunya dikatakan Nur Affandi mahasiswa Perbankan Syari’ah semester II. Dia menuturkan bahwa dana beasiswa dari pusat setiap semester Rp 6 juta per mahasiswa dan mengkerucut menjadi Rp 3,6 juta yang diterima mahasiswa, sedangkan sisanya Rp 2,4 juta dikelola lembaga untuk pembayaran sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) dan pelatihan, pembinaan dan bimbingan Bidik misi (P3BM). Namun, kata Affandi yang menjadi pertanyaannya yakni dari jumlah dana yang dikelola lembaga pada semester ini belum ada kejelasannya. Dikatakannya, dari dana Rp 2,4 juta jika dibayarkan untuk SPP sebesar Rp 600 ribu dan masih menyisakan Rp 1,8 juta. Sehingga dana tersebut cukup besar tetapi selama ini belum ada kejelasan.
“Namun untuk semester dua ini sisa dari pembayaran SPP di alokasikannya untuk apa, karena di semester ini tidak ada bimbingan lagi. Dari lembaga sendiri belum ada transparansi terkait dana tersebut, seharusnya lembaga ada transparansi, dan untuk ke depannya harus ada rincian dana yang dipotong itu digunakan untuk apa saja. Jika lembaga tidak sanggup mengadakan bimbingan, lebih baik dana tersebut sepenuhnya dikelola mahasiswa,” tutur Affandi.
Menurut Affandi juga, jika pihak lembaga mengadakan bimbingan mengharapkan disesuaikan dengan konsentrasi program studi masing-masing mahasiswa. Menurutnya, karena pada semester awal bimbingannya masih bersifat umum yakni bimbingan intensifikasi bahasa Inggris, bahasa Arab dan Qira’atul Qur’an.
“Harapan kami untuk tiap semester harus ada rincian dana Bidik misi yang dikelola lembaga ini digunakan untuk apa saja, dan untuk bidik misi tahun depan harus dikelola dengan baik dan dimaksimalkan. Untuk bimbingan ke depan harus lebih sesuai dengan prodi masing-masing. Untuk semester satu kami mendapat bimbingan intensifikasi Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Qira’atul Qur’an. Tapi kalau secara umum di semester awal tidak masalah, tapi untuk ke depannya diharapkan sesuai program studi,” kata Affandi.
Hal serupa dikatakan Muhlisin Ali mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris semester II bahwa mahasiswa setiap semester menerima Rp 3,6 juta yang sisanya dikelola lembaga untuk pembayaran SPP dan bimbingan. Namun, ujarnya, di semester genap mahasiswa belum ada kejelasan terkait bimbingan dan dari pihak lembaga belum mengadakan pertemuan. “Dana Bidik misi tersebut dipotong Rp 2,4 juta yang digunakan untuk pembayaran SPP dan keperluan non tekhnis. Dan saya tidak tahu administrasi non tekhnis itu apa saja, karena dari pihak lembaga tidak memberi kejelasan,” ujar Muhlisin.
Sehingga menurutnya, seharusnya dana beasiswa yang dikelola lembaga harus ada transparansi terhadap mahasiswa Bidik misi. “Harapan saya, kami mahasiswa Bidik misi harus mendapat kejelasan dana tersebut di gunakan untuk apa saja,” pungkasnya.
Begitu juga dengan Wahyu Bahrul Ansori mahasiswa pendidikan bahasa Inggris semester II menuturkan hal serupa bahwa beasiswa dari pusat Rp 1 juta per bulan dan yang diterima Rp 600 ribu per bulan (Rp 3,6 juta per semester). Sementara sisa dari jumlah keseluruhan Rp 6 juta per semester, yakni Rp 2,4 juta dikelola pihak lembaga tetapi belum ada kejelasan alokasinya.
“Dana beasiswa mahasiswa Bidik misi ini setahu saya dikelola untuk meningkatkan kualitas belajar mahasiswa dan untuk biaya kuliah. Di semester satu kami mendapat bimbingan tapi di semester dua kami belum ada kejelasan. Saya tidak keberatan apabila dana beasiswa bidik misi dipotong (dikelola, red), asalkan itu untuk meningkatkan kualitas mahasiswa. Sebenarnya kami juga mempertanyakan dana ini dipotong untuk apa saja dan belum ada transparansi dari lembaga. Saya berharap lembaga harus jelas dana mahasiswa Bidik misi ini digunakan untuk apa dengan bukti-bukti nyata sesuai dengan jumlah anggaran yang dikelola. Harapan kami ke depan untuk lembaga yaitu meningkatkan kegiatan-kegiatannya dan diperhatikan janganlah diabaikan mahasiswa bidik misi ini,” tutur Wahyu panjang lebar dengan berharap.
Sehingga menurutnya juga, jika dikalkulasikan dana Bidik misi yang dikelola lembaga dari 35 mahasiswa untuk program bimbingan setiap semester Rp 1,8 juta per orang terkumpul dana sebesar Rp 63 juta. Sehingga menurutnya dana tersebut sangat besar dan perlu ada transparansinya. Dikatakan Wahyu, pada semester awal pun walaupun ada bimbingan tapi mahasiswa Bidik misi terkait laporan dana yang dikelola lembaga tidak ada transparansi yang diberikan kepada mahasiswa.
Berbeda dengan yang dikatakan mahasiswa Bidik misi, Pembantu ketua I Mukhtar Hadi mengatakan bahwa untuk semester genap ini sama halnya dengan semester ganjil lalu. Dikatakannya juga pada semester genap ini ada tambahan pelatihan kepemimpinan, latihan kewirausahaan, kegiatan penelitian, dan latihan kemampuan bahasa asing. “Untuk kemampuan bahasa asing sudah berjalan di semester satu,” ujarnya. Saat Kronika bertanya terkait program bimbingan belajar mahasiswa Bidik misi apakah sudah berjalan di semester genap ini. Mukhtar Hadi mengatakan, “bimbel (bimbingan belajar, red) sudah dilakukan dan sedang dievaluasi,” katanya.
Sedangkan terkait dana beasiswa yang dikelola lembaga sebesar Rp 2,4 juta dikatakannya bukanlah potongan tetapi untuk dialokasikan ke pembayaran SPP dan pengembangan mahasiswa. “Sebenarnya dana Rp 2,4 juta itu bukanlah potongan melainkan dialokasikan bukan potongan. Uang Rp 2,4 juta itu dialokasikan ke biaya SPP dan pengembangan mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Bidik misi ke depannya,” tutur Mukhtar.
Terakhir Mukhtar Hadi pun berharap agar mahasiswa yang mendapat beasiswa Bidik misi untuk dapat memanfaatkan dengan baik agar menjadi mahasiswa terbaik dan berprestasi. “Diharapkan mahasiswa dapat memanfaatkan dengan baik agar betul-betul menjadi mahasiswa yang terbaik dan berprestasi. Apabila mahasiswa yang mendapatkan beasiswa tersebut tidak serius, bantuan bisa saja dihentikan,” tuturnya berharap.
Sebagai perbandingan, selanjutnya Kronika menghubungi mahasiswa Bidik misi Universitas Lampung (Unila) Ahmad Khoirudin Syam yang juga merupakan ketua Ikatan Mahasiswa Bidik misi (Ikabim). Dari penjelasan Ahmad, dana beasiswa Bidik misi di Unila jumlah keseluruhan dari pusat sepenuhnya diserahkan dan dikelola oleh mahasiswa. Sedangkan dalam pengembangan mahasiswa pihak Universitas juga mengadakan program pembinaan dan bimbingan dengan hanya menyetor Rp 550 ribu per semester. Dikatakan juga, dana Rp 550 ribu itu selain untuk biaya bimbingan, juga sudah termasuk iuran untuk field trip yang rencananya akan ke Ancol. Sedangkan untuk pembayaran SPP dilakukan oleh masing-masing mahasiswa.
“Rp 6 juta per semester yang mengelola otonomi dari mahasiswa dan dari tim pengelola mengadakan yang namanya program pembinaan dan bimbingan yang tidak ada di bangku kuliah seperti bimbingan kewirausahaan, wawasan kebangsaan dan sebagainya. Biayanya Rp 550 ribu per semester dan yang menyetor langsung dari mahasiswa,” kata Ahmad. Selain itu, Ahmad juga mengatakan bahwa di Universitas Lampung setiap semester ada rapat dengan pengurus dalam pemberitahuan rincian transparansi dana Bidik misi dari pihak Universitas kepada mahasiswa Bidik misi. Saat ini di Unila program Bidik misi sudah berjalan tiga tahun dengan jumlah 700 mahasiswa. Sedangkan pada tahun ini kuota beasiswa Bidik misi di Unila sebanyak 500 mahasiswa.
Kembali Bidik misi STAIN Metro, pada Selasa (22/5) Afandi memberitahukan kepada Kronika bahwa pihak lembaga telah memberikan jadwal kepada pihak mahasiswa Bidik misi mengenai kegiatan pelatihan kepemimpinan mahasiswa untuk program bantuan Bidik misi. Namun kegiatan tersebut pada jadwal tercantum hanya terlaksana tiga hari. Yakni pada Kamis hingga Sabtu (31 Mei-1Juni) di lantai 1 perpustakaan STAIN Metro dengan pemateri dari kalangan dosen sendiri. Hal ini pun menjadi pertanyaan besar kembali bagi Afandi. Karena dana yang dikelola lembaga tidak sedikit yakni Rp 63 juta. Selanjutnya pihak mahasiswa Bidik misi juga meminta transparansi dari lembaga mengenai dana bimbingan senilai Rp 1,8 juta per mahasiswa. Sementara dari dana tersebut dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan kepemimpinan hanya dilaksanakan tiga hari dengan enam pemateri.[]