Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Mengadakan Pembekalan Asistensi Mengajar (AM) Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).Bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Kampus I IAIN Metro. Selasa, 19/03/2024.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Dekan FTIK, Zuhairi sekaligus membuka acara, Wakil Dekan (Wadek) I, Isti Fatonah sekaligus ketua pelaksana kegiatan, Wadek II, Kuryani, Wadek III, dan menghadirkan narasumber Atut Sartika Dewi, Praktisi Literasi.
Turut hadir juga Kepala Prodi (Kaprodi) dari masing masing jurusan yakni, Kaprodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Muhammad Ali, Kaprodi Tadris Bahasa Inggris (TBI), Much Deiniatur, Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Siti Annisah, Kaprodi Pendidikan Anak Usia Dini (PIAUD), Edo Dwi Cahyo, Kaprodi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (TIPS), Tubagus Ali, Kaprodi Tadris Pendidikan Matematika (TPM), Endah Wulantina, Kaprodi Tadris Biologi (TBio), Nasrul Hakim, Kaprodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Dian Ekawati , serta seluruh tim manajemen FTIK.
Sebanyak 492 Peserta Asistensi Mengajar FTIK tersebut berasal dari Prodi PAI dengan jumlah 182, mahasiswa, TBI 78 mahasiswa, TBio 54 mahasiswa, PGMI 75 mahasiswa, PIAUD 22 mahasiswa, Tadris TPM 29 mahasiswa, Tadris TIPS 35 mahasiswa, dan PBA 17 Mahasiswa.
Kegiatan pembekalan ini dilakukan guna memberi pemahaman kepada calon peserta terkait tentang pelaksanaan AM yang akan dilakukan pada sekolah-sekolah yang tersebar di beberapa daerah seperti Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, Pesawaran dengan Jumlah 62 sekolah yang terdiri dari SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA.
Zuhairi dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan AM sekaligus Pengabdian Masyarakat merupakan program Perdana dari FTIK itu sendiri. “Yang mana, ini menjadi amanah dari kurikulum MBKM, karena sejatinya kurikulum merdeka berarti bebas dalam sistem pembelajarannya,”ungkapnya.
Hal tersebut harus di laksanakan dan harus diterapkan. “Karena akreditasi yang akan diwujudkan 2024 nanti, kini harus memuat penyelenggaraan program MBKM,” jelasnya.
Sementara itu, Atut dalam meterinya menyampaikan bahwa untuk menciptakan suasana merdeka dalam pembelajaran MBKM, suasana belajar harus dibuat sangat menyenangkan. “Inilah yang disebut dengan Merdeka Belajar,” tuturnya.
Ia juga menerangkan bahwa sebagai calon guru, topik dalam kurikulum MBKM yang harus dikuasai guru meliputi capain perencanaan pembelajaran, penyusunan modul ajar, media pembelajaran, bahan ajar, identifikasi materi pembelajaran.
Kemudian, sebelum terjun ke dunia sekolah, ada beberapa persiapan mental yang perlu dilakukan. “Namun, penguasaan public speaking saja tidak cukup. Kita juga perlu mempelajari strategi, media, dan materi yang tepat agar dapat berbicara dengan efektif,” pesannya.
Tanggapan datang dari Monica (PGMI’21). Menurut nya program tersebut sangat direkomendasikan dan efisien. “Program AM sekaligus pengabdian masyarakat ini menurut saya cukup menjadi rekomendasi, karena selain menghemat waktu juga menghemat biaya, serta lebih praktis dan efisien,” ungkapnya.
Ia pun berharap kegiatan seperti ini dapat berlanjut di angkatan-angkatan berikutnya dan terus berkembang menjadi lebih baik.
Berbeda halnya dengan Nada aprilia (PAI’21), ia mengatakan bahwa acara yang diadakan cukup mendadak sehingga kurang adanya persiapan. “Sebenarnya acaranya udah lama dipersiapkan tetapi diadakannya agak dadakan, dan beritanya juga simpang siur, jadi kita agak terkejut karena dadakan dan belum ada persiapan yang matang,” pungkasnya.
Ia juga mengeluhkan kurangnya komunikasi antar anggota kelompok. Ia berharap ke depannya, informasi yang disampaikan lebih lengkap dan tidak setengah-setengah, terutama untuk angkatan percobaan seperti kami.
(Reporter/Bela/Utami)