Liberty Klarifikasi Isu Mogok Pelayanan, Akui Miskomunikasi di FEBI IAIN Metro

Dalam sebuah langkah yang mencerminkan ketidakpuasan mendalam, dua Program Studi (Prodi) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, yaitu Prodi Ekonomi Syariah (ESy) dan Akuntansi Syariah (AKs), melakukan aksi mogok pelayanan. Tindakan ini diambil sebagai respons terhadap manajemen fakultas yang dinilai kurang memperhatikan rekomendasi dan masukan dari kedua program studi tersebut.
Dalam wawancara eksklusif dengan Sekretaris Prodi ESy, Hotman, ia menjelaskan bahwa mogok pelayanan ini merupakan langkah terakhir yang diambil setelah merasa berjuang sendirian dalam mengelola program studi‚ “Kami merasa tidak didengar. Ini adalah upaya kami untuk menuntut perhatian yang layak dari pihak manajemen,” ungkap Hotman.
Kronika kemudian melanjutkan reportase dengan menemui pihak Dekanat pada Senin, 23 Desember 2024. Kronika bertemu dengan Wakil Dekan III FEBI, Liberty, yang menjelaskan bahwa situasi ini disebabkan oleh miskomunikasi antara pihak Prodi dan Dekanat. Liberty merujuk pada surat resmi dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, yang tertanggal 10 Desember 2024 dan bernomor 26/1300/Bdl/Srt/B, sebagai salah satu pemicu ketegangan ini.
Surat tersebut berisi permohonan untuk mengerahkan tenaga pencacah (surveyor) dari mahasiswa dalam rangka pelaksanaan dua kegiatan survei penting, yaitu Survei Pemantauan Harga (SPH) dan Survei Pusat Informasi Pangan Strategis (PIHPS). Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang akan digunakan sebagai dasar dalam perumusan kebijakan ekonomi oleh Bank Indonesia.
Dalam berita sebelumnya yang membahas hal serupa Hotman telah menyampaikan kepada kronika mengenai alasan mogok pelayanan di Prodi Esy‚ pembaca dapat melihatnya pada link https://kronika.id/birokrasi-lambat-febi-mogok-pelayanan/
Kejadian ini menimbulkan kekecewaan mendalam di kalangan mahasiswa dan dosen, terutama bagi Hotman.
Hotman mengungkapkan rasa frustrasinya ketika mendapati bahwa mahasiswa yang telah lolos seleksi tidak mendapatkan perhatian yang layak dari pihak Dekanat‚ “Pada tanggal 20, menjelang pertemuan dengan Bank Indonesia, saya menerima pesan WhatsApp dari salah satu peserta yang lolos dari program studi Esy.”
“Pesan tersebut menyatakan bahwa tidak ada respons dari manajemen, bahkan Kaprodi Perbankan Syariah pun tidak memberikan tanggapan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Hotman menambahkan bahwa ia telah berusaha menghubungi Liberty, namun teleponnya tidak diangkat‚ “Saya merasa bingung dan kecewa‚ saya merasa tidak dihargai dan dipermalukan di hadapan mahasiswa,” ungkapnya dengan nada tinggi.
Hotman menegaskan bahwa seharusnya proses seleksi yang ada dilakukan dengan lebih terstruktur, melibatkan semua pihak terkait, termasuk Dekan. Ia benar-benar merasa kecewa dengan apa yang telah ia alami berserta para mahasiswa-mahasiswanya‚ “Saya diberikan kepercayaan, tetapi kepercayaan tersebut tidak sesuai dengan harapan. Saya merasa dirugikan dan sangat malu di hadapan mahasiswa ketika hasil seleksi diumumkan, tetapi tiba-tiba nama mereka tidak ada dalam daftar,” tutupnya.
Hotman juga menjelaskan bahwa insiden ini bukanlah yang pertama kali terjadi‚ “Ini tidak kali pertama. Yang pertama terjadi saat Otoritas Jasa Keuangan. Saat itu suasana kepepet dan saya berpikir untuk melakukan seleksi‚” ujarnya.
Lebih lanjut ia juga menerangkan bahwa dalam melakukan seleksi tersebut ia mencari mahasiswa dan akhirnya memberikan dua mahasiswa sebagai perwakilan dari Prodi ESY untuk mengikuti kegiatan dari OJK‚ “Saya memberikan perwakilan dua orang untuk diseleksi. Namun, saya bertanya, apa peran dekan dalam hal ini? Kenapa Ka Prodi Perbankan Syariah yang terlibat? Ini kenapa bisa terulang lagi?” tegasnya.
Hal-hal tersebut disampaikan oleh Hotman dalam forum audiensi permasalahan dengan pihak Dekan dan Wakil Dekan III FEBI IAIN Metro. Dalam forum tersebut Dekan FEBI‚ Mat Jalil‚ Wakil Dekan III‚ Liberty‚ serta 8 Mahasiswa/i Prodi Esy hadir dan saling memberikan jawaban.
Menanggapi pernyataan Hotman, Liberty selaku Wakil Dekan III FEBI yang menaungi bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, memberikan klarifikasi mengenai situasi tersebut. Dalam keterangannya, Liberty menjelaskan bahwa ia telah dihubungi oleh Ibu Saumi—Pegawai Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung‚ terkait penunjukan mahasiswa sebagai pencacah (surveyor) setiap enam bulan sekali‚ “Selama ini, saya tidak melalui Pak Hotman. Biasanya, saya langsung mendata mahasiswa berdasarkan IPK mereka,” ungkapnya.
Dalam penjelasannya, Liberty mengungkapkan bahwa pihaknya mengalami kendala dalam membagikan informasi terkait seleksi tersebut akibat kegiatan Akreditasi Lembaga (AL) Prodi Akuntansi Syariah‚ “Kemarin, kami terbentur kegiatan AL Prodi AKS, sehingga saya membagikan informasi ini kepada Kaprodi ESY dan PBS,” jelasnya.
Liberty menjelaskan bahwa informasi mengenai seleksi tersebut disampaikan kepada Ka Prodi Ekonomi Syariah (ESY) dan Perbankan Syariah (PBS). Namun, dua program studi lainnya, yaitu Akuntansi Syariah (AKS) dan Manajemen Hukum (MHU), tidak dilibatkan dalam proses ini‚ “Kenapa tidak melibatkan dua Prodi lainnya, yaitu AKS dan MHU? Karena Ka prodi AKS tidak ingin direpotkan dengan hal ini, mengingat mereka sedang mengurus akreditasi, sementara Prodi MHU tidak memberikan kabar sama sekali,” ungkapnya.
Meskipun demikian, Liberty menegaskan bahwa hanya dua mahasiswa dari masing-masing program studi yang akan direkomendasikan untuk mengikuti seleksi. Ia juga menyebutkan bahwa baru-baru ini, Muhammad Rian Pahlevi, Ka Prodi PBS, mengantarkan delapan mahasiswa.
“Gilang ternyata sudah menjadi surveyor di sana, mungkin ia mendapatkan informasi bahwa yang sudah pernah menjadi surveyor di sana boleh mendaftar lagi,” tuturnya. Liberty menganggap Ajeng sebagai perwakilan mahasiswa MHU dan segera membuatkan surat keputusan untuk mereka.
Lebih lanjut, Liberty menekankan bahwa keputusan akhir mengenai mahasiswa yang terpilih untuk magang didasarkan pada surat resmi yang telah dikeluarkan‚ “Karena banyak yang mendaftar lewat link—tautan pendaftaran menjadi surveyor, saya memperjelas bahwa keputusan yang diakui adalah yang tercantum dalam surat tersebut,” tegasnya.
Liberty menjelaskan bahwa Surat Keputusan (SK) awal hanya mencantumkan delapan nama mahasiswa. Namun, situasi berubah ketika seorang mahasiswa bernama Dafa mengajukan permohonan untuk ikut sebagai surveyor. Dafa menyampaikan keinginannya kepada Liberty, yang kemudian memutuskan untuk memasukkan namanya ke dalam daftar, “Dafa langsung bilang, ‘Bu, saya ingin ikut surveyor, masih bisa tidak, Bu?’ Ya‚ sudah, saya masukkan saja karena Bu Saumi sudah meminta,” terangnya.
Setelah itu, Liberty mengadakan rapat untuk menambah jumlah mahasiswa yang terlibat menjadi sepuluh orang, dengan harapan bahwa semua program studi dapat terwakili. Ia menegaskan bahwa keputusan akhir mengenai mahasiswa yang terpilih untuk menjadi surveyor didasarkan pada surat resmi yang telah dikeluarkan‚ “Karena penentu seleksi itu dari BI, bukan dari pihak Dekanat,” ungkapnya.
Terkait pernyataan Hotman yang mengungkapkan kasus OJK meminta mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang mereka selenggarakan. Liberty menjelaskan bahwa dalam kasus OJK, proses seleksi tidak melalui Wakil Dekan III. Ia menyebutkan bahwa OJK mungkin memiliki kontak langsung dengan Ka Prodi Perbankan Syariah (PBS), Muhhamad Ryan, yang kemudian meminta mahasiswa untuk mengikuti program tersebut secara khusus.
“Tidak ada surat atau apapun yang masuk ke WD III terkait OJK, maka WD III dalam hal ini tidak menentukan satu orang itu bukan rekomendasi dari WD III,” tegasnya.
Lebih lanjut, Liberty menegaskan bahwa masih ada peluang bagi mahasiswa untuk mengikuti gelombang kedua seleksi, yang khusus diperuntukkan bagi mahasiswa dari program studi Ekonomi Syariah (ESY) dan PBS. Saat ini, pihaknya masih menunggu tanda tangan dari pimpinan Bank Indonesia (BI) untuk melanjutkan proses tersebut‚ “Artinya ini adalah miskomunikasi dari pihak kita. Saya sangat menyesalkan ini mengapa harus sampai ke rektor, karena sebenarnya bisa diselesaikan di FEBI,” ungkapnya.
Liberty juga menjelaskan bahwa WD III hanya menerima berkas fisik yang sudah ada di mejanya, yaitu bukti persyaratan yang diajukan oleh mahasiswa. Berkas tersebut yang akan digunakan untuk membuat surat keputusan (SK) terkait seleksi.
Permasalahan mencuat menyusul pernyataan dari Hotman yang mengeluhkan mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) dan pedoman yang mengatur peranan Kepala Program Studi (Ka Prodi) Esy, yang baru-baru ini mengundurkan diri.
Hotman menegaskan bahwa ketidakjelasan dalam SOP dan pedoman tersebut telah mengganggu kelancaran operasional di Prodi. Ia menyoroti bahwa seharusnya tanda tangan (TTD) pada dokumen penting dilakukan oleh Ka Prodi, namun dengan pengunduran diri yang terjadi, hal ini menjadi masalah‚ “Kami butuh kepastian dan struktur yang jelas agar tidak terjadi kebingungan dalam pelaksanaan tugas,” ujarnya.
Hotman memberikan penjelasan bahwa selama ini telah ada pedoman dan SOP yang mengatur peran masing-masing pihak. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dan komunikasi yang baik antara semua pihak, termasuk Wakil Dekan dan Dekan‚ “Kami berharap Wakil Dekan dan Dekan dapat bekerja secara proporsional agar masalah ini tidak terulang,” kata Hotman.
Liberty juga menjelaskan alasan di balik tidak dilaksanakannya rapat internal para dosen setiap hari Rabu. Menurutnya, hal ini bukan karena ketidakmauan, melainkan karena Wakil Dekan I sedang cuti dan Dekan terlibat dalam rapat senat yang tidak dapat dihindari‚ “Kami sudah berusaha untuk merubah jadwal, namun situasi ini membuat rapat tidak dapat dilaksanakan,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Dekan II, Yuyun Yuniarsih, saat ini juga merangkap jabatan sebagai Wakil Dekan I, menambah kompleksitas dalam pengelolaan waktu dan tugas di Dekanat FEBI.
Terkait mogoknya pelayanan di Program Studi Esy, Dekan FEBI‚ menjelaskan bahwa karena Ka Prodi sedang tidak ada, tugas tersebut sementara diberikan kepada Sekretaris Prodi (Sek Prodi) sebagai pengganti.
“Menurut saya, tidak ada istilah ‘mogok’. Silakan lanjutkan pelayanan agar tidak terhambat,” tegas Dekan. Wakil Dekan III juga menambahkan bahwa pemogokan pelayanan tersebut akan dicabut secara bertahap.
Mengenai pengangkatan Ka Prodi Esy, Wakil Dekan III menyatakan bahwa keputusan tersebut berada di bawah wewenang Rektor. Saat ini, IAIN Metro sedang dalam masa transisi pergantian Rektor, sehingga situasi ini masih “digantung”. Dekan juga menambahkan bahwa ia akan segera mengusulkan pengambilan keputusan terkait hal ini.
“Saya tidak ingin menyelesaikan masalah melalui WhatsApp. Jika FEBI ingin maju, kita harus saling mendukung. Jika ada masalah dari bawah, sebaiknya diselesaikan oleh para Wakil Dekan terlebih dahulu, baru kemudian dilaporkan kepada saya. Yang jelas, jika ada masalah, kita selesaikan bersama-sama,” pungkas Dekan.
Tanggapan datang dari Mahasiswa Prodi Esy Semester VII (Tahun Angkatan 2021‚. Red.) ia merasa puas dan lega dengan hasil diskusi tersebut, terutama terkait pendaftaran mahasiswa yang berlangsung kemarin.
“Harapan kami untuk Fakultas FEBI adalah agar jajaran kepengurusan dapat lebih terbuka dalam berkomunikasi. Dengan demikian, diharapkan tidak akan ada lagi miskomunikasi yang terjadi di masa depan. Keterbukaan dan transparansi dalam pengambilan keputusan sangat penting untuk menciptakan lingkungan akademik yang harmonis‚” ungkapnya.
Saya juga berharap agar Sekretaris Prodi Esy dapat lebih mengayomi mahasiswa‚ “Penting bagi kita semua untuk saling berpikiran terbuka dan menghindari reaksi emosional yang sesaat‚” harapnya.
Tanggapan lain dari mahasiswa Esy juga menyoroti pentingnya komunikasi yang baik‚ “Jika ada berita seperti yang kemarin, tolong ditelaah dulu. Ternyata masalah ini adalah miskomunikasi antara WD III dan Ka Prodi. Sebaiknya diselesaikan secara kekeluargaan, karena ini adalah masalah internal di dalam fakultas dan prodi‚” ujarnya.
“Alhamdulillah, karena masalah ini sudah terselesaikan, semoga tidak ada miskomunikasi lagi ke depannya. Kami berharap mahasiswa yang ingin mendaftar tidak mengalami kendala lagi, terutama jika ada peluang gelombang tahap kedua seperti yang disampaikan WD III tadi‚” ungkapnya dengan penuh harap.
Reporter (Abizar/Azis/Indah)