Menilik Kesejahteraan Office Boy
Menilik Kesejahteraan Office Boy
Laporan: Muklis, Mutmainah
STAIN ; Kebersihan merupakan hal penting dalam keseharian. Begitu juga dengan sebuah institusi, kebersihan terjaga, maka keindahan akan tampak. Dalam menjaga kebersihan ini biasanya membutuhkan tenaga kebersihan (office boy) untuk mengatasinya. Begitu juga dengan STAIN Jurai Siwo Metro yang tak luput dari sorotan Kronika kali ini. Namun, ada hal yang miris dan prihatin saat Kronika mewawancarai beberapa tenaga kebersihan di Perguruan Tinggi Islam ini.
Salah satunya Mu’asim yang merupakan ayah dari tiga anak ini memperjuangkan hidupnya menjadi tenaga kebersihan di STAIN Metro. Mu’asim menjadi tenaga kebersihan sudah 13 tahun lamanya yakni sejak 1 Mei 1999 dan masih berstatus honor. Pria yang sudah berusia 53 tahun ini menuturkan, saat ini bekerja di STAIN Metro pihaknya bertanggung jawab membersihkan gedung E3 lantai 2 yang terdiri dari 3 lokal dan gedung E4 lantai 1 dan 2 terdiri dari 8 lokal beserta halaman gedung. Sementara jam kerjanya yakni di pagi hari mulai pukul 06.30 sampai 11.00. Belum selesai di situ, sore harinya pun Mu’asim kembali bergegas ke STAIN Metro untuk kerja lagi dari pukul 15.30 hingga Maghrib. Pekerjaan itu Mu’asim lakukan setiap hari Senin hingga Jum’at.
Dalam melakukan kerja membersihkan yang memakan waktu lama menurutnya dikarenakan banyaknya tanggung jawab untuk membersihkan lokal kuliah. Karena bukan hanya menyapu saja yang dilakukan, melainkan mengepel lantai, menutup jendela dan membersihkan kaca. Walaupun tugas begitu berat, Mu’asim mengatakan bahwa upah/gaji yang diterimanya terakhir ini sebesar Rp 650 ribu per bulan.
Bagi Mu’asim upah tersebut masih kurang dari cukup jika untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Karena saat ini Mu’asim harus membiayai ke tiga anaknya untuk bisa sekolah. Salah satu putrinya pun saat ini masih mengenyam bangku kuliah di STAIN Metro yang sudah semester VIII. Jika mengalami kekurangan, sosok kepala keluarga ini mengatakan sering menghutang untuk menutupi kebutuhannya. “Cara nutupin kebutuhan biasanya gali lubang tutup lubang (menghutang, red). Harapan pun Mu’asim terucapkanb olehnya, “Harapan kami sebagai kebersihan, terutama bagi yang honor untuk ditingkatkan kesejahteraannya. Biasanya setiap tahun sebelumnya upah kami selalu naik,” ujarnya.
Di tempat terpisah Kronika juga menemui Sukardi yang saat itu sedang sibuk menyapu di salah satu ruangan gedung laboratorium. Dari penuturan Sukardi juga tidak jauh berbeda dengan Mu’asim. Sebagai kepala keluarga Sukardi harus berjuang memenuhi kebutuhan rumah tangga dan menyekolahkan ketigaanaknya. Bahkan kedua putrinya pun masih kuliah di STAIN Metro. Beruntungnya salah satu putrinya saat masuk STAIN Metro pada tahun 2011 kemarin mendapat beasiswa Bidikmisi. “Alhamdulillah, satu putri saya dapat beasiswa Bidikmisi sehingga meringankan beban,” ucapnya tersenyum.
Sukardi dalam menjalankan tugasnya mendapat kewajiban untuk membersihkan seluruh ruangan yang ada di gedung laboratorium terdiri dari 3 lantai dan ditambah gedung E3 lantai 1. Untuk waktu pekerjaannya sama seperti Mu’asim.
Sementara upah pokok yang diterima Sukardi sama seperti Mu’asim. Namun Sukardi juga mendapat upah lainnya sebesar Rp 250 ribu per bulan karena mendapat pekerjaan tambahan. Yakni selain hari Senin sampai Jum’at, Sukardi juga setiap Sabtu dan Minggu melakukan pekerjaan itu untuk membersihkan lokal yang dipakai kuliah kualifikasi. Sama halnya yang dialami Mu’asim. Sukardi juga mengaku pendapatan yang diterimanya dari bekerja sebagai tenaga kebersihan kurang dari cukup. Karena ia pun sering meminjam uang di koperasi yang setiap bulannya sebagian gaji yang didapat harus dipotong untuk melunasi. Sosok pria yang beralamat rumah di 38 B Banjarejo Lampung Timur ini juga berharap kepada pihak lembaga untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai. “Kalau bisa kesejahteraan pegawai ditingkatkan. Kemaren saya juga masuk data base dari Depag (Kementerian Agama, red). Berharap juga ada dukungan dari lembaga untuk masuk PNS (pegawai negeri sipil, red),” tutur Sukardi penuh harapan.
Hal serupa dialami Sutaryo yang juga merupakan tenaga kebersihan honorer. Sutaryo mendapat kewajiban untuk membersihkan gedung N dengan 8 lokal kuliah beserta taman dan parkir. Jam kerja yang dilakukannya sama seperti tenega kebersihan lainnya. Namun terkadang Sutaryo membersihkan hingga malam, karena juga sering kali harus menunggu mahasiswa pulang karena saat ini jam kuliah ada yang hingga sore.
Saat ditanya masalah gaji yang diterimanya, Sutaryo mengaku masih pas-pasan. Karena selain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Ia juga sedang menyekolahkan kedua anaknya. Untuk menambah penghasilan lainnya pun Sutaryo tak ragu untuk sambil memulung barang-barang yang laku dijual. “Saya setiap hari sambil cari rongsokan untuk tambahan. Untuk makan belum, anak sekolah dan kebutuhan lainnya,” tuturnya.
Terkadang jika dalam keadaan kekurangan Sutaryo meminjam uang di koperasi untuk menutupi kebutuhan yang menuntut hidupnya. “Minjam di koperasi, gaji dipotong untuk tutup lubang (bayar hutang, red),” ucap Sutaryo. Sutaryo pun berharap untuk bisa diajukan menjadi tenaga kebersihan dengan status PNS agar kesejahteraan keluarganya lebih terjamin.
Pembantu ketua II Zainal Abidin yang mengurusi bagian kepegawaian mengatakan jumlah tenaga kebersihan yang ada di STAIN Metro lebih dari cukup. Hal itu beralasan karena kampus STAIN Metro tidak terlalu luas. Zainal juga menuturkan untuk ke depan akan ada penempatan pegawai yang khusus sebagai kebersihan. “Jadi ada perusahaan penyedia jasa kebersihan. Kita programkan tahun 2013, kalau sekarang belum siap,” ujarnya.
Ditambakan juga, bahwa dalam mensejahterakan pegawai kebersihan pihaknya telah memberikan honor yang layak, yang juga disesuaikan dengan kondisi keuangan di STAIN Metro. Terakhir Zainal mengatakan dalam menggaji tenaga honorer setiap tahun ada peningkatan yang juga tergantung masa kerjanya. “Karena ini negeri (STAIN Metro, red) bukan swasta, jadi ada aturannya untuk menggaji honorer ada standarnya. Disesuaikan keuangan STAIN. Ada minimal ada maksimal,” ucapnya pada Kamis (19/4).
Selanjutnya pada Senin (23/4) Kronika mendapat kabar dari Mu’asim bahwa tenaga honorer diadakan pertemuan dengan pejabat STAIN Metro mengenai kenaikan upah tenaga honorer. Dari keterangannya pihak lembaga menjelaskan setiap tahun akan menaikkan upah mereka sedikitnya Rp 150 ribu pertahun. Kabar tersebut pun disambut Mu’asim dengan gembira karena untuk peningkatan kesejahteraan hidup keluarganya menjadi lebih baik. Pihaknya mendapat kabar behwa mengenai keterlambatan pada 2012 ini dalam menaikkan gaji untuk tenaga honorer dikarenakan adanya penambahan tiga karyawan baru.[]