Kronika

Aktual Budaya Daerah Kota Metro Metro Pelatihan Pendidikan Pengabdian Webinar Workshop

Menko PMK Apresiasi Payungi Pada Semarak Gathering Gen Digital Revolusi Mental 2024 

  • Juli 15, 2024
  • 3 min read
  • 84 Views
Menko PMK Apresiasi Payungi Pada Semarak Gathering Gen Digital Revolusi Mental 2024 

Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi) menggelar acara  Semarak Gathering Generasi Digital Revolusi Mental tahun 2024. Bertajuk  Berbagi Hal Baik untuk Indonesia Lebih Baik. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong revolusi mental  kepada  generasi muda dalam memanfaatkan dunia digital secara bijak dan bertanggung jawab, serta memberdayakan teman-teman difabel, terutama anak-anak, untuk berkarya dan berdaya. Diadakan di Payungi, Yosomulyo, Metro Pusat, Metro. (Ahad, 14/7/2024).

Kegiatan yang berlangusng sejak pagi ini menghadirkan tokoh-tokoh besar seperti,  Mentri Koordinator (Menko) Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, Walikota Metro, Wahdi Siradjuddin, Founder Payungi, Dharma Setyawan, Founder dan Chief executive office (CEO) Lampung Geh, Bery Decky Saputra, jajaran pemerintah setempat, serta diikuti 60 peserta dan tamu undangan.

Ditemui wartawan dalam pers rilisnya, Menko PMK, Muhadjir Effendy, menekankan  pentingnya pengelolaan media digital yang baik dan sesuai etika. Ia menuturkan jika generasi milineial menjadi kunci bagi arah perkembangan media digital saat ini, dan menjadi tanggung jawab bagi seluruh lapisan masyarakat untuk terus mengawal arah perubahan dunia digital saat ini

“Generasi milenial, sebagai generasi yang lahir dan besar di era digital, memegang kunci dalam menentukan arah perkembangan media digital saat ini,” tutur Menko PMK. “Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita bersama, terutama generasi milenial, untuk mengawal arah perubahan dunia digital agar membawa manfaat positif bagi bangsa,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Menko PMK, Muhadjir Effendy, juga mengapresiasi Payungi dalam memberikan perhatian terhadap teman difabel terutama anak-anak. Menurutnya, penting bagi masyarakat untuk terus mendorong mereka menjadi pribadi yang mandiri, terlepas dari kekurangan yang dimiliki, “Kalau dia semakin mandiri dengan keterbatasannya itu, maka akan bisa merasakan hidup apa adanya seperti kita,” tambahnya saat diwawancarai pada kronika.

Baca Juga:  Ikuti Perkembangan MEA dengan Kuliah Umum

Lebih lanjut, Dharma, Founder Payungi menjelaskan bahwa Kementerian PMK melihat Payungi, tempat pelaksanaan acara, sebagai contoh nyata penerapan revolusi mental. Payungi menjadi wadah bagi berkembangnya lima pilar revolusi mental, yaitu Indonesia melayani, Indonesia tertib, Indonesia bersih, Indonesia mandiri, dan Indonesia bersatu.

Gerakan-gerakan seperti kegiatan pelayanan bagi teman disabilitas, kegiatan pengelolaan sampah, adanya pasar-pasar kreatif yang beragam, kegiatan perdagangan yang disiplin, hingga kegiatan gotong-royong dalam mengembangkan kegiatan Payungi ini dinilai mampu menjadi akar bagi tumbuhnya revolusi mental masyarakat, terkhusus generasi muda.

Kegiatan ini diharapkan mampu menjadi wadah bagi seluruh masyarakat untuk berkembang dan bertumbuh bersama, baik untuk masyarakat umum, generasi muda, maupun teman difabel, “Dan yang paling penting adalah kebaikan ini bisa ditularkan dan mendorong mendorong ide-ide kreatif untuk para disabilitas,” harap Dharma.

Kemudian, salah satu program unggulan yang disorot adalah Disabilitas Corner, sebuah kegiatan literasi bagi teman tunanetra yang bekerja sama dengan pihak daerah terkait. Program ini memberikan akses kepada teman tunanetra untuk membaca dan belajar, membuka wawasan mereka, dan meningkatkan literasi di kalangan difabel.

Selain itu, acara ini juga menghadirkan program Disabilitas Artwork, sebuah kegiatan pengembangan kreativitas melalui praktik seni yang dibimbing oleh tokoh-tokoh inspiratif setempat. Program ini memungkinkan teman difabel untuk mengekspresikan diri dan menuangkan ide-ide kreatif mereka melalui karya seni.

Kegiatan dilanjut dengan visitasi peserta acara ke dua kampung kreatif setempat, yaitu Kampung lebah dan Kampung Pengangguran. Kampung Lebah bergerak dalam budidaya lebah dan Kampung Pengangguran yang bergerak dalam budidaya tanaman anggur.

Tanggapan datang dari Tri Adi Wahyudia perwakilan dari media Lampung Geh. Ia menuturkan apresiasi terhadap adanya kegiatan ini, dimana kegiatan ini menjadi bukti jika komunikasi antara pemerintah kota dan masyarakat setempat berjalan baik, terbukti dengan perhatian yang ditunjukan kepada teman disabilitas.

Baca Juga:  Sehat Melalui Pemahaman Dampak Seks Bebas dan Pernikahan Dini

Ia juga berharap agar kegiatan ini bisa terus berlanjut, dan dapat menjadi motivasi bagi daerah-daerah lainnya untuk dapat bertumbuh dan berkembang.  “Mudah-mudahan kegiatan ini tidak hanya satu kali saja, tapi berlanjut seterusnya dan bisa berbeda-beda, dan untuk kabupaten lain bisa termotivasi untuk melakukan gerakan kayak gini,” ungkapnya.

(Reporter/Adisti/Viki)

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *