Nobar Kinjeng Wesi
Jurai Siwo Corner (JSC) kembali mengadakan nonton bareng (Nobar) bertempat di gedung Perpustakaan lantai I IAIN Metro. Kinjeng Wesi menjadi film yang ditayangkan kali ini, Rabu (18/04). Nasrudin dan Hassanudin dosen IAIN Metro menjadi pembahas film ini.
Acara ini bertujuan untuk membuat mahasiswa sadar akan keadaan sosial di Indonesia. “Untuk membuat mahasiswa itu sadar tentang keadaan sosial di Indonesia khususnya, supaya mahasiswa itu lebih kaya intelektualnya bukan hanya belajar di dalam kelas yang sebenarnya menjadikan mahasiswa kurang progresif. Jadi dengan Nobar seperti ini lebih menambah wawasan mahasiswa dalam rangka melatih kepekaan sosial,” ungkap Wahyu Eko Prasetyo, relawan Metrouniv.
Acara ini dibuka untuk umum dan dihadiri oleh sekitar 15 orang. “Yang nonton sekitar 15 orang dan untuk umum. Cuma mungkin sosialisasinya kurang atau memang niat mahasiswa untuk berdiskusi itu mulai terdegradasi jadi mahasiswa jarang yang tertarik untuk datang di acara-acara seperti ini, datang pun kadang karena disuruh oleh dosennya,” tambah Wahyu.
Film ini menceritakan tentang perampasan lahan warga Kulon Progo. Lahan itu merupakan tanah yang subur serta produktif atau banyak mendapatkan penghasilan. “Bukan malah mengembangkan tapi malah melakukan kebijakan yang tidak relevan yaitu dengan membangun Bandara Internasional di Yogyakarta. Di sini yang dikorbankan adalah petani-petani yang ada di Pulon Progo tersebut,” tambah Wahyu.
Lain halnya dengan Darma Setyawan, Pengelola Metrouniv. Ia mengatakan film ini lebih presentatif. “Ini adalah salah satu film yang dibuat oleh LBH, ada film lain sebenarnya tapi menurut saya film ini yang lebih representatif”.
Wahyu berharap, mahasiswa harus berfikir progresif. “Harapan saya khususnya untuk Jurai Siwo Corner ini kemudian bisa mencetak mahasiswa-mahasiswa yang bisa berfikir progresif. Kuliah bukan hanya sekedar mencari IPK tinggi dan sekedar belajar di dalam kelas tapi kemudian kita mencoba untuk mengeksplorasi diri kita. Sebagai mahasiswa paling tidak ada responsif terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di Indonesia, seharusnya tidak bersikap nggak mau tahu atau acuh tak acuh seperti itu,” tutup Wahyu saat diwawancai Kronika. (Reporter/Dewi)