PADA UJUNG SENJA
Rintikan hujan membasahi kelopak demi kelopak bunga yang bermekaran. Hembusan angin menyapa lewat celah celah ventilasi biru. Dedaunan ikut menari seakan melambai lambai diterpa angin yang menusuk tulang.
Dingin…
Gemuruh ikut mewarnai langit yang perlahan menghitam.Seorang gadis menatap kosong ke hamparan pemandangan luar yang menakutkan.Selendang putih itu terkulai lemah terhempas ke lantai yang pucat.Membiarkan alam bersenandung ditengah perih oleh air asin yang perlahan membasahi pipi.Seorang gadis malang yang dilanda duka akan perginya kekasih yang begitu dicinta.Usai sudah semua kenangan indah yang mereka lalui bersama.
Diam….
Matanya berhenti pada sebuah portrait berbingkai.sebuah portrait yang berhasil meledakkan emosi dalam dirinya.Portrait lelaki itu sedang tersenyum, menatap kekacauan dalam diri gadis itu.“Aku mencintaimu…”Desisnya pelan tertahan oleh isakan yang semakin menguasai tubuhnya.Tangan lembut itu terulur dan mendekap erat portrait berbingkai kaca yang kelabu.
***
Dedaunan kering menghiasi tiap sudut taman. Bunga bunga tampak layu meski hujan deras kemarin. Tangkai tangkai tumbuhan terlihat rapuh. Bunga bunga berguguran kelopak demi kelopak bersama daun daun kering yang mewarnai jalanan kampus di pagi hari.Di bawah pohon kering itu, sepasang kekasih beradu dalam sorot kesedihan.Berkelahi?Ku lihat lelaki itu pergi begitu saja setelah sekian lama berdebat meninggalkan kekasihnya yang terduduk dalam tangisnya.
Miris…
Itukah cinta?
Drama kehidupan kadang memabukkan juga mematikan.Dengan langkah berat, ku berjalan meninggalkan kisah cinta yang mengharukan itu.“Setulus apapun kau mencintai seseorang, kau akan dihadapkan oleh dua pilihan, yaitu meninggalkan atau ditinggalkan, menghancurkan atau dihancurkan. Cinta adalah sebuah kisah yang tiada berujung”
***
**Bersambung**
Penulis : Bunga Puspita Sari