Kronika

Cerpen

PADA UJUNG SENJA

  • Januari 6, 2018
  • 3 min read
  • 91 Views


Jalanan terlihat ramai ketika ku langkahkan kaki keluar dari gerbang kampus.Kondisi siang yang amat mendung bercampur dengan lalu lalang kendaraan dan para pengguna jalan lainnya.Aku duduk bersama orang orang yang tengah menunggu bus dengan segala kesibukan mereka di halte, ada yang tengah menelpon, memriksa catatannya dan beberapa saling mengobrol satu sama lain.Aku mengamati mereka sambil tersenyum , sesekali ku baca ulang materi materi yang disampaikan dosen dikampus sambil menunggu bus yang tak kunjung datang.Suara klakson mobil membuyarkan konsentrasiku.Ku condongkan sedikit kepalaku ke sumber suara untuk mengetahui arah suara itu.Sebuah mobil bewarna putih melintas tepat di depanku.Seorang lelaki berkacamata yang ku jumpai di perpustakaan tersenyum dari balik kaca mobilnya.
“mau pulang bersama?” ajaknya sembari menurunkan kaca mobilnya.
Aku membalasnya dengan senyuman tipis dan menggelengkan kepalaku.
Lelaki itu melepas kacamatanya dan menatap ke arahku“Sepertinya akan hujan, mungkin kita searah jadi biarkan aku mengantarmu” ucapnya dengan nada memelas.
Orang orang yang tengah menunggu bus berbisik bisik ke arah kami, diantaranya ada yang melirik ku dengan tatapan tidak menyenangkan.Aku masih diam seoalah tak peduli dengan keramaian di sekitarku.Lelaki itu membuka pintu mobilnya dan berjalan mendekatiku.
“Suasana disini sangat tidak nyaman hm? Bagaimana kalau kita pergi? Tenanglah aku hanya berniat baik padamu, tidak ada maksud apapun”Ujarnya memandang orang orang di sekitar halte.
Aku berusaha tersenyum dengan sangat kaku bersama keadaan yang kini menghimpitku dalam dalam.Sebuah bus berwarna kuning pucat melintas dan berhenti tepat di depan halte tepat ketika lelaki itu akan mengeluarkan kata katanya.
“Maaf…” aku menatapnya sekilas dan mendapati raut kecewa di wajahnya.
Ku langkahkan kaki ku menimggalkannya untuk naik ke bus bersama penumpang yang lainnya.Ia memandangiku dari jendela dengan sayu.Aku menunduk untuk tak bertatapan secara langsung dengannya, saat aku melirik ke arahnya ia seperti mengatakan selamat jalan dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya sesaat sebelum bus menjalankan mesinnya.
“Aura, apakah dia kekasihmu?” sahut teman sekampusku yang mengagetkanku dengan duduk di sebelahku.
Aku menggeleng pelan
“Oh? Tapi sepertinya dia menyukaimu?” ujarnya menggodaku.
“tidak.. aku masih ingin sendiri” jawabku dengan halus.
Kulihat ia mengangguk dan memainkan handphonenya.Aku tersenyum, mengalihkan pandangan ku ke luar jendela.Buliran air terlihat jelas di kaca jendela, hujan mulai turun derasnya di luar sana.Membasahi apa saja yang menghalanginya.Langit berubah kehitaman disetai gemuruh yang menakutkan,.Aku tertegun memandang pemandangan luar. Hujan…‘aku merindukanmu’ desisku. Meraba kaca jendela dan memainkan ujung jariku membentuk garis yang abstrak mengikuti buliran air yang berjatuhan di kaca luar.“Dinginnya hujan, ketakutan akan gemuruh dan aliran hujan yang deras semua itu seperti cinta. Dimana sebelum hujan, langit yang cerah berubah kehitaman beserta gemuruh, menakutkan makhluk disekitarnya , namun sesudah hujan akan terbentuk pelangi sebagai hadiah yang indah”.
***
**Bersambung**

Baca Juga:  PADA UJUNG SENJA

Penulis : Bunga Puspita Sari

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *