Kronika

Cerpen

PADA UJUNG SENJA (Part 5)

  • Januari 11, 2018
  • 3 min read
  • 88 Views
PADA UJUNG SENJA (Part 5)

***
Hujan masih rintik rintik tatkala bus berhenti di halte berikutnya. Satu persatu penumpang turun dengan tergesa gesa karena hujan yang masih belum reda.Aku berlari lari kecil dan mencari tempat teduh sambil terus mendekap erat novel ku. Kepalaku menengadah menatap langit yang berubah biru, senyumku mengembang.Dengan segera, aku memasukkan novelku ke dalam ransel ku dengan hati hati.Tanganku terulur, memastikan deras atau tidaknya hujan yang turun. Aku melirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 03.00 sore.Dengan kepala menunduk, ku langkahkan kaki ke jalan setapak menuju ke arah rumah.
Suasana perlahan menjadi sejuk dan bunga bunga tampak bermekaran. Genangan air masih terlihat jelas di sana sini. Aku harus menghindar sesekali agar tidak terkena genangan yang dilindas oleh para pengguna jalan.Tanpa kusadari, seseorang tengah memperhatikanku.
“Aura”Suara lembut itu kembali terdengar di telingaku.
Aku berhenti melangkah dan merasakan tapakan suara sepatu dibelakangku semakin dekat.
“maaf, aku mengikutimu” ucapnya dengan nafas yang memburu.
Mataku memandangnya dengan sayu, memperhatikan lelaki berkaca mata itu.
“Ada yang ingin ku katakan padamu, tetapi kau malah meninggalkanku di halte
”Sahutnya dengan nada bicara yang tidak bisa diungkapkan.
“Ada apa?”Jawabku singkat.
“sebelumnya aku minta maaf dengan kejadian di halte tadi, aku tidak berniat untuk membuatmu malu. Kau mengerti kan kalau orang-orang disekitar kita memang sering berbicara yang bukan-bukan, jadi aku minta maaf kalau aku membuatmu tidak nyaman.
”Aku menganggukan kepalaku“ tidak apa apa, bukan salahmu jadi tidak perlu meminta maaf’
Ia tersenyum menatapku“hmm, apa yang ingin kau bicarakan?” aku memecahkan keheningan yang membuat tubuhku bergetar.
“Aku belum memahami materi sastra klasik yang dijelaskan dosen, aku ketinggalan banyak catatan karena harus mengurus ekstrakurrikuler. Apakah kau mau membantuku?
”Aku diam untuk berfikir sejenak“Maaf, tapi aku sedang banyak urusan” ucapku.
“ku mohon, aku bisa mendapatkan nilai buruk semester ini, aku sangat butuh bantuanmu” katanya dengan raut wajah yang memelas.
“baiklah” jawabku.
“terimakasih” senyumnya dengan tulus.
Aku mengambil buku catatan ku di dalam ransel dan menyerahkan buku ku kepadanya.“kau bisa meminjamnya, tapi maaf kalau aku tidak bisa membantu terlalu banyak, mungkin besok pulang kuliah aku akan membantumu untuk memahami materi itu sebisa ku”.
Ia mengulurkan tangannya untuk meraih buku catatan ku.”terimakasih sekali lagi, apakah kau ada acara hari ini?
”aku mengangguk seraya menutup ranselku. Kulihat ia menghela nafas dan tersenyum tipis.
“aku ingin mengajakmu jalan jalan, bolehkah?”Mata beningnya kembali menatapku dengan tatapan memohon.
“maafkan aku, untuk sekarang aku tidak bisa”
“kalau begitu lain kali kau pasti bisa”Ucapnya riang tanpa memberiku waktu untuk merespon kata-katanya.
Ia berbalik arah untuk berlari, sejenak aku melihatnya menoleh ke arahku dan menunjukkan senyum termanisnya.
***
**Bersambung**
Nantikan part 6, soon.
Penulis : Bunga Puspita Sari

Bagikan ini:
Baca Juga:  Rajutan Asa Malaikat Tak Bersayap
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.