Kronika

Aktual Kampus Kota Metro

Parade Teater Kota Metro 2018

  • Mei 13, 2018
  • 3 min read
  • 110 Views
Parade Teater Kota Metro 2018

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Metro Bersama Dewan Kesenian Metro mempersembahkan Parade Teater Kota Metro 2018 bertema “Membangun Wajah Teater Kota Metro” di Gedung Nuwo Budayo, Minggu (13/5) pukul 09.00 WIB. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, mulai tanggal 13-14 Mei 2018.

Hari pertama parade tersebut menyajikan teater Perintis dari SMKN 2 Metro karya Anton Chekof, dilanjutkan teater Batu karya Matinggo Borje oleh RBA MAN 1 Lampung Timur pukul 11.00 WIB serta pada pukul 14.00, menampilkan teater Kapook dari UKM Impas IAIN Metro karya Anton Chekof.

Pada hari kedua parade akan menampilkan teater Mentari dari Universitas Muhammadiyah Metro, teater Tak Berujung dari SMK Muhammadiyah 3 Metro dan teater Boglamp dari SDM Metro.

Muadin Eufari, Ketua Dewan Kesenian Metro mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk pembinaan dan penguatan serta pengembangan teater di Kota Metro.

Ini adalah progja Dewan Kesenian didalam komite teater. Program kerja Dewan Kesenian Metro tidak hanya parade teater melainkan ada festival film pendek, apresiasi musik keroncong, festival jaran kepang, kucing klinik, penggarapan tari, penerbitan kumpulan puisi atau buku sastra, pameran seni rupa.

Kegiatan ini sudah dimulai sejak bulan Februari dengan mengadakan agenda forum silaturahmi teater Kota Metro.

“Kita mengundang seluruh komunitas teater pelajar dan mahasiswa serta seninam teater di Metro dan sekitarnya. Saat itu yang hadir cukup banyak,”ujar Amin Budi Utomo, Komite Dewan Kesenian Metro.

Pasca itu, pada tanggal 3-4 Maret 2018, Dewan Kesenian Kota Metro mengadakan workshop di Gedung Nuwo Budayo. Untuk pemateri pada workshop tersebut adalah Abdul Hakim Duma Harahap dari teater Malam Metro dan Iswadi Pratama dari teater satu.

Baca Juga:  Siti Nurjanah: Hadlanah dan Dinamika Perilaku Anak di Era Digital

“Kita mencari pemateri yang kapable untuk mengisi workshop tersebut,”tegasnya.

Pasca workshop dilakukan pendampingan sampai pada pementas.

“Awalnya ada 8 komunitas teater, kemudian gugur satu, nah tepat mendekati sebulan acara ini berlangsung gugur lagi satu. Jadi tinggal enam teater. Tiga dari pelajar, dua dari mahasiswa dan satu dari umum,” ujar Amin.

Ini adalah awal untuk bisa membangun wajah teater Metro. Acara ini merupakan acara yang berkelanjutan. Setelah acara ini pada program pembinaan tahun depan, bagi kamunitas seniman teater yang berkualitas lebih akan diajak tour membawa garapannya.

“Untuk lingkupnya sudah bukan Metro lagi,”tegas Amin.

Visi misi Dewan Kesenian Metro adalah bagaimana pembangunan sumber daya manusia di bidang teater bisa berkembang. “Ketika teater Matahari sudah terkenal di Lampung. Maka cita-cita kita adalah bagainama ciptakan seniman teater Metro, bisa jadi barometer teater baru,” harap Amin.

Setiap penampil diberikan reward sebagai bentuk pembinaan dari Dewan Kesenian Kota Metro.

“Kita sangat menghargai proses, jadi kita memberikan apresiasi atas usaha serta dedikasi karena membawa kelompoknya untuk meramaikan parade ini. Ada dana pembinaan dan sertifikat untuk masing-masing penampil,” tambahnya.

Panji, salah satu aktor teater Kapook mengucapkan, terima kasih kepada Dewan Kesenian Metro yang telah memberikan ruang agar para seniman teater dapat mengeluarkan ekspresinya.

Ahmadun menuturkan, kesulitan yang paling rentan adalah pada penghafalan naskah karena gagal latihan.

“Baik itu karena bertabrakan dengan jam kuliah atau kesibukan yang lain. Jadi waktu latihan menjadi sangat sedikit. Terkendala pula pada penghafalan naskah, ada yang lupa atau bahkan salah kata,” tambahnya.

“Acara seperti ini tidak hanya dilakukan selama dua hari, bisa selama satu bulan, bahkan seminggu sekali. Intinya kegiatannya bisa terus berlanjut,”harap Ahmadun.

Baca Juga:  Rayakan Tiga Tahun Berdirinya Payungi, WES Selenggarakan Bedah Buku

Jangan bilang anak teater kalau tidak berkarya.

“Intinya kalian harus terus berkarya, karena hanya karya nanti yang akan kita tinggalkan dan bisa dikenang,”ujar Amin saat diwawancarai Kronika. (Reporter/Heni)

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *