Pesta Demokrasi, Memilih atau Golput?
Laporan: Puji, Riyan
Oleh Surya
STAIN<KRONIKA>; Jumat, (2/5), adalah hari terakhir masa kampanya Pemilihan Raya (Pemira) 2014 STAIN Jurai Siwo Metro. Spanduk para calon Dewan Mahasiswa (Dema) dan Senat Mahasiswa (Sema) terlihat di beberapa gedung dan tempat-tempat strategi lain di STAIN Metro sejak dimulainya masa kampanye pada 19 April lalu.
Masa kampanye yang diagendakan selama dua minggu ini, dimanfaatkan para calon untuk meyampaikan visi dan misi yang mereka bawa kepada mahasiswa. Selain melalui spanduk, para calon juga berkampanye ke kelas-kelas, membuat grup di media sosial dan mengadakan bazar buku.
Soaialisai pesta demokrasi kampus telah dilakukan Komisi Pemilihan Umum Raya (KPUR) sejak 12 April. Kendati demikian, masih ada mahasiswa yang belum tahu sepenuhnya siapa calon yang akan maju dalam pemira 2014. Rosid Permadi (PAI/II) masih bingung dalam memilih calon yang akan maju dalam pemira tahun ini. “Masih bingung memilih siapa karena masih kurangnya soaialisasi dari para calonnya,” ujar Rosid.
Namun ada juga yang sudah mempersiapkan untuk memilih. Siti Mamluatun Nikmah (PBI/IV) mengatakan akan turut memberikan suaranya saat pemira 5 Mei nanti. “Awalnya saya tidak mau nyontreng, karena saya tidak suka dengan yang begituan. Tapi ternyata sekecil apapun kontribusi kita, itu sangat berpengaruh untuk STAIN kedepannya,” ungkap Siti Mamluatun Nikmah.
Hal senada juga diungkapkan Eka Darma (PAI/II). Ia mengaku sudah mempersiapkan nama calon yang akan dia pilih. Eka mengaku percaya dengan calon pilihannya, karena menurutnya bisa memegang amanah dari mahasiswa.
Supendi, staf perencanaan STAIN Metro, yang juga Presiden Mahasiswa (presma) STAIN Metro tahun 2004/2005 mengatakan, Pemira tahun ini berbeda dengan pemira saat ia menjadi presiden dulu. “Dahulu tidak ada spanduk-spanduk kampanye dan tidak seramai sekarang. Kalau dulu kayaknya damai, sekarang memanas, mungkin karena mahasiswanya sedikit” ujarnya.
Ia juga menambahkan, dahulu saat pemira tidak pernah terjadi kericuhan. “Profesionalisme yang dikedepankan, jadi tidak sampai beradu fisik. Malah saya dapat ucapan selamat dari yang kalah” ujarnya. Ia berharap untuk pemira tahun ini dapat berlangsung damai, profestsional dan mampu menunjukan etika mahasiswa intelektual dan tidak mengedepankan fisik. “Kalah menang wajar, siapa yang menang kita dukung. Hati boleh panas, tapi otak tetap dingin” ujarnya.
Supendi mengatakan, jika dibandingkan dengan masanya dahulu, satu hal yang menjadi persamaan dalam pemira adalah banyaknya mahasiswa yang apatis terhadap politik kampus. Menurutnya presentase mahasiswa yang apatis hampir sama. Ia berpesan kepada mahasiswa, agar meluangkan waktunya untuk pemira. “Walaupun seapatis apapun kita, luangkanlah sedikit waktu untuk peduli terhadap kampus. Salah satunya melalui pemira” pesannya.[]