Beralihnya status Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro pada 2016 lalu, terus berupaya untuk memaksimalkan pembangunan. Diantaranya pembuatan Landmark tepat di depan Gedung Rektorat Kampus 1 IAIN Metro. Landmark yang memiliki esensi untuk memperindah suasana kampus IAIN Metro. Total dana yang dihabiskan senilai 141 juta dengan waktu pengerjaan selama 30 hari.
Selain itu, masyarakat kampus sempat mendapat kabar bahagia melalui postingan Instagram resmi IAIN Metro,(@iainmetrolampung,. red) jalan kampus 2 yang mulai tampak berbeda. Jalan yang dahulu berbatu kini berubah menjadi aspal onderlagh. Pihak kampus telah menganggarkan onderlagh sebesar 500 juta sudah termasuk dengan siring. Namun, pembangunan jalan aspal kampus 2 memang tidak dimaksimalkan, karena sampai beberapa tahun kedepan masih ada pembangunan.
“Khusus untuk pembangunan jalan aspal sendiri menghabiskan dana senilai 191 juta. Ini bukti uang kemahasiswaan agar terlihat termasuk jalan dan Landmark IAIN Metro,” terang Agus Hamdani selaku Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan.
Agus juga menjelaskan, di tahun 2020 pihak kampus mempunyai dana anggaran sebesar 5,7 miliar. Dana yang sebelumnya digunakan untuk melanjutkan penyelesaian Gedung Academic Center, terblokir sehingga pembangunan tidak bisa dilaksanakan di awal tahun.
“Pihak kampus tidak bisa menjanjikan kapan blokir bisa dibuka karena yang memblokir adalah pihak Kementerian Keuangan. Blokir tersebut bisa dibuka setiap tahun dan pada tanggal 26 Oktober, pembukaan ini sudah dilakukan pada tahun 2020. Sedangkan tahun 2021, walaupun posisinya masih terblokir tetapi sudah ada anggaran, yaitu sekitar 1,8 miliar. Jadi akan kita buatkan ruang Academic Center paling tidak mendekati nilai ideal,” jelas Agus.
Anggaran terblokir tersebut dialokasikan untuk pembangunan Landmark, pengaspalan Kampus 2, juga digunakan untuk membeli Video Trond di ruang rapat Syaifudin Zuhri, perbaikan lantai III Gedung Munaqosah, dan renovasi Gedung Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) yang menghabiskan dana senilai 184 juta dengan jangka waktu pengerjaan 30 hari.
Agus juga memaparkan meskipun tahun 2020 institusi mengalami defisit anggaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan minus sampai 6 Milyar, tetapi kampus tetap terdapat aktifitas pembangunan. Untuk menanggulangi biaya tersebut kampus menggunakan langkah menghemat dari beberapa kegiatan, seperti workshop, seminar, terutama perjalanan dinas.
Rencana pembangunan yang diagendakan pada tahun 2021, akan berfokus pada pembangunan kampus 2. Dimulai dari akses jalan perpustakaan sampai Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI). Dikarenakan tahun 2019 Gedung Perpustakaan hanya teralokasi untuk fisiknya saja dan dana yang digunakan untuk Gedung Perpustakaan sebesar 1,8 miliar.
Dikarenakan masa pandemi, IAIN Metro juga memaksimalkan sarana dan prasarana pembelajaran daring. Sehingga institusi menyiapkan server e-learning, dengan tiga tahap untuk meningkatkan pelayanan pembelajaran menjadi lebih baik. Aliran dana tersebut diperoleh dari anggaran PNBP senilai 200 juta, tetapi tidak cukup maksimal dan banyak menuai keluhan bahwa server seringkali eror. Dilanjutkan masa adaptasi kebiasaan baru, digelontorkan dana senilai 190 juta, tetapi masih kurang ideal. Sehingga ditambahkan dana senilai 140 juta untuk pembaharuan semua server.
Namun, pembangunan tersebut menuai pro kontra di kalangan mahasiswa, salah satunya Tri Wahyuni (Akutansi Syariah’19), mengatakan, “Dengan adanya pembangunan jalan aspal onderlagh di kampus 2 begitu saya apresiasi, karena dengan adanya jalan tersebut saya sebagai mahasiswa IAIN Metro sangat membantu dan membuat nyaman. Ketika memasuki area tersebut bisa lebih cepat,” terangnya via WhatsApp.
Ia juga menambahkan dengan dibangunnya Landmark IAIN Metro memberikan fungsi sebagai pemberitahuan kepada orang bahwa ini adalah IAIN Metro. Selain itu, menambah kesan bahwa sekarang IAIN Metro semakin maju.
Berbeda dengan Mifta Rizkyana Putri, (BPI’19), menyatakan bahwa pembangunan Landmark bukan urusan yang mendesak, ia merasa kurang adanya pembangunan Landmark tersebut. Menurutnya, masih banyak urusan-urusan krusial di dalam yang seharusnya jadi perhatian utama, seperti pemenuhan fasilitas di dalam kelas guna menunjang kenyamanan belajar, dan renovasi toilet yang seharusnya didahulukan.
“Bagus memang Landmark yang mana sebagai icon kampus, tetapi jangan lupa dengan persoalan di dalam, seharusnya bisa berimbang dan sejajar jadi bukan hanya bagus diluar melainkan juga di dalam,” ujarnya.
Mifta juga mengatakan, mengenai renovasi gedung FUAD, menurutnya tidak ada pembaruan yang begitu sampai membelalakkan mata, “Mungkin jika yang belum atau sudah lama tidak melihat, maka tidak terlihat seperti direnovasi,” tambahnya.
Namun, Mifta mengapresiasi adanya pembangunan jalan onderlagh di Kampus 2. Pembangunan ini memudahkan mahasiswa dalam perjalanan memasuki kampus sekaligus pintu masuk yang akan dipandang orang, “Saya rasa ini yang diperlukan untuk sekarang, karena untuk menunjang transportasi dan kegiatan di kampus 2,” pungkasnya.
(Reporter/Firu)