Studio Djajan Metro, Tempat Nongkrong Asik Layaknya Rumah Sendiri
Pemuda zaman sekarang atau generasi milenial yang hidup dengan fasilitas serba canggih ini di sebut-sebut sebagai generasi Y yang gemar berjalan-jalan, menghabiskan waktunya untuk sekedar nongkrong bersama teman atau melakukan aktifitas kegemaran lainnya.
Berbicara tentang milenial yang suka sekali jalan-jalan dan nongkrong di tempat yang asik, Kronika punya satu tempat recommended untuk para milenial di Kota Metro yang ingin duduk santai dan singgah sebentar dengan sensasi rumah sendiri. Adalah Studio Djajan Metro dengan alamat Jl. Selagai no. 81 Iring Mulyo Metro Timur, Metro, yang dibuka pada 09.00 – 22.00 WIB.
Studio Djajan Metro ini di prakarsai oleh Dwi Setyawan, seorang pria kelahiran Lampung Tengah, yang mengusung tema budaya Indonesia, yang dapat dilihat dari interior dengan barang-barang kuno yang menghiasi tempat ini.
Tak hanya menyajikan makanan dan minuman saja, tempat ini menyediakan wadah membaca bagi para pengunjung dengan menyediakan lebih dari 200 buku yang didukung oleh komunitas pustaka bergerak, motor pustaka, dan perahu pustaka.
Selain buku, Studio Djajan Metro juga menyediakan wadah bagi pengunjung yang menyukai dunia tulis menulis dengan diadakannya kelas menulis yang dibuka setiap Sabtu. Tak hanya kelas menulis saja, kelas kreatif enterpreuner pun diadakan dengan pemateri suka relawan yang mau membagikan ilmunya kepada pengikut kelas.
Pada tahun 2015 – 2016 Studio Djajan Metro sempat mengalami vakum yang kemudian kembali aktif pada Oktober 2017 dengan tujuan ingin membiasakan masyarakat kota gemar membaca. Agar pengunjung yang ingin membaca tidak harus keperpustakaan.
Mulanya pemilik tidak ingin menggunakan nama cafe karena nama ini kastanya dianggap terlalu tinggi yang identik dengan kaum menengah ke atas. Akhirnya pemilik tercetus nama Studio Djajan Metro, menjadi nama tempat ini.
Tempat ini menawarkan suasana nongkrong selayaknya di rumah sendiri, bahan bacaan yang telah di sediakan, dan pengunjung bisa berlama-lama untuk berbincang.
“hal inilah yang menjadi alasan bahwa tidak harus ada Wi-Fi gratis,” kata dia.
“Karena Saat nongkrong atau ngopi bareng pun tak jarang masih asyik dengan gadget dan jarang ngobrol bareng,” tambahnya.
Menurutnya gadget dapat menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh. Istilah ini sebagai kritik terhadap budaya nunduk saat nongkrong bareng.
Disini kalian bisa menikmati musik hindi, tradisional dan musik klasik. Tak hanya itu, Studio Djajan Metro juga mencoba mengurangi penggunaan plastik dengan pengunaan bungkus makanan yang terbuat dari anyaman bambu atau yang lebih dikenal besek. Tempat ini juga menyediakan oleh-oleh dan suvenir khas Lampung berupa pernak-pernik yakni cicin, kalung, kaos, baju dan lain sebagainya.
“Banyak ngobrol banyak sharing, tidak ada yang pintar dan bodoh karena disini titik temu antara buku dan kopi seperti kamu dan aku,” Pungkasnya.
(Reporter/Rizal/Ida)