Kronika

Aktual

Suksesnya Kongres Diwarnai Ricuh, Warek III Temui Demonstran Hingga 3 Kali

  • November 15, 2017
  • 5 min read
  • 103 Views
Suksesnya Kongres Diwarnai Ricuh, Warek III Temui Demonstran Hingga 3 Kali

IAIN Metro laksanakan pembukaan Kongres Ormawa dan Pemilihan Ketua  Dewan Mahasiswa (Dema) yang diselenggarakan di Ruang Rapat Pimpinan Gedung Rektorat Lantai 2 IAIN Metro, Selasa (14/11).  Rapat Koordinasi yang mengusung tema Kuatkan Pemuda Hari Ini Karena Ia Pemimpin Esok Hari ini diselenggarakan selama 2 hari terhitung dari tanggal 14 hingga 15 November. Kongres ini diikuti oleh perwakilan masing-masing dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Senat Mahasiswa Fakultas (Sema F), Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas, UKM dan UKK. Jalannya kongres dilakukan dengan penjagaan yang begitu ketat oleh keamanan kampus (UKK Menwa.,red) serta pihak Kepolisian. Namun jalannya kongres sempat diwarnai dengan aksi oleh sekelompok mahasiswa, hingga terjadi caos di tangga Gedung Munaqosyah.

“Menurut keterangan yang dijelaskan oleh Ida Umami, kongres tertutup itu adalah kebijakan dan wewenang dari Sema, namun kenapa Warek III melegalkan (pelaksanaan kongres.,red),” ujar Medy Aristian, perwakilan mahasiswa sekaligus Kordinator Lapangan dari aksi. Medy juga menambahkan bahwa sidang sekelas mahasiswa mengapa sampai dijaga ketat oleh pihak keamanan, yang katanya bertujuan untuk keamanan, “Jika semua sesuai koridor maka mahasiswa tidak akan berontak, dan semua akan berjalan lancar jika Warek III menjadi penengah, bukan main pihak,” terangnya.

Sekitar pukul 11.30 mereka mencoba masuk kedalam Gedung Rektorat, karena tidak diizinkan masuk, mahasiswa aksi menjebol gerbang parkiran Rektorat. Namun kejadian demikian tidak berlangsung lama, setelah dzuhur, keadaan kembali normal seperti semula. Kongres tetap berlanjut di hari berikutnya pada 15 November di Ruang Rapat Pimpinan Rektorat yang dimulai dari jam 9.00 hingga selesai. Dari awal verifikasi berkas bakal calon oleh Presidium Sidang, Keadaan cukup kondusif, kegiatan perkuliahan mahasiswa juga berjalan dengan lancar. Namun sekitar pukul 11.00, keadaan sudah mulai tidak kondusif, sekelompok mahasiswa mulai melakukan aksi tolak kongres Dema Institut yang menuntut pihak lembaga terutama Wakil Rektorat (Warek) III atas pelaksanaan dan pemilihan Dema institusi pada saat itu. “Ida Umami itu terlalu otoriter (sewenang-wenang.,red) dalam memutuskan dan menetapkan kebijakan idealisme, dia berbicara tentang kebijakan idealisme tapi secara realita dia melanggar peraturan dalam pemilihan Dema, namun mengapa melegalkan jika memang tidak sesuai,” ujar Medy Aristian saat diwawancara Kronika.

Baca Juga:  Mahasiswa Tadris Biologi, Manfaatkan Kebun Konservasi

Mahasiswa aksi menuntut Warek III, Ida Umami untuk dapat turun dan menemui mahasiswa yang menuntut atas kebijakan itu. Tidak berselang lama, akhirnya Ida Umami turun menemui masa di parkiran samping Rektorat. Saat menemui masa, Ida Umami menjelaskan bahwa Ketua Dema sudah terpilih dengan cara musyawarah, “Disini, ada beberapa hal yang akan saya sampaikan, pemilihan Ketua Dema Institusi sudah dilakukan dan dipilih secara musyawarah mufakat (oleh peserta penuh dari HMJ.,red) dan terpilih M. Lutfi Hakim,” terangnya. Warek III juga menambahkan bahwa siapapun yang ada masalah dengan hal ini maka Ia mengundang 3 orang perwakilan dari mahasiswa aksi untuk dapat mediasi diatas bertemu dengan Mukhlis panitia pelaksana Kongres dan Dema yang terpilih jika memang ada yang bermasalah dengan mereka (panitia pelaksana dan Dema terpilih.,red).

Menanggapi hal tersebut, Mukhlis, Panitia Pelaksana yang dihubungi via WhatsApp bahwa sistem pemilihan yang dilakukan ini  sudah sesuai dengan prosedur dan aturan, “Sistem yang hari ini digunakan sudah sesuai dengan aturan Ormawa yang sudah ditetapkan dari tim (Panitia Pelaksana.,red)”. Ia juga menerangkan bahwa Tim (Panitia.,red) pelaksana sudah mengeluarkan aturan yang sudah disahkan dari Institut, juga Rektor dan sudah sesuai dengan aturan  tersebut.

Aksi tetap berlanjut hingga pukul 16.00, meskipun hujan tak menyurutkan tekat mahasiswa aksi untuk tetap menuntut dilakukan kongres kembali. Tak lama dari itu Warek III keluar untuk menemui mahasiswa aksi untuk ketiga kalinya di Parkiran samping Gedung Rektorat. “Ada 3 pilihan. Bisa bertemu saya atau bertemu Mukhlis. Dan terakhir atau di mediasi saja. Semua orang yang dilantai 2, termasuk pihak keamanan (Polisi, Menwa, dan satpam.,red) menunggu dari jam 11.00 sampai 13.30, kami menunggu (perwakilan mahasiswa aksi.,red). Namun hingga jam 14.00 tak kunjung menemui,” ujar Warek III saat menemui mahasiswa aksi yang ketiga kalinya. Warek III juga meminta maaf jika ada yang tidak sengaja yang dipukul (oleh mukhlis.,red). “Mukhlis juga tadi sudah meminta maaf didepan umum karena tidak sengaja (memukul.,red),” tambahnya.

Baca Juga:  Pelepasan Mahasiswa KPM Periode II, Mahasiswa Harus Fokus Laksanakan Program

Sampai pada pukul 17.30, masa tetap belum dapat dibubarkan, bahkan mereka mencoba memboikot gerbang dan menghalangi Ida Umami untuk keluar kampus. Cukup lama terjadi adu mulut dengan mahasiswa aksi namun tetap dilarang untuk keluar kampus. Hingga akhirnya Warek III geram dan menunjukkan kode etik dalam berdemo, “Dalam berdemo itu juga ada kode etiknya, demonstran itu tidak boleh menutup gerbang dan merusak fasilitas kampus, jika peraturan itu tidak di indahkan, maka mahasiswa yang bersangkutan dapat dipermasalahkan,” ujarnya.

“Saya tidak mau menemui Mukhlis karena didampingi pihak kepolisian. Kita ini kampus dan punya keamanan sendiri. Dan tadi saat menemui Warek III di ruangannya , bu Ida bilang Mukhlis sudah meminta maaf, padahal belum,” ujar Wahyu Syaifudin, mahasiswa aksi yang terkena pukulan  di mata sebelah kanan. “Meminta maaf itu tidak dari orang ke orang tetapi langsung,” Ujar Wahyu kepada kronika. Wahyu juga menambahkan bahwa ia meminta untuk dilakukan sidang kode etik. “Akhirnya saat Warek III menemui (mahasiswa aksi.,red) dia mengatakan akan melakukan sidang kode etik, dan saya besok akan mengajukan suratnya,” tambah Wahyu mengakhiri. Namun saat Kronika berusaha mewawancarai Mukhlis dengan berusaha bertemu langsung, tetapi ia tidak bisa ditemui. Akhirnya Kronika berusaha menghubungi via telepon dan juga WhatsApp. Kronika hanya mendapatkan tanggapan mengenai prosedur kongres yang menurutnya sudah sesuai aturan.  Tetapi saat diwawancara mengenai aksi mahasiswa, Kronika tidak mendapatkan data karena tidak adanya tanggapan dari Mukhlis.

(Reporter/Momo, Ulfa, Falah, Umaroh)

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.