Kronika

Opini

Tradisi Malam Takbir

  • Juni 14, 2018
  • 3 min read
  • 95 Views
Tradisi Malam Takbir

Malam perpisahan yang terselimuti rasa haru dan kebahagiaan dalam menyambut datangnya 1 syawal membuat kita harus berputar fikir mempersiapkan itu semua. Rasa haru meninggalkan bulan suci ramadan tidak dapat tertahan lagi. Sangat disayangkan jika kita tidak mampu memaksimalkan hari-hari yang dilalui saat ramadan, sebab banyak limpahan rahmat dan peluang inventasi akhirat diluar kebiasaan dibulan –bulan yang lain.

Disambung suasana bahagia, senyum manis dari keluarga, kerabat, saudara muslim muslimat terlihat unataian hati akan saling maaf memafkan. Rangkulan jemari yang saling berhimpitan antara seorang dengan lainnya menjadi simbol untuk perdamaian. Sungguh indah momen sejuk dipagi syawal tersebut. Sebagai seorang muslim berpredikat sejati, pola hidup yang seperti inilah yang harus kita jaga dan lestarikan untuk membangun negeri dan agama islam.
Perlu diketahui sebelum memasuki dalam 1 syawal ada satu waktu yang menjadi cover terbitnya satu syawal, yakni “Malam Takbir”. Malam takbir adalah akhir waktu malam ramadan mulai dari terbenamnya matahari yang diiringi oleh gema takbir ilahi untuk merayakan perpisahan dengan bulan ramadan. Dimalam tersebut umat islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca kalimat takbir “ allahu akbar allahu akbar allahu akbar, laailahaillahu allahu akbar, allahu akbar walillahilhamd.”

Namun betapa sadisnya jika malam takbir hanya diisi dengan kegiatan yang tidak memiliki kualitas islami. Tradisi malam takbir yang berkembangbiak di negeri Indonesia sudah terbilang mengurangi image agama islam. Bagaimana tidak? Malam berkah tersebut yang seharusnya diisi dengan aktivitas bernuansa ibadah justru dipenuhi dengan kegiatan yang kurang efektif, seperti keluar malam dengan berkendara yang kurang baik ( knalpot motor dibuat racing) akibatnya suara mesin terdengar besar dan mengganggu orang sekitar, berpacaran di taman-taman dan tempat hiburan lain, berhura-hura menyalakan petasan, dan hal-hal lain yang tidak memiliki manfaat.

Baca Juga:  Menjadi Mahasiswa yang berkompetitif

Sebagai insan berbekal ilmiah, kemampuan memilah dan meracik akan menyambut malam takbir memang dibutuhkan. Hasil akhir dari merayakan malam takbirpun harus memiliki efek yang bermanfaat bagi yang merayakan, misal takbir keliling. Dari takbir keliling tersebut hendaknya pemandu memberi selipan-selipan ilmu yang memotivasi akhlak para remaja dalam mengisi malam takbir.

Umat islam telah banyak diberikan kabar baik tentang bagaimana cara memperlakukan momen takbir secara baik melalui alqur’an, hadis, kajian-kajian pengajian, dan pendidikan ilmiah. Kita hendaknya sebagai seorang kader ilmiah mampu memberikan contoh terhadap sikap yang seharusnya kita kerjakan untuk malam takbir. Diantara perbuatan yang dianjurkan saat malam takbir ialah memperbanyak do’a, dan berdzikir.

Amaliah berdo’a dan berdzikir sangat dianjurkan sebab pada malam tersebut semua do’a dan dzikir akan diterima oleh allah swt. Suatu kesempatan emas bagi kita yang menemui waktu tersebut. Oleh sebab itu mari kita hiasi momen malam takbir dengan kegiatan-kegiatan yang mendongkrak berjayanya keislaman di indonesia.

Penulis : Febri

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.