UIN Jusila Perkuat Moderasi Beragama dan Perangi Kekerasan Seksual Lewat Seminar



Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri (UIN) Jurai siwo lampung (Jusila) menggelar kegiatan seminar Pembinaan Moderasi Beragama dengan tema Transformasi Moderasi Beragama menuju Kehidupan Keagamaan yang Toleran dan Berkeadilan, dan seminar Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Seksual di Lingkungan UIN Jurai Siwo Langsung, mengusung tema Gerak Bersama Mencegah dan Melawan Kekerasan Seksual  dan Penguatan Regulasi Kesadaran Psikologis dan Layanan Perlindungan. Kegiatan dimulai pukul 08.00—13.00 WIB di Gedung Akademik Center (GAC) kampus II UIN Jusila, Kamis (11/12/25).

‎Acara tersebut dihadiri oleh Rektor UIN Jusila, Ida Umami, Wakil Rektor (Warek) II, Yudiyanto, Warek III, Akla, Ketua LPPM, Nurkholis, Kepala PSGA UIN Jusila, Siti Mustahfiroh, Kepala Biro (Kabiro) Administrasi Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan (AUAK), Win Hartanadan, jajaran dekanat, Ketua Program Studi (Kaprodi), Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (FUAD), Fakultas Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), serta sejumlah 5 orang Tamu Undangan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Lampung Timur yang ikut dalam acara seminar tersebut.

Menghadirkan narasumber pada seminar Pembinaan Moderasi Beragama, yakni Ni Rai Vivien Pitriani, berasal dari Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Mpu Kuturan Singaraja, Bali. Kemudian, dari Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kota Metro, Diah Meirawati, Ketua Unit Layanan Terpadu Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (ULT PPKS) UIN Jusila, Elfa Murdiana, dan dosen psikologi UIN Jusila, Zusy Aryanti, mengisi materi pada seminar Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Seksual.

‎Tujuan kegiatan tersebut adalah memberikan pemahaman kepada mahasiswa bahwa kampus telah memiliki regulasi terkait pencegahan dan penanganan kekerasan serta pelecehan seksual. Kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran psikologis bahwa korban pelecehan seksual kerap mengalami trauma dan rasa takut sehingga membutuhkan pendampingan dari pihak profesional.

Selain itu, acara tersebut mendorong agar korban tidak ragu untuk melapor, karena langkah pelaporan dinilai dapat memutus mata rantai kekerasan seksual dan menekan keberanian pelaku. Melalui sosialisasi tersebut juga, mahasiswa diingatkan untuk memahami berbagai bentuk kekerasan dan pelecehan seksual. Lebih dari 600 peserta mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias melalui sesi tanya jawab.

Ketua LPPM, Nurkholis, dalam sambutannya menjelaskan bahwa kegiatan tersebut diselenggarakan untuk memperkuat pemahaman mahasiswa mengenai moderasi beragama. Ia menegaskan bahwa konsep moderasi tidak dapat dipisahkan dari nilai toleransi yang menjadi bagian penting dalam kehidupan beragama, “Kegiatan ini bertujuan untuk lebih memahami moderasi beragama itu adalah program unggulan kementrian agama dan juga UIN Jusila menjadi universitas yang harus mengedepankan moderasi beragama di kampus kita perbedaan prulalisme alah suatu yang tidak bisa kita hindarkan,” ujarnya.

Nurkholis juga menyampaikan bahwa kegiatan ini akan dilanjutkan dengan penyuluhan mengenai kekerasan seksual di lingkungan kampus. Ia menekankan bahwa isu tersebut berkaitan erat dengan studi gender dan penting untuk dipahami oleh mahasiswa, “Kegiatan penyuluhan tentang kekerasan seksual di lingkungan kampus jadi ini tidak bisa lepas dari studi gender karena ini adalah program studi gender dan anak di lingkungan UIN Jusila lambung, tentunya ini bisa menjadi bekal untuk kalian membentengi diri agar tidak terlibat dalam pelecehan seksual tersebut,” tambahnya.

Rektor, Ida Umami, dalam sambutannya menyampaikan harapan agar seluruh peserta, baik mahasiswa maupun dosen, dapat memahami bagaimana menangani kasus kekerasan seksual setelah mengikuti kegiatan tersebut. Ia menekankan pentingnya keberanian untuk melapor ketika terjadi pelanggaran, “Saya berharap dari acara ini mahasiswa juga dosen memiliki pemahaman yang baik terkait dengan apa itu kekerasaan seksual terutama cara melaporkan baik ke pimpinan maupun pada institusi percuma kalau sudah di beri pemahaman tetapi mahasiswa nya tidak berani melaporkan,” ujarnya.

Selain itu, Ida juga memberikan imbauan kepada mahasiswa terkait kerapihan dalam berpenampilan. Ia menegaskan bahwa cara berpakaian mencerminkan sikap dan identitas diri mahasiswa, “Saya ingatkan bagi mahasiswi yang memakai baju non tunik atau baju pendek tolong pakai lah almamater saling mengingatkan karena berpakaian itu adalah cerminan diri kita,” himbaunya.

‎Acara di lanjutkan dengan penandatangan pakta integeritas bahwa civitas academica sepakat untuk berkomitmen mencegah segala bentuk kekerasan seksual di lingkungan kampus. Di awali oleh Rektor Ida Umami, dilanjutkan oleh Wakil Rektor serta jajarannya, dan perwakilan mahasiswa. Kemudian perjanjian kerjasama antara UIN Jusila dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Metro tentang implementasi Tri Dharma.

Nurkholis menjelaskan bahwa kegiatan ini disusun untuk memperkuat pemahaman mahasiswa dan dosen mengenai moderasi beragama. Ia menekankan bahwa moderasi beragama adalah pondasi penting yang menjadi salah satu program utama Kementerian Agama, “Pemahaman terhadap moderasi agama terutama mahasiswa dan dosen karena merupakan pondasi dasar, bisa dikatakan salah satu program Kementrian Agama. Sebelum acara ini diadakan ada acara kader moderasi yang diikuti 20 mahasiswa, kemudian berdiskusi sampai lahirlah kegiatan ini,” jelasnya.

Ia juga berharap kegiatan tersebut tidak hanya menjadi sosialisasi biasa, tetapi benar-benar membuat peserta memahami moderasi beragama dari berbagai sudut pandang yang lebih luas, “Semoga setelah acara ini mahasiswa bisa memahami tentang moderasi beragama dari berbagai sudut pandang,” ungkapnya.

Tanggapan positif juga datang dari salah satu tamu undangan, Nafeeza Aila Destriannisa. Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut memberikan wawasan penting mengenai kekerasan maupun tindakan asusila, sehingga peserta dapat lebih memahami bagaimana mencegah diri menjadi korban maupun pelaku, “Menurut saya hal seperti kekerasan pelecehan itu anak remaja sudah harus tau cara menghadapi orang seperti itu bagaimana, menurut saya acara ini menjadi ajang untuk kita mengetahui mana batasan kekerasan pelecehan itu bisa jadi antisipasi agar kita tidak menjadi korban atau pelaku seperti itu,” tegasnya.

Ia juga berharap kegiatan tersebut dapat diperluas jangkauannya agar semakin banyak pihak yang memahami isu asusila dan cara menanganinya, “Semoga acara seperti ini lebih di luaskan, tamu undangan jangan SMA saja tetapi tingkat SMP dan semua pihak supaya mereka tau tentang sosialisasi yang banyak manfaatnya,” harapnya.

Tanggapan lainnya datang dari Thusy Siti Reihani, mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI ’23). Ia menilai bahwa sebagai perempuan, penting untuk memahami potensi ancaman yang bisa datang dari berbagai arah. Acara tersebut juga memberikan bekal yang sangat berarti bagi perempuan untuk lebih waspada dan memahami risiko kekerasan seksual, “Saya sangat mengapresiasi acara ini, saya juga seorang perempuan, kita tidak tau siapa yang jadi pelaku siapa yang jadi korban, menurut saya acaranya sangat positif,” ujarnya.

Ia pun berharap kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan, “Harapanya agar acara dapet terus di laksanakan dan tidak berhenti di sini saja, semoga tahun berikutnya tetap ada,” harapanya.

(Reporter/Habibila/Rafi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *