Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, mengadakan Yudisium periode 2 yang dilaksanakan via Zoom Meeting, Jum’at (06-08-2021).
Turut hadir, Rektor IAIN Metro, Siti Nurjanah, Dekan FUAD, Akla, Kepala Biro IAIN Metro, Ahmad Yani, dan 22 peserta yudisium yang terdiri dari 12 mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), 9 mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab (BSA), dan 1 mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI).
Terdapat tiga predikat dalam Yudisium Periode 2 tahun ini. Di antaranya lulusan terbaik yang diraih oleh Salysa Nurwidiya jurusan BSA dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,90. Kedua, lulusan tercepat yang diberikan kepada Avrelina Yolandasari jurusan KPI, dengan masa studi 3 tahun 6 bulan 21 hari dan IPK 3,61. Terakhir, lulusan termuda yang disematkan kepada Silviani Yuliana Febbi jurusan BSA, Yudisium diusia 21 tahun 7bulan dan IPK 3,88.
Siti Nurjanah, dalam sambutannya mengatakan, perjalanan yang telah dilewati calon wisudawan merupakan bentuk miniatur kehidupan. Sehingga momen hari ini dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk berkiprah di tengah masyarakat.
Tak lupa, Ia berpesan kepada calon wisudawan agar tidak sombong dan berbangga diri dengan pencapaian yang diperoleh saat ini. Sebab masih banyak perjalanan yang akan ditempuh nantinya, “Ilmu yang diberikan oleh dosen itu hanya sedikit, yang sedikit itu harus dikembangkan betul-betul dengan belajar. Terus belajar, tuntutan belajar itu selama hidup kita di dunia,” tuturnya.
“Jadikan semua itu pembelajaran dalam hidup kalian. Itulah step-step yang harus kalian lalui. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu proses. Terus lanjutkan studi sesuai dengan jenjang pendidikan, lanjut S-2, S-3 karena itu menjadi sebuah kebutuhan, bukan gaya-gayaan,” tambahnya.
Akla, melalui sambutannya memberikan petuah kepada calon wisudawan untuk menjadikan cerita selama masa perkuliahan sebagai pembelajaran, “Cerita sedih, jadikan pelajaran sabar, pelajaran kuat, jadikan pelajaran sehingga saudara menjadi pribadi yang tangguh”, pesannya.
“Mungkin saat bimbingan dosen susah ditemui. Sesungguhnya tidak ada dosen yang mempersulit saudara. Itulah dinamika kehidupan. Setiap perjalanan adalah pelajaran bagi kita,” tambahnya.
Salysa Nurwidiya, calon wisudawan BSA, mengungkapkan rasa syukurnya telah dinobatkan menjadi yudisium terbaik. Melalui pidatonya, ia mengajak agar menjadi alumni yang mampu bersaing dengan alumni perguruan tinggi lainnya.
“Saat ini persaingan sangat ketat, mahasiswa yang lulus jumlahnya ribuan, dari berbagai perguruan tinggi. Tetapi, hal itu tidak sepadan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Kita harus bisa menunjukkan bahwa kita bukanlah alumni biasa, kita adalah insan akademik yang mampu bersaing,” ujarnya.
Avrelina Yolandasari, calon wisudawan KPI, mengatakan sangat senang karena berhasil menyandang predikat lulusan tercepat.
“Perasaannya alhamdulillah senang. Harapannya, semoga wisudawan yang lain setelah ini dapat dipermudah dalam menjalani tahapan kehidupan selanjutnya, baik yang memilih untuk melanjutkan studi maupun berkarir,” harapnya.
“Untuk teman-teman yang belum menyelesaikan skripsi, semoga lebih semangat lagi ke depannya. Meskipun kelulusan bukan menjadi tolak ukur dari sebuah kesuksesan di masa yang akan datang. Namun semakin menunda mengerjakan skripsi dan melakukan bimbingan maka semakin menunda pelaksanaan wisuda,” tambahnya.
(Reporter/Nurul)