38°C
21 April 2024
Opini Opinion Pendidikan

Pertanyaan

  • Januari 18, 2024
  • 4 min read
  • 225 Views
Pertanyaan

Kita tidak asing dengan kata “Pertanyaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) ‎pertanyaan memiliki arti perbuatan bertanya; meminta keterangan atas sesuatu yang ditanyakan.‎

 

Berapa ahli memiliki pendapat mengenai pengertian pertanyaan. Harimurti Kridakala ‎berpendapat bahwa pertanyaan adalah ujaran yang meminta jawaban. Sedangkan Cotton ‎berpendapat bahwa setiap kalimat yang memiliki bentuk interogatif atau ‎function adalah pertanyaan. Sedangkan menurut Rasyid pernyataan adalah hal yang menumbuhkan pengetahuan ‎seperti menganalisis, sintesis atau evaluasi, menguji pengetahuan, memahami dan ‎mengaplikasikan. Dapat disimpulkan bahwa pertanyaan adalah ucapan yang memiliki bentuk ‎interogatif yang disampaikan guna mendapatkan jawaban.‎

 

Manusia dan Pertanyaan

Semua manusia sejak dilahirkan dipastikan memiliki kecerdasan. Hal ini bisa dibuktikan ‎bahwa semua anak-anak dapat berpikir, corak berpikir mereka beragam dan tak terbatas. ‎Sebelum mengenyam bangku sekolah, anak seringkali bertanya apapun. Pertanyaan mereka ‎sangat banyak, muncul secara spontan, murni, tak dapat dibendung serta tidak selalu mudah ‎dijawab. Namun, sejak mengenyam pendidikan dasar intensitas pertanyaan mereka menurun.‎

 

Hal tersebut dibuktikan ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, pertanyaan anak-anak sedikit ‎berkurang. Ketika memasuki Sekolah Menengah Pertama sampai Sekolah Menengah Akhir ‎intensitas pertanyaan mereka semakin berkurang drastis. ‎

 

Setelah lulus Sekolah Menegah Akhir, sebagian dari mereka melanjutkan studi di Perguruan ‎Tinggi. Sama seperti jenjang pendidikan sebelumnya, kelas seringkali menjadi sebuah ancaman ‎sehingga kehendak untuk bertanya hanya didasarkan formalitas. Pertanyaan menjadi mati dan ‎membeku. Dengan kajian ilmu pengetahuan yang beragam seharusnya banyak pertanyaan ‎muncul, namun tidak sedikit mahasiswa yang kesulitan untuk membuat pertanyaan. ‎

Baca Juga:  Ilmu, IPK dan Dunia Kerja

Pentingnya Pertanyaan

Kita semua mengetahui ada sebuah hal yang membedakan antara manusia, hewan dan mesin ‎pintar. Manusia memiliki akal pikiran, sedangkan hewan dan mesin tidak. Dengan kelebihan ‎tersebut, manusia memiliki keistimewaan dengan dapat bertanya. Kehidupan menunjukkan ‎bahwa manusia akan berpikir jika berhadapan dengan masalah. Umumnya permasalahan ‎tersebut adalah hasil dari pertanyaan.‎

 

Secara tidak langsung, supaya dapat berpikir manusia harus berhadapan dengan pertanyaan-‎pertanyaan dan merumuskan pertanyaan untuk merangsang pemikiran. Dengan banyaknya ‎pertanyaan dipastikan kemampuan berpikir semakin berkembang dan jawaban dari pertanyaan ‎tersebut akan menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan.‎

 

Sehingga dari pertanyaan manusia ini muncul berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ‎filsafat, sains, teknologi, agama, sosial, ekonomi, seni dan kebudayaan. Ketika muncul ribuan ‎pertanyaan, dipastikan ilmu pengetahuan semakin berkembang dan hal tersebut akan ‎berdampak baik pada peradaban manusia.‎

 

Penulis melihat beberapa persoalan fundamental sehingga menyebabkan hilangnya pertanyaan, ‎seperti mengakarnya kejumudan. Jumud adalah sikap yang menjadikan pandangan terpaku ‎pada suatu hal disertai upaya keras untuk mempertahankan. Seringkali ilmu pengetahuan ‎dianggap sebagai barang mapan, sehingga tidak boleh dikritik, ditolak dan ditafsirkan ulang. ‎Padahal kehidupan manusia selalu berjalan dan setiap zaman melahirkan tantangan berbeda-‎beda.‎

 

Selanjutnya, pertanyaan dianggap tidak lebih penting dari jawaban, sehingga seringkali ‎pertanyaan tidak dibuat secara maksimal dan berkutat pada persoalan teknis. Padahal ‎pertanyaan adalah jalan untuk menemukan hal baru. Pertanyaan biasa akan melahirkan ‎jawaban biasa, sedangkan pertanyaan hebat akan melahirkan hal yang hebat.‎

 

Di Negara dengan mutu pendidikan tinggi, evaluasi pembelajaran tidak diukur dari kemampuan ‎siswa memberikan jawaban, melainkan diukur dari kualitas pertanyaan. Sedangkan pendidikan ‎kita menilai mutu dari jawaban, bukan dari kualitas pertanyaan. Sehingga sulit ilmu ‎pengetahuan dapat berkembang.‎

Baca Juga:  PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI PARADIGMA PEMBEBASAN (TINJAUAN NORMATIF-FILOSOFIS)

Praktik penyeragaman juga dilakukan sampai berakar kuat di Indonesia, bahkan penyeragaman ‎dilakukan sejak pendidikan dasar. Sejatinya setiap manusia memiliki kemampuan berbeda. Jika ‎melihat pandangan Howard Gardner, manusia memiliki 8 tipe kecerdasan. Dalam ‎pelaksanaannya pendidikan tidak mengembangkan kecerdasan alami manusia, namun ‎memaksa manusia untuk memiliki kecerdasan yang sama. Penyeragaman dilakukan mulai dari ‎seragam formal sampai bagaimana pola berpikir.‎

 

Mayoritas pengajaran berlangsung seperti banking system. Pengajar memposisikan diri sebagai ‎seorang superior dan satu-satunya subjek belajar, sedangkan murid adalah objek belajar ‎sehingga Guru hanya bercerita dan murid cukup mendengar. Akibatnya manusia hanya ‎menghafal tanpa mengerti, pengajaran semacam ini jelas membunuh kreativitas pikiran.‎

 

Pendidikan juga lepas dari realitias sosial. Hari ini perubahan sosial berjalan cepat, sehingga ‎diperlukan respon atas perubahan. Manusia tidak bisa lepas dari realitas sosialnya, sehingga ‎realitas harus dihadapkan kepada siswa supaya memiliki kesadaran atas realitas tersebut. Ketika ‎jauh dari realitas, dipastikan manusia kehilangan nalar kritis. Ketika nalar kritis hilang apa yang ‎terjadi?‎

 

Ilmu pengetahuan dan pikiran akan dapat berkembang apabila manusia dapat lepas dari ‎belenggu yang mengekang, mengkritik hal yang dianggap mapan dan menafsirkan realitas ‎sosial. Seperti organisme yang hidup, manusia harus berkembang sepeti denyut nadi peradaban. ‎Dari pertanyaan kita belajar. Menjawab pertanyaan memang penting, namun menyusunnya jauh lebih penting.‎

 

Oleh: Reza Syarifudin Zein (Mahasiswa)‎

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *