38°C
26 April 2024
Argumen

TOKOH

  • Desember 18, 2012
  • 2 min read
  • 22 Views
TOKOH
Oleh: Elly Agustina
Pemimpin Redaksi Kronika
    “Hukuman paling utama bagi orang yang berbohong dari kebohongannya adalah ia tetap dianggap bohong ketika ia bersikap jujur” (Ibnul Mubarok r.a).
Panggung kekuasaan adalah tempat dimana ekspresi sosial, politik, intelektual, dan kepribadian berperan. Semua menjadi pokok pembangun citra yang paten untuk menanamkan persepsi pada siapapun. Kapanpun.
    Demikian halnya dengan panggung kekuasaan badan Legislatif dan Eksekutif kemahasiswaan STAIN yang sedang kosong saat ini. Penguasaan eksekutif yang overload dalam hitungan periode kepemimpinan, sedang para legislatif-nya tak mampu jadi cermin dan pedang roda perjalanan siEksekutif, kini sedang menunggu tokoh-tokoh reformis kampus yang baru.
Kongres VIII Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) STAIN Metro telah digelar pada senin-selasa (26-27/11) di Gedung Serba Guna (GSG). Periode kepengurusan yang cukup polemik telah ditempuh lebih dari satu tahun sejak para wakil rakyat (mahasiswa.red) tersebut dilantik. Momentum penokohan dengan berbagai janji yang penuh daya pikat namun berakhir kekecewaan saat BEM ST kala itu di duga melakukan pungli terhadap mahasiswa baru, semua akan menjadi proses pembelajaran berdemokrasi bagi calon penegak birokrat negara yang sesungguhnya, kelak. Seperti bunyi tema kongres lalu “Menjaga Etika gerakan demokrasi lama yang baik, dan mencari gerakan demokrasi baru yang lebih baik”.
     Coba membuka sense of responsibility terhadap permasalahan sekitar. Lampung sai wawai mungkin tengah menangis beberapa saat lalu. Kasus yang menimpa saudara-saudara kita di Balinuraga Lampung Selatan yang memakan puluhan korban, kemudian tak lama berselang muncul kembali kasus di kampung Kesumadadi, kecamatan Bekri Lampung Tengah. Tragis memang. Namun krisis moral tersebut juga terjadi akibat dampak dari minimnya keteladanan. Minimnya tokoh. Minimnya panutan yang memberi kedewasaan dan kesehatan berpikir. Pertumpahan darah di Bumi Ruwa Jurai ini bak cermin yang menunjukkan siapa kita sebenarnya.
       Kongres VIII telah dilalui. Pesta demokrasi pada Pemilihan Umum Raya (Pemira) akan segera di hadapi. Sayembara tokoh atau icon STAIN akan segera dimulai. Yakin bahwa STAIN akan memperoleh tokoh yang lebih baik kedepan. Seperti halnya selama bertahun Konstantinopel menunggu penakluknya; Muhammad Al-Fatih, layaknya Mahatma Gandhi yang kental dengan karismanya hingga kini, dan Buya Hamka yang menjadi tokoh panutan dalam goresan penanya meski ruh dan jasadnya telah tiada. Semua adalah tokoh dan pelaku sejarah yang menyejarah. Dan kini sejarah itu berharap akan berulang.
Etika politik merupakan cerminan moral sang Tokoh. Hal  itulah yang harus dibangun dan dilestarikan hari ini. Maka, siapapun tokoh kedepan, attitude berdemokrasi dan etika politik yang baik haruslah tercermin dari sifat, ucap dan tindakan.

Tetap Menjunjung Tinggi Kebenaran!

Baca Juga:  Tantangan Pers di Dunia Digital
Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *