Definisi Pendidikan
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 ayat 1 pasal 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Setiap individu bersifat unik, tidak ada dua individu yang sama, sekalipun mereka kembar siam. Setiap individu terlahir dengan potensi yang berbeda-beda. Mereka memiliki kelebihan, bakat, dan minat sendiri. Diantaranya ada yang berbakat menggambar, ada anak yang berbakat menyanyi, dan memainkan musik, ada pula yang berbakat menari, dan lain sebagainya. Mereka terlahir di dunia dengan bakat yang dimilikinya.
Masalah-Masalah dalam Dunia Pendidikan
Jika penulis membaca buku Gurunya Manusia menurut Munif Chatib (2011:56-57), maka setidaknya ada 3 tipe guru yaitu: 1) Guru Robot, 2) Guru Matrealistis, 3) Gurunya Manusia. Apabila kita melihat budaya guru yang ada di Indonesia, khususnya di kota Metro, maka terlihat ada 3 tipe guru diantaranya, pertama adalah tipe Guru robot adalah guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk kelas, mengajar lalu pulang, dan hanya peduli pada beban materi yang harus disampaikan kepada siswa.
Kedua, tipe Guru materialistis adalah guru yang selalu melakukan perhitungan, mirip dengan aktivitas bisnis jual-beli. Hak yang mereka terima, barulah kewajiban mereka akan dilaksanakan. Ketiga, tipe Gurunya Manusia adalah guru yang mempunyai keikhlasan dalam mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswa berhasil dalam memahami materi-materi yang diajarkan.
Guru yang ikhlas mengajar dengan hati, guru yang akan berintropeksi apabila ada siswa yang tidak memahami materi yang telah diajarkan. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar, sebab mereka sadar bahwa profesi guru adalah profesi yang tidak boleh berhenti untuk belajar. Guru yang keinginannya kuat dan serius ketika mengikuti pelatihan dan pengembangan kompetensi.
Dari ketiga tipe guru diatas, maka yang menjadi pertanyaan adalah tipe guru manakah yang akan banyak mendapatkan apresiasi dan di harapkan oleh siswa? Tentunya tidak lain hanyalah Gurunya Manusia. Jika dipraktekkan dalam realita yang ada di Indonesia, agar kita bisa menjadi sosok Gurunya Manusia, memanglah tidak mudah bahkan terlihat sulit.
Namun, dengan demikian tidak ada salahnya jika kita sebagai guru hendak mencoba menjadi Gurunya Manusia. Maka dari itu, kita harus mengetahui syarat yang mendasar untuk menjadi Gurunya Manusia.
Adapun syaratnya adalah 1) Guru yang bersedia untuk selalu belajar; 2) Guru yang secara teratur membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang biasa dilakukan sebelum mengajar; 3) Guru yang bersedia diobservasi; 4) Guru yang selalu tertantang untuk meningkatkan kreativitas; dan 5) Guru yang mempunyai karakter yang baik.
Tantangan dalam Dunia Pendidikan
Didiklah anakmu, karena dia akan menghadapi suatu masa yang berbeda dengan masa di kehidupanmu. (Sayyidina Ali Bin Abu Tholib r.a.).
Mendidik anak zaman sekarang, tentu berbeda dengan anak zaman dahulu. Dulu, anak-anak belum mengenal Gadget. Berbeda dengan sekarang, anak-anak lebih banyak bermain Gadget. Sehingga minat literasi anak berkurang.
Bagaimana Seharusnya Kita Menyikapi?
Penyelenggaraan pendidikan harus diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan siswa. Pendidikan yang berdasarkan pada minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. Oleh karena itu, peran guru sangatlah penting. Guru harus mampu memfasilitasi aktivitas siswa dengan material yang beragam. Pengertian pendidik bukan hanya terbatas pada guru saja, tetapi juga orang tua dan lingkungan. Seorang anak membutuhkan lingkungan yang kondusif, untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Peran serta Masyarakat dalam Menyukseskan kota Metro Sebagai Kota Pendidikan
Diantara kekurangan-kekurangan yang perlu di benahi kota Metro sebagai kota Pendidikan diantaranya adalah:
Minimya fasilitas penunjang pendidikan yang ada di kota Metro seperti akses toko buku yang sulit. Toko buku yang ada di kota Metro belum begitu banyak, koleksinya yang tersedia masih minim dan kurang lengkap. Jika pelajar ingin membeli buku yang lengkap, maka pelajar harus pergi jauh-jauh menuju toko Gramedia di Bandar Lampung untuk membeli buku yang sesuai.
Perpustakaan Daerah (Pusda) sendiri jarang mengeluarkan koleksi buku baru, terkesan buku-buku yang ada di Pusda koleksinya sudah lama. Seharusnya, lebih meningkatkan lagi fungsi sebagai penyedia buku untuk di pelajari. Selain itu, Pusda harus update dalam penambahan koleksi bukunya.
Menurut uraian diatas, pemerintah kota Metro harus menambah buku bacaan terbaru, baik buku-buku yang bersifat fiksi maupun yang nonfiksi. Membuat Taman Baca Masyarakat dengan melibatkan guru, dosen, mahasiswa di kota Metro.
Setiap Instansi bergantian untuk mengadakan kegiatan bazar buku murah.
Selalu mengadakan kegiatan Literasi. Misalnya instansi mengadakan Bedah buku, Lomba-lomba menulis bagi pelajar, menggelar lapak baca di taman-taman kota Metro dengan jadwal tertentu atau di setiap hari Minggu.
—–Mari! Kita Ciptakan Kota Metro Sebagai Kota Literasi—-
Penulis :Â Uswatun Hasanah, Dosen IAIN Metro
1 Comment
Alhamdulillah sangat bagus, semoga kegiatan Pendidikan di Metro sebagai pengambil keputusan termotivasi