Aduuh UKM !, penting nggak yaaa ?
Nanang Prayoga
Serdadu Mapala Jurai Siwo
Kampus atau sekolah tinggi merupakan tempat pendidikan yang diharapkan dapat memberikan perubahan pada peserta didik yang katanya mahasiswa yaitu seorang yang sering disebut sebagai agen perubahan (agen of change) dalam masyarakat. Pada dasarnya kampus terlihat pula seperti suatu kesatuan masyarakat yang ilmiah tentunya, dari berbagai latar belakang dan kepentingan yang berbeda. Menyandang predikat mahasiswa pastilah bangga, walaupun mungkin belum mengerti dan paham dengan predikat tersebut. Karena di balik nama itu terselip amanat yang sangat besar dan mulia yakni Tri Dharma Perguruan Tingggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Diharapkan setelah melakukan proses di kampus (wisuda) mahasiswa dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan ilmu yang telah didapat dan keterampilan yang dimilikinya, walau kenyataan yang ada sangat memprihatinkan.
Pendidikan yang didapat dalam kampus atau sekolah tinggi tidak sama dengan pendidikan yang didapat pada sekolah-sekolah yang masih memakai seragam dalam proses pembelajaran. Dalam kampus banyak sekali hal-hal yang bermanfaat, yang dapat menunjang kegiatan perkuliahan, pembentukan karakter dan pengembangan diri mahasiswa. Tetapi tidak semua mahasiwa/i mengerti akan hal ini, karena mereka lebih berkonsentrasi pada perkuliahan akademik sesuai dengan tujuan utama masuk perguruan tinggi yaitu kuliah (yang nggak pernah ngajarin kita untuk cari uang), sehingga pada akhirnya menghasilkan selembar kertas yang menyatakan gelar. Kemudian berada dalam map atau amplop dibawa keliling pelosok negeri untuk mendapatkan pekerjaan, yaah walau pada akhirnya pekerjaan yang didapat tidak sesuai dengan gelar yang ada, itu sih gak masalah yang penting bekerja dan dapet gaji (nyatanya gitu).
Dalam kampus biasanya terdapat banyak organisasi intra, di antaranya yang sering dikenal sebagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). UKM merupakan tempat berkumpul atau wadah bagi mahasiswa untuk membentuk karakter, kepribadian dan mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya. Ada beberapa UKM yang semua berkonsentrasi sesuai dengan minat bakat masing-masing mahasiswa yang mengikutinya. Ada pertanyaan Untuk apa ikut UKM ?, gak penting tau’, ganggu’ kuliah, ntar lulusnya lama’ lho, bla bla bla, bla bla bla. Sebenarnya pertanyaan ini tidak harus terucap oleh peserta didik yang katanya mahasiswa. UKM itu seharusya menjadi kebutuhan bagi mahasiswa karena UKM juga berarti untuk kamu mahasiswa. Akan tetapi ini berbeda dengan pandangan mahasiswa yang kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) jadi adanya cuma kuliah, kuliah dan kuliah, udah gitu pulang, pulang dan pulang, sehingga pada akhirnya hanya mengandalkan ijasahmu (kata Om Iwan Fals), coba aja kalau mahasiswa itu kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat) pastilah ikut UKM. wallahuallam bishawab.
UKM akhir-akhir ini sangat memprihatinkan, banyak pandangan miring tentang UKM, terlebih lagi pada UKM yang kegiatannya tidak terlihat di kampus. Dari hasil penerimaan anggota baru pada UKM-UKM yang ada. Terlihat mahasiswa yang berminat mengikuti UKM dengan yang tidak, maka lebih banyak mahasiswa yang tidak minat mengikuti UKM. Dengan berbagai alasan dikemukakan akan tetapi tidak membuat perubahan yang lebih berarti dalam perkuliahannya. Padahal apabila mereka paham dengan predikatnya sebagai mahasiswa maka sudah pastilah mereka ikut dalam UKM, karena banyak pendidikan didapat guna mengembangkan kreatifitas mahasiswa itu sendiri dan yang pasti dapat memberikan suatu nilai tambah yang pada suatu saat nanti dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi ketiga yaitu pengabdian masyarakat.
Mahasiswa pada sekarang ini lebih memperlihatkan sosok dirinya sebagai mahasiswa yang akademisi padahal masih jauh dari itu. Yaah, memang sih gak boleh ninggalin kegiatan kuliah, tapi ada baiknya kan kalau kuliah itu gak hanya kuliah-kuliah aja, katanya mahasiswa ? (dikatakan sebagai bagian dari masyarakat ilmiah yang memiliki karakteristik: kritis, obyektif, analitis, kreatif dan konstruktif, terbuka dan lapang dada dalam menerima kritik, menghargai waktu dan prestasi ilmiah/akademik, bebas dari prasangka, kesejawatan/kemitraan khususnya diantara civitas akademik, dialogis, memiliki dan menjujung tinggi norma dan susila akademik serta tradisi akademik/ilmiah, dinamis, dan berorientasi ke masa depan). Copyright: Pedoman Pembinaan Kemahasiswaan Dan Kode Etik/Tata Tertib Mahasiswa STAIN, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro, 2008, hal 22). Dan semua itu Kembali lagi kepada individu masing-masing dan amal perbuatan, apakah hanya akan mengandalkan ijasah aja setelah lulus, apa mau punya keterampilan lain yang dapat menghasilkan tentunya. Yang harus diingat, kesempatan gak dateng dua kali, ikut UKM tetep mahasiswa, ikut UKM tetep kuliah dan ikut UKM bakal wisuda juga.
UKM bukan tanpa tujuan, ikut nggak ikutnya kamu di UKM tetep UKM never die. Jayalah UKM STAIN Jurai Siwo Metro.