
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung menggelar workshop yang bertema “Understanding Sustainable” yang bertempat di gedung Inovation Center lt.1 Universitas Bandar Lampung (UBL) pada Selasa, 30 September 2025.
Dihadiri oleh ketua AJI Bandar Lampung, Dian Wahyu Kusuma, Ketua Sustainable Development Goals (SDGs) Center UBL, Fritz Ahmad Nuzir, dan peserta dari berbagai lembaga pers yang ada di Lampung.
Dian Wahyu Kusuma dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan tersebut adalah untuk belajar bersama, karena masing-masing peserta pasti memiliki latar belakang yang berbeda, untuk kemudian bisa memiliki satu pandangan tentang Kota dan lingkungan, “Disini kan background kita berbeda beda, nah kita akan belajar bersama bagaimana keberlanjutan soal Kota dan lingkungan kita,” jelasnya.
Dian berharap peserta akan dapat menulis dengan baik dan lebih mendalam lagi, “Harapannya kita mendorong teman-teman untuk menulis panjang ya, in depth bukan sekedar straight news,” ungkapnya.
Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber dari founder hijauku.com, Hizbullah Arief, dan juga Sekertaris AJI Bandar Lampung, Vina Oktavia. Kedua narasumber tersebut menyampaikan perihal SDGs yang ke 11 yakni tentang Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, serta mengenai peran media dan lembaga riset dalam mengangkat isu lingkungan.
Arief menjelaskan betapa pentingnya pers dalam memberi peningkatan kesadaran baik pada masyarakat, pemerintah ataupun lembaga. Ia menyampaikan bahwa dalam menjaga lingkungan, khususnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca diperlukan advokasi dari berbagai pihak, “Kita butuhkan adanya kontribusi dari berbagai pihak untuk mencapai goals dari SDGs tersebut,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan mengenai penerapan SDGs di Indonesia yang masih tergolong kurang berjalan, SDGs 11 di Indonesia mengalami stagnasi atau tidak ada pertumbuhan, “Dalam skala nasional, SGDs 11 ini mengalami stagnasi, atau tidak ada perkembangan tidak ada pertumbuhan tidak ada kemajuan,” tuturnya.
Ia berharap supaya kegiatan tersebut akan bermanfaat dan dapat membuka ilmu pengetahuan baru bagi para peserta, “Semoga bermanfaat apa yang saya sampaikan tadi, dengan menggunakan kerangka analisis yang saya berikan saya yakin teman teman akan terbuka pengetahuan baru untuk menganalisis suatu masalah,” ungkapnya.

Sama halnya dengan Arief, Vina Oktavia menyampaikan mengenai peran penting pers dalam memberikan informasi secara menyeluruh dan dapat dipahami oleh semua golongan atau semua masyarakat, “Bagaimana kita seorang jurnalis dapat menarasikan isu isu tentang SGDs ini dengan bahasa yang lebih populer dan dapat dikaitkan dengan keseharian kita,” ujarnya.
Vina juga menekankan tentang bencana banjir yang terjadi di Bandar Lampung seharusnya dapat dicegah dengan kondisi lingkungan dan daya dukung yang terjaga, “Kalau dilihat dari topografi geografis, seharusnya Bandar Lampung ini tidak ada potensi banjir, kita punya gunung, tahura, bukit, dan laut. Aspek tersebut kan penting untuk arah mengalirnya air, harusnya ketika kondisi lingkungan dan daya dukung terjaga itu tidak ada banjir di Bandar Lampung,” tuturnya.
Tanggapan datang dari Faridh Alfathani salah satu peserta dari Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Teknokra, menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Lampung masih kurang dalam memberi pemerataan ruang terbuka hijau, dan hal tersebut menjadi masalah krusial di Lampung, “Pemerintah seharusnya dapat memberi pemerataan terhadap ruang terbuka hijau yang ada di Lampung, karena di Provinsi Lampung sendiri ini kurang ruang terbuka hijau dan itu menjadi masalah yang krusial di provinsi Lampung,” ungkapnya.
Ia berharap Pemerintah dan masyarakat dapat berkolaborasi dalam menjaga kenyamanan dan kedamaian di tengah perbedaan ras, suku, dan agama, “Harapan saya yaitu semoga pemerintah Provinsi Lampung dan masyarakat bisa berkolaborasi memberikan rasa aman dan damai antara satu sama lain,” pungkasnya.
(Reporter/Ratih)