Kronika

Puisi

Akan Dinamai Apa?

  • Desember 26, 2016
  • 1 min read
  • 75 Views

hqdefault

Dulu, terlalu lelap saat kau berada

Terusik saat kau panggil panggil namaku

Beribu alasan terlontar begitu mudah dari bibir tebal ini

Mencari beribu kesibukan demi tak memenuhi panggilanmu

Entah, apa yang melintas dibenak bodoh ini

Sudahi, abaikan

Anggap saja tak pernah terjadi

Namun segala waktu berjalan begitu mulus bak jalan tol

Menerjang segala batas tiada hempas

Tak pandang waktu

Tak pandang situasi, rintangan maupun keadaan

Apa yang akan terjadi dengannya yang ditinggalkan

Meninggalkan dua sosok menawan tanpa dampingan tanpa asuhan

Kita harus bersatu demi kelangsungan kehidupan

Ah, sesalku yang dulu mengabaikanmu

Ayah, apa yang harus kuperbuat saat ini tanpa hadirmu

Bisakah Tuhan mengembalikanmu dalam pelukan keluarga

Dekapan rindu baru terasa

Terasa saat kau benar tiada

Ayah, apa namanya segala ini?

(Ulfa diyanti fuati zahroh)

Bagikan ini:
Baca Juga:  Keterbatasan sebagai pemicu untuk meraih cita
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *