38°C
29 March 2024
Daerah History

DARI KOTA ADMINISTRATIF MENUJU KOTA PENDIDIKAN

  • Oktober 21, 2010
  • 11 min read
DARI KOTA ADMINISTRATIF MENUJU KOTA PENDIDIKAN

              Metro sebagai sebuah kota di Lampung hadir dengan sejarah yang relatif cepat. Prosesnya benar-benar dari nol, dibuka dari sebuah belantara yang silsilahnya baru sebatas pengakuan komunitas lokal sebagai wilayah Marga. Tatkala prakarsa Belanda yang saat itu menjajah diiyakan oleh pemilik tanah harapan itu, maka sejarah berdirinya kota Metro ini dimulai. Melesatnya proses yang kurang dari 100 tahun sudah menyamai, bahkan melampaui reputasi daerah-daerah lain di Lampung adalah sebuah prestasi. Oleh perlakuan dan juga kemajuannya yang spektakuler, boleh jadi kota ini adalah “daerah istimewa”. Metro serta-merta menjadi kota kedua terbesar di Lampung setelah ibu kota provinsi Bandar Lampung.

Kemajuan peradaban, serapan ilmu pengetahuan, pembaruan dalam pemikiran, dan imbas positif lainnya demikian mudah masuk Metro. Akses keluar daerah, jaringan bisnis, dan juga arus informasi kadang terasa lebih dulu Metro ketimbang Bandar Lampung sekalipun. Yang membanggakan, Metro mempunyai filter yang sangat kuat dalam menyaring pengaruh buruk dari luar. Kekentalan budaya yang mengikat masyarakat menjadi nilai plus kota ini. Gegap gempita aksi kekerasan dan kriminalitas yang melanda hampir setiap sudut provinsi ini relatif kecil imbasnya ke Metro. Oleh karena itu, kota ini terasa damai dan tenang untuk sebuah tempat berteduh keluarga, mencari ilmu pengetahuan, berusaha, dan juga mencari ketenangan. Metro menjadi dambaan hari tua banyak orang karena relatif terhindar dari riuh rendahnya aktivitas, sebagaimana kota besar lainnya. “Sebuah kota yang mengesankan”. Kalimat itu menjadi salah satu penguat perlunya catatan-catatan menarik tentang keberadaan kota ini.
SIAPA TAK KENAL METRO
Metro, adalah nama wilayah ini yang tak asing bagi warga Lampung, seluruh Jawa, Bali dan Sumatra bagian selatan. Nama desa yang terbangun dari imigrasi (perpindahan penduduk) dari Jawa pada 1936 itu bahkan pernah lebih dikenal ketimbang Bandar Lampung atau Tanjung karang bagi orang yang tinggal di pulau Jawa. Keterkenalan kota Metro memang tidak terlepas dari sejarahnya yang atraktif. Dari segi umur, daerah datar ini baru dibuka pada 1936. Ini jauh lebih muda dari daerah-daerah seperti Teluk Betung, Menggala, Gunung sugih, Kotabumi, Krui, bahkan kota kecil Gedongtataan.
Kemajuan yang amat cepat itu ternyata karena sentuhan kolonial Belanda yang membangun permukiman baru disini. Program kolonisasi, yakni memindahkan penduduk Jawa yang mulai padat ke Sumatera yang masih perawan sebagai bagian dari politik balas budi penjajah. Tercium adanya muatan politis dalam program ini. Saat itu, pergerakan pejuang Indonesia yang makin kritis menuntut hak-hak untuk merdeka terasa menggerahkan Belanda. Upaya membuang para politisi kritis mulai dipikirkan dengan cara menyingkirkan. Antara lain dengan memindahkan mereka ke tempat yang jauh dan membungkus program ini sebagai politik balas budi dengan nama kolonisasi.
Program pertama yang dilakukan ke Gedongtataan pada 1905 memberi solusi cukup sistematis terhadap masalah politik itu. Selain pergi, mereka juga berhasil dipekerjakan diperkebunan dan kepentingan-kepentingan lain milik Belanda. Para politisi yang dianggap berbahaya ditunjuk sebagai pimpinan rombongan. Sementara, peserta lain adalah warga biasa. Program kolonisasi yang efektif terus dilanjutkan. Beberapa lokasi baru dibidik Belanda. Antara lain Pringsewu, Gunung sugih, Sukadana, Metro, dan Blitang (Sumatra Selatan). Latar belakang pesertanya makin bervariasi. Kebanyakan politisi, tokoh masyarakat, termasuk orang-orang jahat.
Diantara lokasi-lokasi kolonisasi itu, yang paling menonjol kemajuannya adalah Metro. Perbedaannya adalah Metro merupakan daerah bukaan baru yang relatif terpisah dari pengaruh penduduk asli. Sebab, sebelumnya Metro merupakan daerah yang cukup terisolasi. Lebih dari itu, dukungan alam yang subur dan peran Ir. Swam, ahli tata air Belanda yang merancang irigasi Way Sekampung menjadi nilai lebih untuk Metro. Irigasi yang mengairi setiap sawah yang ada di Metro menjadi berkah yang mengantarkan warganya menuai gemah ripah. Pola program kolonisasi yang membagikan tanah dan pekarangan amat diharapkan pendatang dari Jawa yang kebanyakan miskin. Tanah, bagi penduduk Jawa adalah nyawa untuk masa depannya. Infrastruktur yang juga dibangun oleh Belanda menambah mapan posisi Metro. Penataan ruang wilayah yang terencana dan fasilitas umum yang tersedia adalah warna baru hidup warga yang semula amat terbatas. Belanda tampaknya serius mencetak Metro menjadi wilayah percontohan.
Kehidupan warga dalam beberapa tahun pertama pendudukan sudah menggambar grafik amat menakjubkan. Semua rencana terlewati dengan panen komoditas tanaman pangan yang amat menggembirakan. Kemudian, warga dari daerah lain dan dari Jawa berduyun-duyun menuju Metro. Motif pendatang agraris adalah ingin mendapatkan kemakmuran dari mengolah pertanian didaerah baru yang menjamin ketersediaan pengairan. Sedangkan motif pendatang lainnya adalah berniaga menjadi mitra para petani yang sedang ketimbang keberuntungan. Metro mulai menuai ketenaran. Namun, oleh ulah Jepang yang menyerang dan menguasai semua sendi kehidupan warga, Metro kembali porak-poranda. Ekonomi yang mapan jeblok karena hasilnya dirampas untuk stok logistik tentara Jepang yang tersebar di semua bilangan. Dan, seperti juga warga daerah lain, masa pendudukan Jepang adalah neraka dan titik nadir kehidupan warga Metro. Setelah merdeka, tertatih-tatih menyusun langkah, memasuki masa pendudukan Belanda tahap ke-dua, dan memulai hidup di zaman Orde baru merupakan sejarah yang meninggikan derajat.
Kota Metro sebagai daerah otonom lahir dan diresmikan pada tanggal 27 April 1999. Sebelumnya, Metro merupakan ibu kota atau pusat pemerintahan Kabupaten Lampung Tengah dan berstatus sebagai kota administratif. Dengan peresmian tersebut, maka ibu kota kabupaten Lampung Tengah pindah ke Gunung sugih. Starting point pelaksanaan tugas pemerintahan kota secara efektif baru berjalan pada tanggal 1 april 2000. Yaitu saat pertama kota Metro mempunyai APBD. Sebab, dari saat diresmikan hingga 31 maret 2000 praktis tidak ada kegiatan pembangunan fisik yang dilakukan oleh pemerintah. Kecuali hanya melaksanakan tugas-tugas rutin yang biayanya ditanggung oleh pemerintah kabupaten Lampung tengah sebagai daerah otonom induk. Pada saat itu, selain belum adanya pendapatan asli daerah (PAD) juga dihadapkan pada kondisi personil staf yang sangat kurang. Sepanjang tahun 2000 dan bahkan sampai memasuki tahun 2001, hampir tidak ada pegawai yang mau dipindahkan, apalagi mengusul pindah ke Metro. Konon, penyebabnya tidak lain karena derasnya opini saat itu yang menyatakan Kota Metro tidak akan mampu bertahan hidup dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Saat itu, banyak pihak beranggapan atau menduga kota Metro tak akan mampu mempertahankan eksistensinya sebagai daerah otonom. Mereka menanti dengan cemas “lonceng kematian” kota Metro sebagai daerah otonomi.
Saat kota Metro lahir, tidak ada dana modal pangkal sama sekali dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi Lampung. Yang ada hanyalah bantuan dana rutin dari pemerintah kabupaten Lampung Tengah yang sangat terbatas. Bahkan saat itu Metro tidak dapat membiayai rumah tangganya sendiri yang terdiri dari sekretariat daerah, dinas, badan, kantor, kecamatan, dan kelurahan. Terasa berat saat itu. Persoalan besar yang dihadapi adalah bagaimana agar nafas tetap ada, agar nadi tetap berdenyut, dan agar jantung tetap berdetak. Yang dengan demikian berarti kota ini tetap dapat bertahan untuk hidup sebagai daerah otonom.
Mengatasi kondisi yang sangat kritis ini, agar roda pemerintahan tidak kolaps atau koma, Wali kota Mozes-Herman mengambil langkah non konvensional yang akhirnya dapat menolong nyawa kota ini tetap berada di badan dan nadi tetap berdenyut. Langkah-langkah kuda itu baru berakhir sekitar bulan Juni 2000 setelah APBD tahun anggaran 2000 berjalan penuh. Tekad para birokrat muda penuh energi itu hanya satu, mempertahankan Metro sebagai daerah otonom tetap eksis dan harus mampu survive. Kurang gizi, kurang vitamin, kurang protein, kurang nabati, kurang segalanya bukan halangan untuk tetap hidup. Harapannya, sampai kepada suatu zaman dengan kondisi yang bisa menatap matahari terbit dengan sinar baru. Ketika mentari hendak ke peraduan, kiranya rembulan memberi sedikit penerangan kehidupan. Dan, ternyata sinar itu memancar dengan terang untuk kota Metro sejak 1 Januari 2001 dengan meluncurnya APBD 2001.
Kini, Metro menjadi metropolitan baru di Lampung. Dengan rencana besarnya, kota ini terus berbenah. Dan melengkapi diri dengan berbagai fasilitas sesuai dengan yang dibutuhkan menuju kota idaman semua warganya. Membuat rencana sebagai kota pendidikan adalah cita-cita masa depan yang amat didambakan semua elemen masyarakat. Struktur dan infrastruktur dibangun dengan wawasan yang mengarah kepada cita-cita itu. Kota ini juga meroket dengan berbagai kemajuan dan selalu menjadi kota pertama yang menyediakan fasilitas layaknya kota berwawasan setelah Bandar Lampung. Setelah menjadi kota pertama yang memiliki pasar swalayan setelah Bandar lampung, Metro juga menjadi kota pertama yang memiliki perputakaan daerah yang megah, setara dengan yang ada di Bandar Lampung. Daerah dinamika, geliat, dan aktifitasnya yang padat, berbagai peristiwa, keadaan, dan kiprah layak diingat oleh warganya. Menetap disebuah kota yang nyaman dan aman merupakan dambaan setiap orang. Apalagi ditambah nilai plus dari kota itu sendiri. Pada dasarnya ada sebuah kelebihan dibalik kekurangan di suatu daerah atau kota.
Dengan perjalanan dan perjuangan yang luar biasa. Saat ini kota Metro terkenal sebagai kota pendidikan satu-satunya di Lampung. Dengan situasi kota yang tenang dan tentram serta biaya hidup yang relatif murah, merupakan daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin menuntut ilmu di kota ini. Kota boleh kecil, tapi prestasi sangat besar. Hal ini bukan basa-basi. Bukti dari prestasi itu bisa terlihat dari keberhasilannya. Baik dibidang keindahan kota maupun dibidang pendidikan. Pada bidang keindahan kota, Metro sudah sebanyak sepuluh kali mendapat penghargaan Adipura. Penghargaan tersebut didapat sejak jaman kota administratif hingga sekarang. Dengan berderetnya penghargaan yang didapat, Metro lebih mengedepankan pendidikan. Hal itu sebagai bukti dari banyaknya prestasi dari segi mutu dan upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan demi terciptanya peningkatan kualitas pendidikan masyarakat. Selain itu, untuk mewujudkan salah satu visi kota Metro sebagai kota pendidikan. Keberadaan sarana pendidikan baik formal maupun non formal yang tersebar di kota Metro menjadikan suatu kemudahan dalam memilih jenis sarana pendidikan yang diinginkan. Sampai saat ini, di kota Metro yang hanya seluas 68,74 km ini telah terdapat empat belas perguruan tinggi (3 negeri dan 11 swasta), 173 sekolah, mulai dari jenjang taman kanak-kanak, sekolah dasar, lanjut, menengah dan kejuruan. Selain itu, di kota ini juga terdapat berbagai sarana pendidikan non formal lainnya. 
Masnuni selaku sekretaris umum Dinas Pendidikan kota Metro. Ia menjelaskan bahwa kota Metro sudah menetapkan empat pilar untuk mewujudkan pendidikan yang baik dan maju. Pilar pertama, yaitu dengan perluasan aksesnya. Gedung-gedung pendidikan di Metro diharapkan mampu untuk menampung para siswa, terutama pelajar dari Metro. Kedua, peningkatan mutu. Untuk peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM), tolak ukurnya kualifikasi atau tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan di kota Metro ini sudah sangat baik. Hal tersebut terlihat dari tingkat kelulusan ujian nasional (UN). Pada tahun 2010, Metro mendapat kululusan UN tertinggi di provinsi Lampung. Ketiga, peningkatan sarana dan prasarana. Dan yang keempat, peningkatan tata kelola dan manajemen.
Bukti keberhasilan mutu diindikasi berderetnya prestasi dalam berbagai lomba, juga kemampuan melampaui ukuran keberhasilan berstandar nasional. “Dari 26 kriteria pendidikan berskala nasional, 20 diantaranya Metro melampaui target nasional,” Ujar Wali Kota Metro Lukman Hakim yang dilansir Lampost pada Senin (4-5). Kontribusi Pemkot Metro dalam pendidikan tak diragukan lagi. Berbagai prestasi baik tingkat nasional hingga internasional yang disematkan pelajar, mahasiswa dan guru di Metro sering membawa harum nama Lampung dan bangsa Indonesia. Yang lebih membanggakan, mayoritas pelajar dan mahasiswa berasal dari luar Metro dan bahkan dari luar provinsi Lampung, seperti Banten dan Sumatera Selatan, yakni sekitar 80% untuk mahasiswa Perguruan Tinggi (PT), 60% siswa SMA, dan 70% untuk siswa SMK. Ini bukti nyata betapa sistem pendidikan kota ini memiliki mutu yang baik. Menurut Lukman, pendidikan adalah hal paling utama dan penting untuk terus dikembangkan. Dan hal itu terbukti disetiap perlombaan tingkat Provinsi, kota Metro mendapatkan juara umum.
Slogan tekun dan cerdas adalah salah satu kunci sukses menjadikan Metro terdepan dalam pendidikan. Ketiganya harus berjalan beriringan dan saling bersinergi. Jika satu poin tidak berjalan dengan baik, akan sulit menciptakan sistem pendidikan yang multi prestasi. Disamping itu, Pemkot Metro menyediakan wadah bagi setiap guru juga harus memiliki pengetahuan dengan kategori cerdas jika ingin murid-muridnya mempunyai prestasi. Bagi pelajar dan mahasiswa yang potensial berprestasi, dibuat forum tersendiri untuk merangkul dan memberikan kapasitas lebih dalam hal pembelajaran. Hal itu dilakukan diluar jam sekolah melalui sistem pembinaan khusus. Pemkot Metro juga memberikan penghargaan seperti beasiswa dan piagam kepada pelajar mahasiswa berprestasi.
Selama tahun 2009, tercatat puluhan prestasi yang disabet oleh pelajar kota Metro mulai dari siswa/siswi TK sampai SMA. Diantaranya TK pembina Metro Pusat meraih gelar juara 1 tingkat nasional pada lomba usaha kesehatan sekolah (UKS), SDN 4 Metro Timur menjadi juara nasional tahun ke-2 untuk lomba Adiwiyata (sekolah berwawasan lingkungan), SD Metro selatan merebut juara 1 tingkat nasional pada lomba volly ball putri tingkat SD, SMPN 5 Metro juara 1 tingkat nasional pada lomba volly ball putri tingkat SMP, siswa SMAN 1 Metro (Ansori Mukhtar dan Bayu Tegar Prakasa) merebut mendali emas dan perak tingkat nasional pada Olympiade SAINS Kimia dan SAINS Ekonomi, siswa SMK Muhammadiyah 2 Metro (Ade Maulidin) merebut mendali emas tingkat nasional bidang listrik pada lomba kompetensi siswa (LKS), siswa SMKN 3 Metro (Ahmad Bukhori) mendapat mendali perak tingkat nasional bidang konstruksi bangunan pada lomba kompetensi siswa (LKS), SMAN 1 Metro menjadi juara 1 tingkat nasional sekaligus meraih mendali emas pada lomba LCT UUD 1945 dan TAP MPR RI, SMAN 1 Metro meraih juara 1 luar Jawa dan juara 4 se-Indonesia pada lomba Olimpiade Geografi di Gajah Mada, SMAN 4 Metro meraih juara 2 putri tingkat nasional pada lomba olah raga softball, SMAN 4 Metro merebut juara 3 tingkat nasional pada lomba olah raga softball dan serta masih banyak lagi segudang prestasi yang ditancapkan pelajar Metro baik dalam skala daerah maupun nasional. Dan di tahun 2010 ini, Pemkot Metro sudah menyiapkan berbagai program untuk terus dan tetap mempertahankan kualitas pendidikan.
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan kota Metro sendiri, dimana sektor perekonomian dan sektor pendidikan hampir bersaing. Apakah kiranya walikota yang terpilih nantinya akan tetap mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan segala prestasi terutama dibidang pendidikan yang telah tersemat untuk kota Metro. Pada tahun ini masa pemerintahan Lukman Hakim telah berakhir. Dan pemilihan walikota pun telah dilaksanakan. Dan Lukman Hakim terpilih kembali yang dipercayai masyarakat Metro untuk memimpin kota ini di periode 2010-2015.[]

Oleh : Mustahsin

Bagikan ini:
Baca Juga:  Wawancara Langsung Beasiswa BI 2023 IAIN Metro
About Author

Redaksi Kronika

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *