Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro akan melaksanakan Kuliah Pengabdian Masyarakat Dari Rumah (KPM-DR) Periode II. Terkait kegiatan tidak ada perbedaan dari KPM Periode I, tetapi kemungkinan akan ada perubahan, menyesuaikan kebijakan yang ada. Baik dari pihak lembaga atau dari pemerintah daerah.
Pembukaan pendaftaran KPM-DR akan ditutup sampai tanggal 21 Juni 2021. Setelah itu, masuk tahap pembagian kelompok teknik administrasi, yang mana satu dosen pembimbing lapangan (DPL) membawahi sekitar 15 mahasiswa. Untuk sistem pelaksanaannya 10 hari untuk persiapan, 40 hari di lapangan, dan 10 hari pelaporan.
Sainul, Ketua Lembaga Pengabdian Pengembangan Masyarakat (LPPM) menjelaskan, kuota KPM-DR periode II lebih dari 500 peserta. Banyaknya kuota peserta dikarenakan pelaksanaan KPM secara daring.
“Kuota periode kedua ini minimal 800 dan maksimal 850 peserta. Kuota periode kedua ini lebih banyak dari yang lama, dikarenakan ada perubahan dari pelaksanaan offline menjadi online. Namun, tidak mengubah substansi sehingga dimungkinkan berkembang menjadi 800 bahkan bisa lebih,” jelasnya.
Untuk teknik pelaksanaan lapangan KPM-DR akan diadakan sementara di rumah masing-masing, “Kalau nanti ada perubahan, hal itu menyesuaikan kebijakan yang ada, baik di lembaga atau pun petunjuk dari pemerintah daerah khususnya Gubernur,” terangnya.
Bagi mahasiswa yang hendak mengikuti KPM-DR harus memenuhi kriteria, seperti SKS yang ditempuh harus sudah 110 dan dinyatakan lulus. Sudah memenuhi syarat-syarat administratif, di antaranya mengumpulkan berkas yang berisi transkip nilai sementara, pernyataan orang tua, pernyataan suami jika sudah memiliki suami, surat keterangan sehat, pernyataan sanggup mengikuti kegiatan KPM-DR. Tak hanya itu, Sainul mengungkapkan terdapat ketentuan tambahan, tetapi belum dibicarakan kembali oleh pihak lembaga.
Di akhir wawancara, ia berharap agar desa yang dibangun oleh mahasiswa KPM l-DR bisa sesuai dengan semangat desa. Terwujudnya kewajiban akademis melaksanakan kurikulum dan mewujudkan apa yang menjadi amanah visi lembaga.
“Karena misi lembaga ada tiga yaitu eco preneurship, socio preneurship, dan techno preneurship, yang dibungkus dengan keislaman. Artinya mahasiwa mampu melihat potensi apa yang ada di desa tersebut, untuk bisa mahasiswa berdayakan dan hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. Tidak berangkat berdasarkan prodi, tetapi apa yang dianggap penting bagi mahasiswa,” tambahnya.
(Reporter/Irsyad/Lusi)