38°C
27 April 2024
Cerpen Koran

KEMATIAN Itu…………….

  • November 17, 2011
  • 8 min read
  • 55 Views
KEMATIAN Itu…………….

Kematian Itu

Oleh : Alfaruq Sugiyanto.
Sore itu aku mendapat tugas lapangan untuk pemasangan Instalasi Outbond di kota Metro. Tepatnya di Hutan Taman Kota yang menjadi tempat langganan kami melakukan Outbond Training. Aku berangkat bersama Rajif selepas sholat isya’, maklum kami harus mengambil alat di Bandar Lampung terlebi dahulu sebelum berangkat. Karena kebetulan alat yang kami miliki perlu penambahan, jadi kami harus membelinya di bandar lampung di tempat Rekanan.
Sampai Hutan Taman Kota HP ku berdering, kulihat Bulek Sal (bibikku) memanggil.
“Halo..! Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam” ujar suara disebrang sana.
“Pripon bulek ” sapaku menggunakan bahasa jawa.
“Kondisi ibu sekarang sudah mengkhawatrirkan, sepertinya dia hanya menunggu dirimu untuk hadir. Kamu segera pulang ya, agar ibumu bisa lebih tenang”
Terasa trenyuh hatiku mendengarkan perkataan bibiku, namun hari sudah mulai gelap. Aku harus memilih mana yang lebih penting dan yang bisa di tunda. Dengan singkat aku ambil keputusan seraya mengucap lafal basmallah.
“Gini bulek, kalau kondisi memang sudah seperti itu, aku usahakan malam minggu aku pulang, karena sekarang kondisi sudah malam, dan juga aku masih ada kewajiban”.
Akhirnya bibiku bisa menerima alasanku. Dalam hati aku merasa bingung dan sedih, karena aku harus melayani order Outbond. Bukan berarti aku lebih mementingkan pekerjaan ketimbang orang tua, namun yang teringat dalam benakku adalah di Dompetku sudah tidak ada Uang lagi untuk ongkos pulang.
Aku seorang mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di kota Metro sekaligus Instruktur salah satu lembaga pelatihan. Keseharianku penuh dengan kesibukan dikampus dan tempatku bekerja sebagai penopang kehidupanku dirantau orang. Dengan sedikit kemampuan yang kumiliki aku berusaha memenuhi kebutuhanku, kedua orang tuaku dikampung dan tentunya biaya kuliahku. Mau tidak mau aku harus menunggu mendapatkan uang hingga aku bisa pulang. Karena selama satu semester terakhir aku harus berbagi waktu antara kuliah dan pulang merawat bunda yang sakit sakitan. Dua minggu kuliah dua minggu merawat bunda yang kebetulan di rawat di tempat kakakku tepatnya di Kota Belitang Sumatera Selatan.
Sebenarnya bukan hal sulit bagiku untuk mencari pinjaman Uang, namun aku ingin berusaha agar tidak memberatkan orang lain menurutku. Seusai menerima Telfon, akupun melakukan tugasku sebagai instalatir Outbond. Yang masih menjadi bagianku malam itu adalah memasang Tali Baja untuk flying fox , karena untuk instalasi Blind Walk , Landing Net , dan Two Line Bridge sudah terpasang. Sebelum beraksi, kak Amru sebagai koordinator menawariku untuk makan, namun aku merasa tidak bernafsu, makanya aku langsung melakukan survey tempat untuk bisa menentukan tempat yang mana yang bisa digunakan. Setelah sebelumnya kami melakukan breafing sejenak.
“Andreas, kamu pasang flying fox, tempat yang enak dimana ya?” Tanya kak Amru padaku.
“Kita coba tempat yang agak landai kak, mengingat sebagian tali belayer kita tidak ada” kataku.
Suwun menimpaliku “kalu landai kurang menantang nanti An”
Aku sampaikan alasanku “betul kurang menantang, namun kita disini memberikan pelayanan agar mereka puas, bukan masalah menantang atau tidak, lagiankan pertimbangan kita demi keamanan, apalagi kita tidak memiliki tali bellay” ujarku.
Kemudian aku putuskan mengambil posisi diatas sambil memikirkan alternatif yang lain jika gagal.
“Ya udah Gim, Jif, Kalian ambil seling baja, sekaligus di buka ya”
“Suwun kamu ambilin tali webbing dua biji” kataku
Usai di pasang, aku tarik dengan treker . “Sekarang uji coba, ambilin tandem buat nyoba”. Aku pun mengingatkan teman-teman satu team ku untuk senantiasa menguji instalasi yang telah dipasang agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan.
“Ingat, kewajiban instalatir adalah mencoba sebelum peserta menggunakannya. Ini demi keselamatan dan menjaga reputasi kita agar tetap professional” ujarku.
Aku mencoba instalasi yang telah dipasang bersama team atas komandoku, ternyata masih menyentuh tanah. Kemudian aku tarik lagi menggunkan treker, dan aku meminta Herman yang memiliki berat yang cukup untuk menjadi sampling dari gambaran peserta besok fikirku. Namun lagi lagi masih menyentuh tanah.
Saat teman-teman melakukan istirahat, aku melakukan pengecekan lokasi yang lain menggunakan Head lamp . Tak sia sia aku menemukan Angel yang cocok untuk pemasangan.
Demi melihat teman satu team kelelahan aku membongkar sendiri peralatan yang suda terpasang namun tidak sempurna tersebut untuk di pindahkan di tempat yang baru. Sebagai teman satu team, yang sudah seperti keluarga sendiri mereka segera membantu meskipun sudah kelelahan. Namun untuk memasuki semak yang cukup lebat aku turun sendiri mengingat teman-teman belum memahami medan di malam hari. Usai memasang dan mengujinya aku melihat handfone ternyata ada SMS yang masuk dari temanku, Rosa Khoirunnisa dia sudah ku anggap seperti saudaraku. Sehingga saling kabar ketika ada kegiatan apalagi yang berkenaan dengan Alam dan Petualangan. “lagi apa kak?” ujarnya,karena memang kami sering SMS-an malam hari selepas aktifitas masing masing.
“lagi kecapekan msng instalasi outbond, mau.. coba flying fox?” jawabku.
”Ud mlm istirht Byr gak capek” Jawabnya.
“Tggung jb must dilanjtin byr g dosa” ujarku lagi.
“Ydhlh rehat bentar. Jangan ngeyel napa. Durhaka gk dgr nasehat adkny tu. Aku hanya tersenyum melihat pesan dari Anak Petualang tersebut. Ternyata balasannya malah seperti ini, “hem.. dasar Rosa” fikirku. Kulihat Waktu menunjukan pukul 00.48 WIB. Aku kembali ke tenda, dan istirahat. Pukul 1.30 WIB aku dikejutkan dengan bunyi HP butut disakuku. Padahal baru saja aku memejamkan mata, “Huft..”
“Halo Assalamu’alaikum” ternyata lek mol pamanku.
“Wa’alaikumussalam, ada apa lek?” tanyaku pada adik ipar ibu ku tersebut
“Bunda udah gak ada, kamu segera pulang……….!”
“Apa…..?” Sontakku, aku masih tidak yakin dengan perkataan pamanku.
“Bunda sudah gak ada, kamu yang sabar ya, tapi segera pulang ya..” ujarnya meyakinkanku.
Aku masih bingung, harus berkata apa, maklum nyawa belum sepenuhnya kembali. Akhirnya antara sadar dan tidak aku menjawab permintaannya. “Besok pagi saya usahakan pulang lek”
“Ya udah hati hati. Assalamu’alaikum” katanya mengakhiri telefon.
Aku masih bingung antara percaya dan tidak dengan informasi yang baru aku terima. Aku cek lagi panggilan masuk terakhir dan memang benar yang memanggil adalah pamanku menggunakan nomor HP adikku.
Aku menunggu pagi sambil merenung. Apa yang harus aku lakukan.? Setelah subuh aku berfikir mencari solusi agar kejadian ini tidak diketahui oleh teman-temanku supaya mereka tetap bisa fokus melayani Konsumen.
“Maaf kak aku gak bisa bantu sampai selesai, aku mau pulang tadi di telfon suruh pulang. Penting katanya.” Kataku pada kak Amru.
“O ya udah gak papa, tapi tunggu dulu” katanya sambil sibuk mengambil dompet dari saku celananya.
“Duh uangnya ku tinggal di rumah, siapa yang bawa uang lebih?” tanyanya pada team.
“Butuh berapa kak?” Tanya Gimbo.
“Empat ratus lima puluh ribu”
“Aku ada tiga ratus ribu kak” katanya.
“Ada yang punya simpanan lagi” Tanya kak Amru.
“Aku ada kak dua ratus ribu” timpal Herman.
“Sinikan semua, nanti ku ganti” kata kak amru.
“And, ini fee kamu, Seratus Sepuluh Ribu Rupiah, ini fee ambil trust fall Lima Puluh Ribu Rupiah, dan ini tiga ratus dua puluh lima ribu rupiah untuk mengganti uang yang kepake buat beli alat“. Akupun berpamitan pulang setelah mendapatkan uang tentunya. Aku langsung pulang ke kostan terlebih dahulu untuk mempersiapkan apa yang harus ku bawa pulang. Kutulis surat sebagai kabar kepada teman teman ku di kos dengan tulisan “Innalillahi wa Inna ilaihi rooji’un ”.
“Tolong nanti di baca sore-sorean aja ya bro” kataku berpesan pada Dedi Minak.
“Oke” katanya, “Emang mau kemana?”
“Mau pulang, bro, tadi malam disuruh pulang” kataku agak berat.
“Oke hati hati ya brow.!” Katanya.
Kemudian aku menemui Alfian untuk memintanya mengantarkanku ke jalan lintas Sumatra tepatnya di Gotong Royong Lampung tengah.
“Alfi, Lu ada agenda gak sekarang?” tanyaku pada mahasiswa dari way Jepara tersebut.
“Gak ada kalo sekarang, ada apa Bro?”
“Anterin Aku ke gotong royong”
“Ya udah Lu depan” katanya.
Di pagi buta ku tancap gas Sepeda Motor milik Alfian hingga kami sampai juga di simpang gotong royong. Namun aku berhenti agak jauh dari loket.
“Ada acara apa Brow?” Tanya Alfian pada ku tetap dengan ketidak tahuannya.
“Mau ke Sumsel, ada urusan”
“O Gua kira ada acara disini, ya udah hati-hati ya, Gua mau ada rapat”
“Oke hati-hati juga”
Aku menunggu bus jurusan Belitang, selang 10 menit tibalah yang ku nantikan. “GONG 2000” itulah yang tertulis di kaca depan. Harapanku mendapat mobil pertama bisa sampai lebih cepat, tapi ternyata keliru, karena sopir yang mengemudi adalah orang yang penuh kehati hatian sehingga mobil berjalan merayap.
Selama perjalanan komunikasi tetap terjalin dengan Adikku yang kebetulan memang menjaga dan merawat almarhumah bundaku beberapa hari terakhir di Rumah Sakit Islam Belitang. Setibanya di Gumawang Ibu kota Kecamatan Belitang I sudah menunjukan pukul 14.30 aku istirahat sebentar sambil menunggu jemputan.
Tiba saat Ashar akupun sholat di Masjid Agung Gumawang, usai sholat kakaku datang mengendarai sepeda motornya. Ngobrol sebentar kami langsung melanjutkan perjalanan. Setelah sampai di desa Petanggan aku bisikkan kepada kakaku untuk singgah sebentar ke pemakaman tempat Bunda di makamkan. Ku sempatkan Sholat Ghoib dan ku do’akan.
“Allahummaghfirlaha, warhamha, wa’afiha wa’fu ‘anha ”.
“Maafin aku dik” ujar kakak ku sambil menagis melihatku yang tak sempat bertemu almarhumah bunda sebelum dikubur.
“Gak ada yang harus di salahkan dan dimaafkan kak. Semua berjalan sesuai dengan fitrahnya.” Ujarku.
“An, Bunda telah duluan. Kamu harus lebih baik”. Ujarnya.
Lebih baik…… satu kata yang senantiasa terngiang ditelingaku. Kematian tu sebuah pelajaran baru bagiku. Pelajaran yang tidak pernah aku dapatkan di bangku kuliah, debat maupun diskusi dengan teman temanku. Dan baru bias aku rasakan setelah kematian itu merenggut orang yag aku cintai. Yang kemudian memaksaku berfikir merencanakan masa depanku, seperti pesan almarhumah ketika masih bersamaku “Tole, hidup ini bukan tujuan, namun hanya sebagai bagian dari proses untuk mencapai tujuan itu sendiri. Tujuan kita masih jauh…. Di hari akhirat. Kita harus bertemu dengan Allah”.[]

Negeri Jauh, 25 Sya’ban 1432 H
“catatan dalam kenangan untuk sahabatku yang setia pada sahabat Borneonya”

Bagikan ini:
Baca Juga:  Dandhy Dwi Laksono Jadi Pemateri Kuliah Umum Mahasiswa FEBI
About Author

Redaksi Kronika

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *