Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung (Unila) mengadakan Pelatihan Mahasiswa Jurnalistik (Pemantik) 2022 dengan mengusung tema Etno-Jurnalisme. Bertempat di Gedung D Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila, Sabtu (22-10-2022).
Dihadiri langsung oleh Yulianto, Wakil Rektor III, Asrian Hendi Cahya, Pembina UKPM Teknokra Unila, serta 26 peserta yang terdiri dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Kronika, LPM Karintas, LPM Pilar, LPM Sukma, LPM Natural, LPM Republika, LPM Lighteen, LPM Rotasi, LPM Raden Intan, serta mahasiswa Unila dan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (UIN RIL).
Kegiatan ini merupakan kolaborasi UKPM Teknokra Unila dengan Wacthdoc. Oleh karena itu, dalam gelaran Pemantik ini menghadirkan Ari Trismana, Senior Produser Wacthdoc dan Harry Maulana, Reporter dan Videografi Wacthdoc sebagai pemateri.
Tema yang diangkat pun bertujuan agar jurnalis di Lampung dapat menerapkan cara kerja Etno-Jurnalistik ini di dalam jurnalistik investigasi. “Sesuai dengan namanya juga, Pemantik dapat menjadi pionir yang membawa perubahan khusus produk-produk jurnalistik di Lampung,” jelas Syendi Arjuna selaku Ketua Pelaksana.
Ari Trismana, dalam materinya, menjelaskan cara kerja jurnalistik seperti detektif yang melakukan penelusuran, pengamatan, dan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta tertentu. Perlunya investigasi untuk membongkar hal-hal tidak diketahui publik. “Kalo kalian pers mahasiswa di kampus, bisa nih contohnya pelecehan seksual di kampus,” terangnya.
Ari juga menegaskan bahwa tidak ada berita seharga nyawa, mengingat banyaknya wartawan yang terbunuh saat melakukan investigasi. Ia menyarankan agar sebisa mungkin bahaya atau risiko dalam peliputan dihindari.
Selanjutnya, materi ke-2 yang dipaparkan oleh Harry menyoal langkah-langkah dalam pembuatan film dokumenter. Langkah pertama adalah memilih teori yang menarik, penting, dan selanjutnya melakukan pendekatan terhadap narasumber. Film dokumenter berisi kejadian nyata yang benar-benar terjadi di lapangan, bukan cerita rekayasa.
“Film yang bagus adalah film yang sesuai. Jangan muluk-muluk dalam membuat produknya, mulailah yang terdekat dahulu,” ujar Harry.
Tanggapan positif datang dari Oria Safirlli, LPM Raden Intan Lampung. Menurutnya, kegiatan ini sangat menarik, pengetahuan dan pengalaman yang dipaparkan pemateri dapat digunakan untuk terjun ke dunia jurnalistik.
“Mudah-mudahan pembuatan film dokumenter yang akan datang segera terlaksana. Semoga kita bisa menciptakan karya dari pertemuan kita pada hari ini,” harap Oria.
Sama halnya dengan Oria, Tresia Sitanggang, LPM Karintas, mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan tersebut. Ia mengungkapkan bahwa materi yang diperoleh dapat diaplikasikan dalam setiap pers mahasiswa.
Menurut tanggapannya, mahasiswa juga perlu memiliki aspirasi yang kuat agar masyarakat dapat merasakan kehadiran dari pers mahasiswa itu sendiri. “Semoga di lain waktu ada kegiatan yang seperti ini yang semakin memicu serta membangkitkan semangat dalan dunia jurnalistik,” harapnya menutup wawancara.
(Reporter/Elta/Martika)