Lebih Anggun dengan jilbab Syar’i
Sesungguhnya agama Islam memerintahkan setiap orang muslim agar mencintai saudaranya bagaikan mencintai dirinya sendiri, kemudian menghindari mereka dari keburukan sebagaimana ia menghindarkan diri daripadanya, nasehat menasehati demi menta’ati kebenaran yang telah didatangkan dari Allah dan Rasul-Nya, baik itu berupa perintah maupun larangan, dengan hati rela mematuhinya. Maka demi kesucian dan keutuhan, Allah Maha Penyayang memerintahkan para muslimah agar mengenakan hijab (jilbab), supaya berada di sisi Allah, dan ditempat sejauh mungkin dari perbuatan keji yang dapat menimpa pada diri kaum muslimah.
Ayat Al Qur’an ini : “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan pehiasaannya kecuali yang biasa nampak dari pandangan. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan jangan-lah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau keapda ayah mereka, atau putra-putra mereka, atau saudara- saudara mereka, atau putra-putra suami mereka, atau wanita- wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap kaum wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat kaum wanita. dan janganlah mereka memukul kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (Qs An Nur : 31) Bagaimana jilbab yang dimaksud dalam ayat di atas, setidaknya harus memenuhi syarat-syarat hijab atau jilbab sebagai berikut dan inilah jilbab yang syar’i dan benar : Menutupi seluruh tubuh, sebagaimana yang difirmankan Allah, “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka mudah untuk dikenal, kerena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab [33] : 59)
Maksud daripada berhijab adalah untuk menutup tubuh wanita dari pandangan laki-laki. Jadi, bukan yang tipis, yang pendek, yang ketat, tau berkelir serupa dengan kulit, maupun yang bercorak dan yang bersifat mengundang penglihatan laki-laki. Harus yang longgar, sehingga tidak menampakkan tempat-tempat yang menarik pada anggota tubuh. Sungguh fenomena jilbab pada saat sekarang, membuat kita di satu sisi patut bersyukur, wanita sudah tidak malu lagi untuk berjilbab di manapun tempatnya sehingga jilbab benar-benar telah membudaya di masyarakat dan dianggap sesuatu yang lumrah. Namun di sisi lain jilbab yang sesungguhnya harus memenuhi prasyarat jilbab syar’i sebagaimana tersebut di atas seakan telah berubah fungsi dan ajaran, banyak sekali dan telah bertebaran dimana-mana jilbab yang bukan lagi syar’i tapi lebih terkesan trendy dan mode atau lebih dikenal dengan jilbab funky yang kebanyakan dari semua itu adalah menyimpang dari syarat-syarat syara’ jilbab yang sebenarnya.
Diantara penyimpangan-penyimpangannya yang ada, antara lain : Tidak ditutupnya seluruh bagian tubuh. Seperti yang biasa dan dianggap sepele yaitu terbukanya bagian kaki bawah, atau bagian dada karena jilbab diikatkan ke leher, atau yang lagi trendy, remaja putri memakai jilbab tapi lengan pakaiannya digulung atau dibuka hingga ke siku mereka. Sering ditemui adanya perempuan yang berjilbab dengan pakaian ketat, pakaian yang berkaos, ataupun menggunakan pakaian yang tipis. Sehingga walaupun perempuan tersebut telah menggunakan jilbab, tapi lekuk-lekuk tubuh mereka dapat diamati dengan jelas. Didapati juga perempuan yang berjilbab dengan menggunakan celana panjang bahkan terkadang memakai celana jeans. Yang perlu ditekankan dan telah diketahui dengan jelas bahwa celana jeans bukanlah pakaian syar’i untuk kaum muslimin, apalagi wanita.
Banyak wanita muslimah di sekitar kita yang memakai jilbab bersifat temporer yaitu jilbab dipakai hanya pada saat tertentu atau pada kegiatan tertentu, kendurian, acara pengajian kampung dsb. Setelah itu jilbab dicopot dan yang ada kebanyakan jilbab tersebut sekedar mampir alias tidak sampai menutup rambut atau menutup kepala. Terkadang, kalau ditanyakan kepada mereka, mengapa kalian berbuat (melakukan) yang demikian, tidak memakai jilbab yang syar’i. Padahal telah mengetahui bagaimana jilbab yang syar’i, sering didapati jawaban, “Yaa, pengen aja “, atau “Belum siap”, atau “Mendingan begini daripada tidak memakai jilbab sama sekali “, atau “Jilbab itu kan tidak hanya satu bentuk, jilbab khan bisa dimodofikasi yang penting khan menutup aurat”, terkadang didapati juga jawaban, “Kok kamu yang ribut, khan emang sudah menjadi mode yang seperti ini!”.
Padahal, dituntutnya jilbab dengan syarat-syarat yang telah ditentukan sesuai dengan hukum syara’ yang disebutkan di atas, sesungguhnya akan membawa kebaikan bagi kita sendiri, baik di dunia maupun di akhirat dan bukan didasari atas nafsu atau ditujukan untuk mengekang kita.
Saat ini perempuan yang memakai jilbab sesuai tuntunan dianggap sebagai orang yang aneh. Apalagi di kampus, pemandangan itupun sudah jarang di dapat, malah apabila perempuan itu lewat semua orang memperhatikan keanehan tersebut. Serasa mencari mutiara di laut untuk mencari seseorang yang benar-benar mengerti arti jilbab yang dipakai di kalangan kampus. Tidak heran kalau banyak yang melakukan hal seperti itu, karena di kampus sangat minim sekali pengetahuan tentang agama walaupun perguruan tinggi tersebut barbasis agama Islam.
Kampus itu merupakan tempat adanya banyak orang yang saling berinteraksi satu sama lain, berbagai sifat dan kepribadianpun berbeda-beda. Kalau kita tidak pandai-pandai dalam bergaul maka kita akan ikut terjerumus dalam hal yang sama yang diikuti oleh banyak kaum remaja saat ini, yaitu perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Walaupun dari pihak organisasi Islam di kampus mengadakan kegiatan pengajian atau kegiatan seminar Islami, jarang sekali ada mahasiswa yang antusias untuk datang menghadirinya. Bahkan bisa jadi yang datang hanya orang-orang dari organisasi Islam itu sendiri. Betapa tidak memperihatinkannya anak muda sekarang ini, hanya untuk mendatangi sebuah pengajianpun tidak mau. Sedangkan kalau mendatangi tempat-tempat maksiat selalu saja sempat. Astagfirullah.
Maka dari itu kita harus pandai-pandai dalam menjaga sikap. Sebagai seorang muslimah sejati, buatlah orang yang ada disekitar merasa nyaman dan ada kedamaian hati. Bukan malah membuat tingkah laku yang kurang baik di mata masyarakat, apalagi berkedok dengan jilbab. Misal orang yang berjilbab masih juga melakukan tindakan-tindakan yang dilarang oleh agama, contohnya yaitu berpacaran. Malah banyak sekali perempuan yang berjilbab ternyata berani, memakai pakaian yang dilarang atau haram dipakai di hadapan para lelaki yaitu pakaian yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Padahal seorang wanita yang menjaga kehormatan dan rasa malunya adalah wanita yang tidak membiarkan laki-laki melihat auratnya demi menjaga ketaatan kepada Allah dan melindungi kehormatan serta kesusilaannya. Adapun wanita yang suka menuruti hawa nafsu, sembrono dan lalai adalah wanita yang senang bila tubuhnya dicumbu pandangan-pandangan nakal.
Jilbab bukan hanya sekedar dipakai untuk hiasan atau untuk mendatangi acara-acara tertentu, tetapi jilbab adalah setiap baju yang dikenakan wanita untuk menutupi seluruh tempat-tempat perhiasan. Janganlah kita terpedaya dan takhluk dalam mempertahankan jilbab melawan agresi budaya pamer aurat. Lindungilah tubuhmu dari sorot tajam mata-mata keranjang, bentengi dengan perisai kesusilaan untuk melumpuhkan panah-panah tajam yang terus saja mengintai setiap hari. Bukan berarti apabila wanita memakai jilbab akan terhalang dalam menikmati masa muda kita, hapus pikiran itu. Para kaum Hawa harus berpikir sejenak dan renungkan apakah sepadan budaya buka-bukaan bila dibandingkan dengan budaya malu, kesusilaan dan kewibawaan. Dan pikirkan apabila kita terus saja memamerkan aurat dengan sesuka hati, berapa jumlah dosa yang akan ditanggung setiap harinya dengan membiarkan beribu-ribu pasang mata lelaki yang melihat dan bisa sesuka hati menikmati lekukan tubuh. Dan betapa banyaknya jiwa-jiwa kotor yang ingin menjalin hubungan denganmu karena kamu terus saja memamerkan auratmu di depan mereka.
Jadi jangan takut untuk mengenakan jilbab yang syar’i. Jilbab tidak akan menghalangi dalam menikmati masa muda. Akan tetapi bagaimana harus sejalan dengan aturan yang telah dibuat oleh Allah Swt. Bukan berarti juga apabila saat memakai jilbab harus bersikap tertutup dan menjauh dari pergaulan masyarakat. Tapi sebaliknya, Islam menghendaki kita menjadi pribadi yang menyenangkan, mudah akrab dan ramah terhadap orang lain, lincah tetapi tetap menjaga rasa malu, rendah hati tetapi tidak rendah diri. Juga menjadi seseorang yang memiliki kejujuran, tidak banyak bicara tetapi banyak berbuat, berbakti kepada orang tua dan suka menyambung selaturahmi, serta memiliki jiwa penyabar, tak banyak menuntut, penuh perasaan dan menjaga kesucian diri itu yang paling penting.
Menjadi perempuan yang ramah dan selalu berwajah ceria. Jangan berdandan berlebihan karena dengan memalsukan kecantikan dan berdandan secara over tidak akan menambah kecantikan malah memperburuk wajah dan menyembunyikan kecantikan yang sebenarnya yang diberikan oleh Allah. Apa pantas disebut cantik ketika ada seorang perempuan yang berjalan ditengah jalan dengan memakai pakaian yang ketat dan transparan. Apakah layak disebut kecantikan apabila itu adalah suatu hal yang akan mengantarkanmu ke lubang kemaksiatan dan kesesatan.
Janganlah sampai suatu kaum, di mana mereka meremehkan perempuan-perempuan/muslimah yang berjilbab hanya karena memakai pakaian/jilbab yang tidak sesuai dengan hukum syara’. Apabila kaum telah meremehkan hal ini, maka bagaimana dengan pandangan (penilaian) Allah dan Rasul-Nya terhadap wantia yang seperti ini ? Tidakkah ada bedanya antara perempuan yang berjilbab dengan perempuan yang tidak berjilbab?[] Dari berbagai sumber