Pemira Ricuh Lagi
STAIN ; Keluarga besar mahasiswa (KBM) mengadakan pemilihan umum raya (Pemira) Bupati Prodi pada Senin (7/5). Sebelumnya Komisi Pemilihan Umum Raya (KPUR) menjadwalkan proses Pemira yang dimulai dengan sosialisasi Pemira pada Jum’at-Senin (27-30/4) dan dilanjutkan penjaringan bakal calon Bupati serta verifikasi berkas pada Selasa (1/5). Selanjutnya KPUR memberikan waktu kampanye selama tiga hari mulai Kamis hingga Sabtu (3-5/5) dan hari tenang pada Minggu (6/5).
Setelah beberapa hari melalui proses pendaftaran pada Rabu (2/5) ditetapkan calon dan pengambilan nomor urut. Dari penetapan calon Bupati prodi tersebut tercantumlah nama untuk jurusan Tarbiyah prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) ada empat calon yakni Gangsar Gumelar, Riki Rismanto, Dian Ahmad Saputra dan Ganta Ratu Semoga. Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) ada tiga calon dengan nama Cecep Hamzah, Saidina Usman dan Sholeh Idris. Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) dengan nama calon Feridian Saputra, Ikhsanul Arifin dan Ikhsan Nur Wahid. Sementara Prodi PGMI dengan tiga nama calon yakni Lia Lusyana, Meilinda Anjarsari dan Deki Hasrofi.
Untuk jurusan Syari’ah sendiri di prodi Ahwalus Syakhsiyah ada tiga nama calon yakni Riki Sanjaya Alam, Darmawan Subakti dan Ali Imron. Prodi Ekonomi Islam terdapat dua nama calon yakni Muhammad Jazuli Iskandar dan Ahmad Nursalim. Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah dengan nama calon yakni Yoneka saputra dan Kukuh Cahyono. Terakhir Perbankan Syari’ah ada dua calon yakni Mutmainah Juniawati dan Lukman Hakim. Namun saat masa kampanye Mutmainah dengan nomor urut 1 memundurkan diri dengan alasan tertentu dan karena bukan kemauannya untuk mencalonkan diri menjadi Bupati Prodi.
Dari pantauan Kronika selama prosesi pemungutan suara pada (7/5) di gedung serba guna (GSG) berjalan lancar dan tak ada hambatan apapun. Mahasiswa STAIN Metro saat itu silih berganti memasukan hak suaranya untuk menentukan pemimpin di program studi masing-masing. Akhir pemungutan suara selesai pukul 16.00 dan dilanjutkan perhitungan suara pada malam harinya dimulai pukul 20.30 di GSG. Awalnya dalam perhitungan surat suara berjalan lancar namun pada pukul 23.00 terjadi keributan mahasiswa yang mengakibatkan suasana saat itu ricuh. Bahkan sebagian mahasiswi yang saat itu berada di GSG berhamburan keluar dan memilih pulang.
Keributan tersebut berawal saat pihak keamanan dari Resimen Mahasiswa (Rico) menegur Diki salah satu mahasiswa. Namun, Diki tidak terima dan mengejar anggota Menwa sehingga terjadi awal keributan. Tidak sampai disitu, turut juga Vino Calestial dan beberapa rekannya ikut maju dan mengejar karena tidak terima atas perlakuan pihak Menwa kepada Deki. Terlihat pembantu ketua III Hemlan Elhany dan Sutimin dari satpam sibuk meredam keributan dengan berusaha melerai mahasiswa. Kericuhan itu diperparah lagi dengan adanya pihak mahasiswa yang melempar beberapa kursi di GSG. Pihak KPUR Abu Zamroh saat itupun telihat geram dengan berusaha meredam dan mengamankan kotak suara. Dengan seiring berjalan waktu, keadaan kembali normal.
Setelah keributan, Vino tidak memperkenankan proses perhitungan suara dimulai kembali jika tidak ada mediasi dalam penyelesaian masalah dan menuntut Puket III untuk menyelesaikan masalahnya pada malam itu juga. “Kalau Puket III gak bisa menyelesaikan masalah ini, kita turunin Puket III, kita ganti malam ini juga. Kami bukan mau membubarkan ini (Pemira, red), kami minta klarifikasi Menwa terhadap kami. Kalau belum ada kejelasan dengan Menwa, jangan dilanjutkan dulu. Kalau sudah selesai baru dilanjutkan,” kata Vino dengan nada kesal.
Selanjutnya Hemlan Elhany masuk ke GSG dengan memberi penjelasan dihadapan puluhan mahasiswa dengan mengatakan, “karena kesalahpahaman, Menwa dan kawan-kawan mohon maaf dengan kejadian ini. Bapak harapkan betul setelah kejadian ini tidak terjadi lagi. Damai itu indah,” tutur Hemlan. Namun Vino saat itu menginginkan pihak Menwa yang dihadirkan untuk mengklarifikasi secara langsung dihadapan mahasiswa.
Afrizal selaku wakil komandan Menwa pun berbicara dihadapan mahasiswa bahwa pihaknya meminta maaf atas nama UKM Menwa. “Selaku Resimen Mahasiswa jika anggota saya mempunyai kesalahan, saya meminta maaf. Atas nama pimpinan Menwa saya minta maaf,” ucapnya. Begitu juga dengan salah satu anggota Menwa yang mengalami masalah juga ikut meminta maaf. “Assalamu’alaikum. Teman-teman atas kejadian tadi saya minta maaf. Saya ucapkan terimakasih,” katanya dengan nada pelan.
Setelah adanya permohonan maaf secara lisan, Vino meminta pihak Menwa membuat surat permohonan maaf secara tertulis dan selanjutnya disanggupi oleh pihak Menwa. Setelah itu akhirnya kedua belah pihak yang bertikai sepakat untuk damai lalu berjabat tangan.
Prosesi perhitungan surat suara kembali dilanjutkan sekitar pukul 24.00 dan berjalan normal hingga pukul 01.30 malam. Pada hasil akhir perhitungan suara terpilihlah beberapa nama untuk menjabat sebagai Bupati Prodi. Pada prodi PBI dari jumlah keseluruhan mahasiswa yang memilih yakni 400 mahasiswa, nomor urut 1 dengan nama Gangsar Gumelar unggul dengan 176 suara. Disusul nomor urut 2, Riki Rismanto dengan 151 suara. Selanjutnya nomor urut 4 Ganta Ratu semoga dengan 38 suara. Terakhir nomor urut 3 Dian Ahmad Saputra mendapat 22 suara. Sedangkan 13 surat suara tidak sah karena rusak.
Prodi PAI dengan jumlah keseluruhan 365 surat suara terpilih nomor urut 2 Saidina Usman dengan 251 suara, nomor urut 1 Cecep Hamzah 99 suara dan nomor urut 3 Sholeh Idris 29 suara. Sementara 6 surat suara rusak. Prodi PBA terpilih nomor urut 2 Ikhsanul Arifin dengan 128 suara, disusul nomor urut 3 Ikhsan Nur Wahid dengan 45 suara dan terakhir Ferdian Saputra di nomor urut 1 dengan 3 suara dan 1 surat suara rusak. Prodi PGMI terpilih Meilinda Anjar Sari di nomor urut 2 memperoleh 136 suara, disusul Lia Lusyana nomor urut 1 dengan 37 suara dan Deki Hasrofi nomor urut 3 mendapat 3 suara. Sementara 4 surat suara rusak.
Pada jurusan Syari’ah prodi Ahwalus Syakhsiyyah diungguli nomor urut 3 Ali Imron dengan mendapat 54 suara, sedangkan Darmawan Subakti tercantum nomor urut 2 mendapat 41 suara, dan Riki Sanjaya Alam mendapat 22 suara. Prodi Ekonomi Islam dimenangkan nomor 2 Ahmad Nursalim dengan 159 suara, sedangkan Ahmad Jazuli mendapat 129 suara. Sementara 9 surat suara rusak. Prodi Perbankan Syari’ah tepilih secara mutlak nomor 2 Lukman Hakim dengan mendapat 105 suara dan Mutmainah yang mengaku memundurkan diri juga mendapat 6 suara. Sedangkan 1 surat suara rusak. Prodi terakhir yakni Hukum Ekonomi Syari’ah terpilih Kukuh Cahyono di nomor urut 2 mendapat 27 suara, sedangkan Yoneka Saputra mendapat 19 suara. Sehingga jika dikalkulasikan dari seluruh jumlah mahasiswa yang menyampaikan hak pilihnya hanya sebanyak 1694 mahasiswa. Dari jumlah tersebut sekitar 65 persen mahasiswa memilih golongan putih (golput).[]