Protes Mahasiswa Berbuah Hasil, Wisuda UIN Jusila Tidak Jadi Mundur


Wisuda merupakan momen sakral yang menjadi puncak perjuangan panjang mahasiswa, baik di jenjang sarjana maupun pascasarjana. Lebih dari sekadar seremoni akademik, wisuda adalah titik balik dari pencari ilmu menjadi penyebar manfaat, dari ruang kelas menuju ruang pengabdian.

Seperti halnya mahasiswa di seluruh Indonesia, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Jurai Siwo Lampung (Jusila) pun menantikan momen ini. Namun, antusiasme tersebut sempat berubah menjadi kebingungan setelah pihak kampus melalui Rapat Koordinasi Panitia Wisuda Periode I Tahun Akademik 2025/2026 memutuskan untuk menunda pelaksanaan wisuda yang semula dijadwalkan 26 Agustus 2025.

Keputusan ini sempat disampaikan melalui laman resmi UIN Jusila (metrouniv.ac.id) pada Jumat, 22 Agustus 2025, dengan merekomendasikan jadwal pengganti, yakni Sabtu, 30 Agustus 2025. Namun, unggahan tersebut kini sudah dihapus setelah keputusan terbaru diambil.

Bagi mahasiswa, penundaan bukan sekadar soal mundurnya jadwal, melainkan soal penghargaan terhadap perjuangan mereka. Banyak wisudawan telah melakukan persiapan jauh-jauh hari, seperti menyewa studio foto, memesan jasa rias, membeli atau menyewa toga, hingga mengatur perjalanan keluarga dari luar kota, “Dikira booking Make Up Artist (MUA), beli tiket, booking studio foto cuma pake daun kali ya,” ungkap salah satu wisudawan dalam unggahan instagram UIN Jusila.

Sumber: uinjusila https://www.instagram.com/p/DNnjf8NBNY-/

Pihak kampus berdalih bahwa keputusan penundaan murni pertimbangan teknis dan kondisi panitia yang baru saja menyelesaikan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK), “Kalender akademik kita tanggal 26 Agustus, jadi kita balik ke situ. Hasil rapat awal memang kita ingin adakan tanggal itu (tanggal 26,. red). Namun, karena melibatkan banyak pihak, panitia kemarin mengatakan ‘kami masih lelah’ karena mengurus PBAK yang belum selesai. Banyak yang minta bagaimana kalau mundur,” jelas Wakil Rektor I, Dedi Irwansyah, saat diwawancarai diruang kerjanya, Sabtu (23/8).

Menurutnya, rapat sebelumnya memutuskan tanggal 30 Agustus agar panitia memiliki jeda setelah PBAK, “Ibarat melihat pertunjukan musik tiga jam, yang kita lihat hanya tiga jamnya, padahal persiapannya bisa tiga minggu. Jadi kami pikir manusiawi kalau lelah. Maka kami mundurkan tanggal 30. Namun, pasca itu, kami mendapat masukan terutama dari mahasiswa yang katanya sudah booking (make up, foto, dan sebagainya,. red),” ujarnya.

Dedi menegaskan bahwa perubahan ini bukan karena keributan, melainkan proses yang normal, “Itu bukan keributan menurut saya, itu hal yang normal. Sebagai akademisi, ada teori dialektika. Kami anggap hasil rapat kami adalah tesis yaitu tanggal 30. Mahasiswa hadir dengan antitesis ’jangan tanggal 30, tetap tanggal 26’. Setelah rapat ketemulah sintesis, yakni tanggal 26,” jelasnya.

Meski wisuda kembali ke jadwal semula, terdapat konsekuensi yang harus dihadapi oleh panitia, “Tadinya kalau di tanggal 30, masih ada waktu menarik napas. Tapi sekarang semua dipercepat. Pagi ini kami beri waktu cooling down dulu, nanti jam 13.00 rapat koordinasi. Karena wisuda ini rutin, kita optimalkan semua,” terangnya.

Ia menambahkan bahwa kendala utama adalah waktu, “Kami ingin wisuda ini lancar dan nyaman karena yang hadir bukan hanya mahasiswa, tetapi juga keluarga. Kalau kemarin ada kendala teknis seperti AC Gedung Academic Center (GAC) panas, itu hal di luar kendali. Ada tupai yang masuk saat kita periksa. Masa mau nyalahin tupai? Dan babak terakhir kita undur tanggal 30 agar AC itu nyala,” katanya.

Meski demikian, Dedi berharap semua berjalan lancar, “Saya nggak bisa janji jika ini tidak terulang lagi, karena kalau tidak terulang, tidak ada pelajaran yang dipetik. Kami tidak menganggap ini sebagai huru-hara. Yang penting, solusinya sudah ada yaitu wisuda tetap tanggal 26, meskipun konsekuensinya teman-teman panitia harus menunda liburnya,” tutupnya.

(Reporter/Aena/Meli)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *