38°C
26 April 2024
Uncategorized

Raih Prestasi, Raih Kesuksesan

  • Oktober 22, 2010
  • 7 min read
  • 25 Views
Raih Prestasi, Raih Kesuksesan

Setia Furqon Khaliq

Nara sumber: Setia Furqon Khaliq

Oleh: Rosyadi Ahmad

“Wawancara ini merupakan wawancara ekslusif dengan seorang mahasiswa yang sukses di segala bidang. Ia merupakan seorang Trainer termuda se-Asia. Sehingga dapat menjadi acuan dan motivasi untuk mahasiswa. Wawancara ini dilakukan melalui via telephon, yang saat itu Setia Furqon sedang berada di Aceh untuk mengisi Training.”
Apa kiat untuk mendapatkan prestasi, dari sekolah SD sampai Perguruan tinggi?
Ketika masih muda kita akan dimintai pertanggung jawaban oleh yang menciptakan. Yang pertama, masa muda kita digunakan untuk apa? Kedua, waktu yang diberikan untuk apa? Ketiga, harta yang didapatkan digunakan untuk apa? Waktu muda harus digunakan untuk berkarya sebanyak-banyaknya, agar mendapatkan prestasi. Prestasi yang baik di hadapan manusia dan Allah.
Tips-tips untuk menjadi sukses, kita harus mengetahui dan memahami arti kesuksesan itu. Selain itu, kita pun harus paham dengan siapa yang membuat prestasi dan yang menciptakan kesuksesan untuk kita. Dan yang terpenting, semua prestasi dan kesuksesan kita itu harus dipersembahkan kepada Allah. Prinsip saya adalah “Intansurulloh yansurkum wayutsabbit aqdaamakum”. Tolonglah agama Allah, niscaya engkau akan ditolong oleh Allah ketika engkau berada dalam kesulitan.
Apa dorongan dari orang tua?
Berkat doa orang tua saya menjadi begini. Jangan pernah melihat, bahwa kesuksesan yang saya dapatkan ini hanya berasal dari saya, tapi lebih pada dukungan orang tua yang selalu mendoakan saya. Dan saya menjadikan doa restu orang tua sebagai kunci kedua dalam kesuksesan yang saya dapatkan ini. Karena memang mereka telah banyak menginspirasi saya. Prinsipnya ialah Ridho Allah terletak pada Ridho orang tua. Murkanya Allah terletak pada murkanya orang tua.
Sejak kapan termotivasi untuk aktif di organisasi?
Sejak SMP saya menjadi ketua osis, kelas 3 SMP saya sudah aktif di forum jurnalistik (Mading, Koran). Dan dari sanalah jiwa leadership saya terbentuk. Kehidupan di organisasi memang saya senangi. Kelas 2 SMA saya menjadi ketua DKM atau Rohis. Selain sibuk kuliah, waktu itu aktif pula di LDK, Rohis, Jaringan FSLDK (Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus) Nasional, BEM, Sekolah Trainer sejak dari kelas 3 SMA, dan Fasilitator Training Darul tauhid. Karena, Motivasi organisasi adalah Universitas kehidupan. Sayang sekali kalau mahasiswa tidak berorganisasi. Karena dengan berorganisasi kita akan mengenal banyak orang dan dikenal banyak orang. Ketika kita lulus kuliah pun, kita akan menemui banyak orang, yaitu masyarakat. Dan di situ, bukan IPK kita yang dibutuhkan, tetapi lebih kepada skill, karena itu yang terpenting. Bisa berhubungan dengan orang, bisa kerjasama, bisa bermanfaat bagi orang. Jika mengandalkan kuliah, tanpa ada perbekalan di Universitas kehidupan kita tidak akan pernah dapat memaknai hidup dengan kebersamaan.
Bagaimana mempertahankan prestasi, meski sibuk organisasi?
Hukum keseimbangan. Itu yang terpenting. Saya sedang berada di Banda aceh, ketika melihat laut, teringat pada tahun 2006 lalu, yang terjadi tsunami. Dan ini telah menginspirasi saya, bahwa jikalau terdapat ketidakseimbangan, maka akan terjadi sebuah kehancuran. Dan sebaliknya, jika seimbang maka tidak akan terjadi hancur. Misalnya, kita sebagai manusia pun harus seimbang. Pertama, akal kita harus mendapatkan asupan, spiritual kita harus mendapatkan pula, dan tidak lupa fisik kita yang telah dikaruniai oleh Pencipta. Untuk seorang mahasiswa, organisasi dan prestasi kuliah pun harus seimbang. Bisa membagi waktu dengan baik dan harus paham bagaimana mengefisiensi waktu dalam hidup. Prinsipnya, “faidza faroghtafanshob, waila robbika farghob,” (An-Insyiroh: 7-8). Yaitu memiliki kunci khusuk atau fokus. “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan, red), tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain, red). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. Jika kita sedang mendirikan sholat, maka khusuklah. Ketika sudah selesai sholat, maka khusuklah untuk beraktifitas yang lain. Ketika kuliah, fokus atau khusuk dengan kuliah. Ketika berorganisasi fokuslah dengan organisasi. Ketika sedang bisnis, fokuslah untuk bisnis. Inilah yang dinamakan prosesional.
Sebenarnya apa yang membuat anda tertarik dengan menulis?
Kebetulan, awalnya saya Senang berbicara. Sehingga saya banyak mengisi training. Dan ketika training, saya mendapat inspirasi untuk membuat buku. “Dengan buku, fikiran kita tetap hidup di masyarakat, walaupun saya sudah tiada”. Setelah itu, ada teman yang juga seorang trainer menantang untuk membuat buku. Kemudian saya membuatnya, dalam jangka waktu 1 bulan selesai. Setelah itu, saya sangat senang dengan keterpaksaan membuat buku itu. Hingga sekarang telah terbit 2 buku. Buku itu dengan judul “Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses,” dan “Jangan Jatuh Cinta, Tapi Bangun Cinta,”. Keuntungan dari oplah penjual buku itu, saya gunakan untuk mendirikan penerbit buku sendiri. Sebagai sarana untuk pengembangan mahasiswa se-Indonesia yang memiliki potensi menulis.
Sejak kapan mengenal dunia trainer, hingga sekarang menjadi profesinya?
Dari SMA kelas 3 sudah aktif di sekolah trainer. Dan dari training-training yang telah saya lakukan sampai sekarang. Telah banyak memberikan inspirasi dan wawasan baru untuk saya. Bahwa, dunia ini begitu banyak warna. Dan saya sangat menikmatinya. Sampai hari ini, saya memiliki jadwal penuh untuk mengisi training di banyak wilayah di Indonesia. Sehingga perginya saya kesana-kemari, dari suatu daerah ke daerah lain itu bukan semata-mata sebagai sarana jalan-jalan. Tapi sebagai tempat berbagi inspirasi dengan orang-orang.
Bagaimana bisa mengatur waktu hinggga bisa sukses di segala bidang?
Hasil yang diperoleh dari penerbitan buku pertama lalu adalah Rp.120.000.000,-. Dan hasil itu, saya gunakan untuk mendirikan sebuah warnet dengan modal Rp.60.000.000,- (yang tempatnya, tepat di depan rumah). Kenapa saya mendirikan warnet? Karena saya berprinsip “Jangan pernah mengharap kesuksesan di awal (misal: beli HP yang menghabiskan uang kita, tanpa ada sifat investasi di dalamnya)”. Oleh karena itu, uang yang ada digulirkan untuk mendapatkan keuntungan yang lain. Dan juga usaha kita harus banyak, bukan hanya satu. Karena jika satu usaha kita mengalami kebangkrutan, usaha yang lain akan dapat menutupinya. Dan yang terpenting adalah, tujuannya. Yaitu usaha yang dikembangkan harus bermanfaat untuk orang banyak.
Apa alasan mendirikan STC, rumah karya, dan warnet?
Sejak SMA lah jiwa enterpreneur saya terbentuk. Pertama, dulu saya berjualan minyak tanah, karena memang umi/ibu saya menjual minyak tanah. Dan saya berusaha membantunya. Dari situ saya mendapat inspirasi untuk mendapat kesuksesan enterpreneur yang lebih besar lagi.
Berapa Omset dari usaha-usaha yang telah dibangun?
Akumulasi perbulannya berkisar Rp.15.000.000 sampai Rp.30.000.000. Rinciannya, STC fuktuatif (naik turun, red). Penjualan buku berkisar Rp.15.000.000,-. Dan Warnet berkisar Rp.3.000.000 sampai Rp. 4.000.000.
Keuntungan itu, dialokasikan kemana saja?
Pertama Saving (ditabung), kedua digulirkan lagi (investasi), ketiga digunakan untuk konsumtif (kebutuhan sehari-hari). Saving ini bertujuan sebagai uang untuk berjaga-jaga. Kalau uang yang didapat digunakan untuk modal semua, jika terjadi masalah dengan usaha kita, kita tidak akan ada uang untuk menutupnya.
Kenapa kok judul buku pertama jangan kuliah kalau nggak sukses? Inspirasinya dari mana?
Dari diri sendiri. Sering saya melihat yang suksesnya hanya di satu bagian saja. Saya menginspirasikan pembaca untuk dapat sukses di segala bidangnya. Yaitu dengan setia yang oke semuanya.
Sekarang saya ada diaceh 10 hari. Untuk roadshow dan training. Dan setelah ini saya akan ada jadwal training di berbagai tempat lagi. Apa yang saya lakukan ini adalah untuk dakwah, untuk Allah. Karena, ini adalah salah satu bukti bahwa saya telah melaksanakan tanggung jawab saya di hadapan Allah. Sebagai seorang yang berusaha agar berguna bagi orang lain.
Dengan kesibukan mengisi training disegala tempat, kuliahnya gimana?
Alhamdulillah, sampai saat ini, civitas akademika melihat saya bukan dari sisi mahasiswa, tapi dari sisi trainer. Dan saya sangat menyukai itu. Dan sangat banyak dukungan dari Rektorat dan jurusan. Hingga IPK saya mencapai 3,5. Dan setelah pulang dari training di daerah-daerah, saya akan segera menyelesaikan skripsi saya.
Ada pesan untuk orang-orang yang ada di seluruh Indonesia?
Jangan pernah menyerah, jangan pernah menjadi orang yang hanya membaca sejarah orang-orang sukses. Tapi, buatlah sejarah kesusksesan itu. Yang dilakukan hari ini, adalah untuk lima tahun ke depan. Jika melihat Furqon yang sekarang, lihat dan bandingkanlah dengan lima tahun furqon yang lalu.
Sukses untuk semua!
Engkau adalah ummat yang terbaik yang diciptakan oleh Allah!
Maka, berikanlah yang terbaik untuk dirimu, keluargamu, masyarakat dan Allah SWT.
Bagikan ini:
Baca Juga:  Kunjungan Bidikmisi ke Monumen Gumul
About Author

Redaksi Kronika

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *