Hallo Pembaca Setia Kronika!
Di era digital ini, Internet bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, informasi kesehatan mudah diakses. Di sisi lain, Self-Diagnosis atau mendiagnosis diri sendiri tanpa bantuan dokter menjadi tren yang berbahaya. Meskipun terkesan praktis, Self-Diagnosis justru berpotensi membahayakan kesehatan dan mental. Berikut beberapa alasannya:
Pada era zaman yang canggih ini banyak didominasi oleh generasi z atau biasanya dikenal oleh sebutan generasi menunduk, hal yang menyebabkannya yakni karena generasi tersebut tidak lepas dari layar smartphone. Generasi z yang selalu terpaku dengan internet bahkan terkadang mengabaikan lingkungan di sekitarnya, sehingga tidak banyak anak muda yang terkena ganguan mental sejak muda.
Self-Diagnosis adalah kecenderungan seseorang untuk mendiagnosis dirinya sendiri dengan gangguan mental berdasarkan informasi yang diperoleh dari internet. Hal ini bisa berbahaya karena bisa menghasilkan diagnosis yang tidak akurat dan berakibat fatal.
Self-Diagnosis memiliki dampak yang amat bahaya yakni ketika seseorang mengasumsi dirinya sendiri dengan berlandaskan beberapa informasi yang ia miliki sendiri. Selain itu bahaya dari Self Diagnosis yaitu informasinya tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara medis atau biasa disebut tidak evidence-based mediancine.
Self -Diagnosis, atau mendiagnosis diri sendiri, bisa membawa dampak negatif terhadap kesehatan mental. Salah satu dampaknya adalah peningkatan rasa cemas dan khawatir yang berlebihan. Hal ini terjadi karena seseorang yang melakukan Self-Diagnosis biasanya mencari informasi di internet atau media sosial, yang mana informasi tersebut belum tentu akurat dan terpercaya.
Sebagai contoh, ketika seseorang mengalami sakit kepala dan kelelahan, lalu mencari informasi di internet, ia mungkin menemukan bahwa gejala tersebut bisa jadi merupakan tanda penyakit berat seperti kanker. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan dan stres yang berlebihan, bahkan hingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan memicu gangguan mental.
Ada juga faktor yang melandasi seseorang melakukan Self-Diagnosis yaitu alasan orang melakukan maraknya informasi yang tidak akurat yang tersebar di media sosial, rasa ingin tahu kita rehadap yang kita alami ingin lebih cepat terpenuhi, adakala diwaktu tertentu seseorang takut berkonsultasi ke tenaga professional karena alasan stigma hingga biaya, dan juga seseorang yang merintisme kesehatan jiwa yang sekarang sedang tren dikalangan gen z.
Terdapat beberapa cara serta tips mencegah Self -Diagnosis :
1) Tidak melakukan tes Kesehatan jiwa dari sumber-sumber yang mungkin tidak akurat, kunjungi situs terpercaya seperti www.pdskji.org saat anda ingin melakukan periksa kesehatan mental secara online.
2) Kurangi melakukan Self -Diagnosis melalui media seperti, Tiktok, Instagram, Youtube, dan lain sebagainya.
3) Tidak mempertimbangkan serta membandingkan gejala dengan orang lain.
4) Lakukan konsultasi kepada dokter professional yang menangani kesehatan psikologis jika mengalami gejala ganguan mental.
Nah, Pembaca Setia Kronika, penting untuk diingat bahwa Self-Diagnosis tidak selalu akurat dan tidak bisa menggantikan diagnosis medis profesional. Jika Pembaca Setia Kronika memiliki kekhawatiran tentang kesehatan , segera temui dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Sumber :
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1436/bahaya-melakukan-self-diagnosis-gangguan-jiwa
https://www.halodoc.com/artikel/bahaya-self-diagnosis-yang-berpengaruh-pada-kesehatan-mental
https://www.biofarma.co.id/id/announcement/detail/dampak-selfdiagnose-terhadap-kesehatan-mental
(Penulis: Aina)
(Ilustrator: Adisti)