Kronika

Mahasiswa Opini

SUKSES MENJADI MAHASISWA, MENJADI SARJANA SUKSES

  • Oktober 22, 2010
  • 5 min read
  • 89 Views
SUKSES MENJADI MAHASISWA, MENJADI SARJANA SUKSES
Oleh: Imam Mustofa
(Achievement Motivation Trainer)
Manusia diciptakan Allah swt. Dengan potensi yang cukup untuk mensejahterakan hidupnya dan bahkan masyarakat yang ada di sekitarnya. Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya The Road to Allah, manusia mempunyai sejuta potensi yang dapat menjadikan dirinya lebih mulia dari Malaikat dan dapat pula menjadikan dirinya lebih hina dari iblis. Semua itu tergantung bagaimana ia menemukan dan mengolah potensi yang ada di dalam dirinya. Manusia ditantang untuk menggali, menemukan, mengembangkan, mengoptimalkan serta memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirinya, agar ia tidak tersingkir dari pelataran persaingan karir dan popularitas dan akhirnya tergerus perputaran roda zaman.

Manusia diciptakan dengan kelebihan dan kelemahan yang ada di dalam dirinya. Dengan adanya kelemahan tersebut manusia dituntut menemukan kelebihan dan memaksimalkannya agar dapat menutupi kelemahan tersebut. Bukan malah sebaliknya, meratapi kelemahan dan terpuruk di dalamnya yang akhirnya menutupi berbagai kelebihan yang ia punyai. Orang-orang sukses di dunia ini bukan berarti tidak memiliki kelemahan, akan tetapi mereka mampu mengatur kelemahan tersebut dan menutupinya dengan kelebihan yang mereka miliki.
Manusia lahir diberi berbagai potensi peranti lunak berupa potensi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasan sosial dan potensi skill atau keterampilan. Semua potensi tersebut harus digali dan dikembangkan serta dimanfaatkan. Jangan malah didiamkan. Karena diam atau mendiamkan potensi yang ada dalam diri adalah sebuah penghianatan dan kufur atas nikmat yang tak ternilai harganya tersebut.
Mahasiswa adalah sosok yang mengaku sebagai kalangan intelektual dan agent of social change seharusnya mampu menggali, menemukan dan mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Usia remaja dan masa-masa belajar merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut untuk menunjang kesuksesan, baik ketika masih menjadi mahasiswa, lebih-lebih untuk membangun singgasana kesuksesan di masa mendatang. Jangan sampai ketika mahasiswa hanya mengandalkan pelajaran yang didapat di dalam kelas. Karena apa yang didapat di dalam kelas tidak cukup untuk memenuhi nutrisi intelektual, emosional, dan spiritual yang seharusnya. Menjadi mahasiswa harus kreatif mengembangkan potensi dan skill tambahan di luar kelas.
Realitas menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia dari kalangan sarjana lebih dari 1,5 juta sarjana. Melihat jumlah tersebut janganlah anda menambahnya. Jangan sampai menjadi kalangan intelektual pengangguran atau pengangguran intelektual atau bahkan intektual tidak, pengangguran iya. Atau dengan kata lain nilai akademik rendah, menjadi pengangguran pula.
Apa yang harus dilakukan?
Menghadapi persaingan dunia kerja dan karir di masa mendatang, ada beberapa langkah alternatif dan antisipatif yang dapat dilakukan oleh mahasiswa. Langkah-langkah tersebut antara lain: Pertama, meningkatkan prestasi akademik. Masa menjadi mahasiswa adalah masa untuk mengembangkan prestasi akademik. Nilai akademik selalu menjadi ukuran utama kecerdasan dan tingkat intelektualitas seorang mahasiswa. Dalam hal ini ukuran formal akan dilihat dari indeks prestasi yang di dapat, baik setiap semester maupun indeks prestasi komulatif. Meskipun harus diakui bahwa nilai tidak selalu menunjukkan substansi kecerdasan dan intelektualitas seseorang.
Banyak cara untuk meningkatkan prestasi akademik dan tingkat kecerdasan intelektual mahasiswa. Cara yang selama ini paling efektif adalah membaca dan berdiskusi. Dengan membaca, maka seorang mahasiswa akan banyak mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak ia ketahui. Seorang mahasiswa idealnya menyisihkan waktu untuk membaca minimal 2 jam setiap hari semalam. Selain membaca, hal yang harus dilakukan oleh seorang mahasiswa dalam rangka meningkatkan kemampuan intelektualnya adalah dengan beridskusi. Diskusi ini bisa saja terkait dengan masalah yang ia temukan dari hasil membaca atau masalah lain. Berdiskusi bisa dengan sesama mahasiswa, dengan dosen atau dengan siapa pun selama bisa menjadi partner untuk sharing intelektual. Kalau ini ia lakukan setiap hari maka secara otomatis kemampuan intelektual dan prestasi akademiknya akan meningkat.
Kedua, membekali diri dengan skill, baik soft skill maupun hard skill. Ha ini dapat dilakukan dengan mencari kursus tambahan dalam rangka mengembangkan keterampilan atau skill. Skill tambahan ini bisa berupa kemampuan mengoperasikan komputer, kemampuan berbahasa asing, khususnya bahasa inggris, kemampuan beretorika atau public speaking, keterampilan seni dan keterampilan lainnya. Dengan tambahan keterampilan ini mahasiswa setidaknya tidak akan gagap ketika terjun di masyarakat dan akan menjadi tambahan bekal bagi keilmuan dasarnya dalam rangka membangun masa depan yang lebih baik dan lebih cerah. Karena perkembangan dunia kerja tidak bisa hanya dihadapi dengan keilmuan dasar yang dimiliki mahasiswa sesuai dengan kompetensi masing-masing.
Ketiga, mengembangkan jiwa entrepreneurship. Diakui atau tidak bahawa menuntut ilmu di perguruan tinggi lebih berorientasi pada dunia kerja. Padahal tidak semua produk perguruan tinggi dapat terserap dunia kerja secara signifikan. Alternatif yang paling tepat adalah menjadi entrepreneur. Dunia entrepreneurship adalah dunia pengalaman dan dunia untuk berusaha dan mencoba. Oleh karena itu, alangkah baiknya ketika masih menjadi mahasiswa juga belajar ber-entrepreneur.
Keempat, Membangun link atau relasi. Salah satu ajang dan sarana untuk mengembangkan untuk membangun dan mengembangkan jaringan link atau relasi adalah melalui kegiatan atau organisasi di kampus. Dengan adanya komunikasi dan interaksi antar mahasiswa setidaknya mahasiswa mampu mengembangkan komunikasi personal dan komunikasi organisasi. Di sinilah mahasiswa mendapatkan kesempatan bagaimana menjalin komunikasi dan pendekatan dengan masyarakat. Menjalin relasi sosial dengan berbagai elemen intra kampus, antarkampus dan terlebih dengan masyarakat. Disinilah tempat untuk mengembangkan relasi publik (public relation) dan kecerdasan sosial.
Kelima, doa. Bagaimana pun usaha yang kita lakukan dan apa pun hal yang kita usahakan dan sampai berpa pun pikiran dan energi serta waktu yang kita korbankan dalam berusaha, toh penentu terakhir adalah Allah swt. Oleh karena itu semua usaha di atas harus dibarengi dengan lobi kepada dzat penentu, yaitu dengan banyak beribadah dan berdoa kepada Allah swt. Di sinilah seseorang dituntut untuk mengembangkan kecerdasan spiritualnya, karena dengan kecerdasan spiritual maka ia akan mampu menghayati sebuah amal Ibadan dan doa yang ia panjatkan demi menggapai apa yang ia inginkan dan cita-citakan.
Lima langkah yang penulis paparkan di atas hanya sekedar alternatif untuk menjadi seorang mahasiswa yang sukses menuju sarjana sukses. Baik sukses akademik, karir maupun sukses di dunia kerja. Penulis yakin masih banyak alternatif lain yang dapat ditempuh dan dikembangkan dalam rangka menuju kesuksesan, menuju masa depan yang lebih cerah dan menjanjikan. Yang jelas, impian dan harapan serta cita-cita membutuhkan kerja keras, pengorbanan dan keberanian. Kegagalan adalah ketika kita diam, tidak pernah mencoba dan tidak mau mendayagunakan potensi yang kita miliki untuk menggapai kesuksesan di masa mendatang.
Bagikan ini:
Baca Juga:  Pembagian Subsidi Kuota Internet Akan Dibagikan Menjadi Dua Kloter
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *