Tetap Bersama Keluarga Meski Harus Bekerja
Laporan Surya
Lelaki berpawakan kurus menggowes becaknya dengan sekuat tenaga di Jalan Ki Hajar Dewantara 15 A, Iring Mulyo, Kamis (23/1). Di dalam becak yang dikendarainya, terdapat istri dan kedua anaknya dan juga barang-barang yang terbungkus karung. Barang tersebut berupa barang-barang bekas berupa plastik bekas, kardus dan barang bekas lainnya yang biasa disebut rongsokan. Barang-barang tersebut ia dapat dan kumpulkan di sekitar jaln-jalan yang ia lewati.
Dedi Supriyanto, nama lelaki tersebut. Lelaki asli Metro, yang kini tinggal di 39 Lampung Timur, dalam kesehariannya bekerja sebagai pengumpul barang rongsok dan juga tukang becak. Demi menafkahi anaknya, ia setiap hari melakoni pekerjaannya tanpa memperduliakan letih yang dirasanya.
Dedi Supriyanto bersama isteri dan kedua anaknya yang masih balita, mulai melakukan aktifitasnya sehari-hari sejak subuh. Tak jarang ia berangkat sejak dini hari dengan mengajak kedua anaknya. “Kadang berangkat jam 2 malam. Itu aja sudah rebutan dengan yang lain”, ujarnya.
Dalam satu hari, terkadang Dedi menjual dua kali barang rongsok yang dikumpulkannya. Ia mengaku, pendapatan perharinya berkisar Rp.60 ribu – Rp.100 ribu. “Lumayan mas kerja gini, dari pada nyolong, bisa buat beli jajan anak-anak”, jelasnya.
Becak adalah kendaraan yang ia pilih untuk membawa barang rongsokannya karena becak yang
Dedi gunakan, dipakainya juga untuk jasa pengangkutan. Biasanya ia mangkal di simpang kampus, Kota Metro. Sebelumnya, Dedi mencari nafkah dengan bekerja secara serabutan, sampai akhirnya ia memilih melakoni pekerjaan ini.
Dedi memilih membawa kedua anaknya yang masih berusia 1,5 tahun dan 3 tahun ketika mencari nafkah, lantaran ia tak tega meninggalkan anaknya di rumah. “Biasanya kalau di tinggal malah nangis mas di rumah”, ujarnya.
Hari yang semakin sore, hingga lampu yang mulai menyalakan sinarnya terlihat mulai terang, dedi dan isteri beserta kedua anaknya beranjak pulang, setelah beberapa saat mencari barang rongsok di taman Ki Hajar Dewantara. Namun ini lain dari biasanya, sering kali Dedi beserta keluarga kecilnya pulang sampai malam. “Biasanya sering pulang itu sampai isya baru sampai rumah”, tuturnya diakhir pembicaraan.[]