Kronika

Artikel Health Info

Tidak Semua Sayur Itu Sehat Jika Digoreng

  • Agustus 12, 2023
  • 3 min read
  • 204 Views
Tidak Semua Sayur Itu Sehat Jika Digoreng

Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, dan gizi bagi tubuh. Sayuran juga dapat meningkatkan imun tubuh dan masih banyak lagi tentunya. Banyak sekali cara penyajian sayuran untuk dikonsumsi, mulai dari dibuat salad, direbus (kuluban, red.), ataupun digoreng.

 

Belakangan ini sayuran yang digoreng banyak digemari, seperti kol yang biasanya sering dijumpai bersamaan dengan ayam geprek sebagai lalapan. Meskipun sayuran digoreng memiliki rasa yang enak, proses penggorengannya dapat mengurangi kandungan nutrisi yang ada di dalam sayuran.

 

Menurut Dr. dr. Tan Shot Yen, Ahli Gizi Komunitas, menggoreng sayuran dapat menghasilkan zat berbahaya yang disebut akrilamid. Akrilamid adalah zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, menggoreng sayuran juga dapat menghasilkan zat berbahaya lainnya yang memicu risiko penyakit jantung, hipertensi, dan stroke, disebut Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH).

 

Akan tetapi tidak semua sayur berbahaya bagi tubuh jika digoreng, berikut sayur yang sebaiknya diolah dengan tidak digoreng:
  1. Kol/kubis

Kol atau biasa orang menyebutnya dengan kubis. Sayur yang sering dijumpai di makanan-makanan siap saji seperti ayam geprek, pecel lele, dan lainnya yang sudah diterangkan sebelumnya. Ternyata di dalam sayur kol mengandung senyawa Amina Heterosiklik. Selain itu kol yang digoreng juga dapat menyebabkan obesitas jika dikonsumsi terus menerus. Sebaiknya kol diolah dengan cara lain seperti dibuat sup ataupun somai.

 

Baca juga: Pengaruh Mi Instan Bagi Kesehatan Anak Kos – Kronika

 

  1. Terong

Terong merupakan makanan yang sudah tidak asing dikalangan ibu rumah tangga. Tentunya sambel penyet terong menjadi menu favorit olahan terong, akan tetapi terong yang digoreng sebenarnya dapat membuat lemak yang terkandung dalam minyak jadi melekat pada terong. Hal ini dapat mengakibat hipertensi serta kardiovaskular karena menghambat aliran darah.

  1. Brokoli
Baca Juga:  Gandeng Donatur Saudi Arabia, Masjid Ummul Mu'minin :Targetkan Tiga Bulan Pengerjaan

Manfaat dari mengonsumsi brokoli sangat banyak salah satunya dapat mencegah kanker. Namun, ternyata jika pengolahan brokoli dengan cara digoreng bisa menjadi sumber penyakit, brokoli yang digoreng akan membentuk senyawa berbahaya yang disebut aldehida dan senyawa radikal bebas. Di mana senyawa ini dapat menyebabkan kerusakan sel yang memicu peradangan dalam tubuh dan juga meningkatkan risiko penyakit kanker. Padahal jika pengolahannya benar dapat mencegah, akan tetapi karena pengolahannya yang salah justru dapat menimbulkan penyakit kanker.

 

Baca juga: Gemar Minuman Bersoda? Ketahui Dampaknya Bagi Kesehatan – Kronika

 

Itu tadi beberapa bahaya sayur yang digoreng, setelah pembaca mengetahui resiko dari mengonsumsi sayur yang digoreng, penulis berharap  pembaca dapat mengolah sayuran tersebut dengan cara lain, dengan tetap melihat nilai gizi dan manfaat yang terkandung di dalamnya.

 

(Penulis/Bela)

 

https://jogja.genpi.co/gaya-hidup/2438/makan-kol-goreng-bahaya-kesehatan-mengintai#:~:text=Di%20balik%20kelezatannya%2C%20kol%20goreng%20mempunyai%20potensi%20membahayakan,45%20kalori.%20…%202%202.%20Merusak%20kandungan%20nutrisinya

https://www.kompas.com/tren/read/2023/02/04/160000765/6-jenis-makanan-yang-dapat-meningkatkan-risiko-kanker-apa-saja-#:~:text=Menurut%20sebuah%20studi%20tahun%202020%2C%20akrilamida%20merusak%20DNA,dan%20peradangan%2C%20yang%20selanjutnya%20meningkatkan%20risiko%20kanker%20Anda.

https://bangsaonline.com/berita/119393/simak-3-sayuran-yang-sebaiknya-tidak-digoreng#:~:text=Kol%20Sumber%20foto%3A%20Ist%20Kol%20yang%20digoreng%20mengandung,dan%20senyawa%20radikal%20bebas%20yang%20berbahaya%20bagi%20tubuh.

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *