Kegigihan dan perjuangan yang tak terhingga, sosok wanita yang memiliki tangan halus, senantiasa memberikan cintanya disetiap detik. Ialah ibu, sosok pahlawan dalam hidup. Karenanya, tak salah terdapat peringatan hari Ibu Nasional yang jatuh pada 22 Desember. Hari yang memiliki makna istimewa, bagi para ibu di seluruh Indonesia.
Namun, momen spesial itu tak pernah dirasakan oleh wanita paruh baya yang berumur 47 tahun, Tumi Lestari, warga 38 b Banjarejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur ini kesehariannya bekerja sebagai pemulung sampah di kota Metro. Bahkan ucapan selamat hari ibu pun, tak pernah ia dengar.
Raut wajahnya yang polos, dibasahi oleh keringat akibat terik matahari yang seantiasa menemani sepanjang jalan. Hampir 8 tahun sudah Tumi menggeluti profesi ini. Jelas sudah, banyak pengalaman yang ia telan. Dibenaknya, hanya terfokus pada pekerjaan, untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Berbekal kendaraan roda dua dengan sepasang pengayuh, Tumi memilih profesi ini. Karena ia merasa harus ikut membantu sang suami, untuk menyekolahkan anaknya yang meneruskan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB), “Meskipun sudah mendapat beasiswa, tetapi rasanya hal itu tidak cukup,” ujarnya.
Namun, dengan semangatnya. Ia mampu meluluskan sang anak menjadi sarjana, Tumi memiliki 4 anak yang masih harus ia tanggung.
Terkadang, Tumi lah yang menjadi tulang punggung ketika sang suami tak mendapat uang. Walaupun hasilnya tak seberapa, tetapi ia tetap mensyukurinya. Karena hingga kini, hasil jerih payahnya mampu mencukupi kebutuhan.
Tumi memang bukan satu-satunya orang bernasib menjadi pemulung sampah. Karena ia tak memiliki keahlian lain, layaknya wanita karier. Tumi merupakan contoh ibu yang memiliki peran begitu besar, karena pengorbanan dan kasih sayang ibu takkan tergantikan sepanjang masa.
(Reporter/Rizal)
1 Comment
Luar biasa perjuangannya