38°C
22 April 2024
Artikel

Bahaya Tidur Setelah Sahur

  • Mei 30, 2018
  • 4 min read
  • 29 Views
Bahaya Tidur Setelah Sahur

Menjalankan puasa Ramadhan adalah kewajiban bagi umat Islam, sebelum puasa kita dianjurkan untuk sahur agar dapat menahan lapar dan haus sampai adzan maghrib, selain itu sahur merupakan sunnahnya puasa. Karna harus bangun pagi-pagi untuk sahur, biasanya orang langsung kembali tidur karena kantuk yang sangat berat, apalagi kita harus beraktivitas pada pagi hari.

Padahal betapa bahayanya kebiasaan ini. Langsung tidur setalah makan akan berdampak negatif pada kesehatan tubuh dalam jangka panjang. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif, seorang yang tidur setelah makan sahur.

1.Lemak Tubuh Menimbun

Sebuah penelitian melaporkan bahwa kebiasaan langsung tidur setelah makan sahur yang dilakukan orang-orang keturunan keluarga gemuk dapat meningkatkan risiko kegemukan (obesitas) hingga dua kali lipat. Hal ini disebabkan karena makanan yang masuk dalam perut tidak langsung dicerna oleh lambung ketika anda terlelap. Kalori dari makanan tersebut justru akan disimpan dalam bentuk lemak. Terlebih jika makanan sahur anda tinggi akan karbohidrat, lemak, dan termasuk makanan yang digoreng. Jeremy Barnes, Profesor dari Southeast Missouri State University, menjelaskan selama kita tidur, otak justru merangsang lambung untuk meningkatkan kadar hormon grelin yang membuat kita merasa lebih lapar ketika bangun.

2. Asam Lambung Naik (heartburn)

Anda yang punya sakit maag ada baiknya hindari kebiasaan tidur setelah makan sahur. Tidur setelah makan membuat sistem pencernaan anda kesulitan mencerna makanan. Hal ini akan menyebabkan masalah pada sistem pencernaan anda, salah satunya adalah asam lambung naik. Apabila makanan tidak tercerna dengan baik, lambung akan secara otomatis meningkatkan produksi asam lambung untuk mempercepat prosesnya. Ketika anda tidur, gaya gravitasi akan melonggarkan klep lambung sehingga menyebabkan asam lambung dalam perut mengalir balik ke kerongkongan.

Baca Juga:  Festival Media 2019 Jadi Ajang Literasi di Era Disrupsi

Asam lambung bisa mengikis lapisan dinding kerongkongan dan menyebabkan luka di kerongkongan. Kemungkinan bisa menyebabkan perut mulas, nyeri ulu hati, dan sensasi panas dan perih seperti terbakar pada dada hingga tenggorokan.

3. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau Refluks Asam Lambung

Ketika jumlah asam lambung yang dihasilkan terlalu banyak dan terjadi terus-terusan, masalah asam lambung naik (heartburn) bisa berkembang menjadi gastroesophageal reflux disease (GERD) atau refluks asam lambung.

GERD merupakan kelanjutan dari asam lambung yang naik. GERD akan sering terjadi setidaknya lebih dari dua kali per minggu. GERD terjadi karena klep pemisah antara lambung dan tenggorokan tidak menutup sempurna, sehingga memungkinkan asam lambung mengalir balik hingga ke kerongkongan.

Asam lambung dapat melukai tenggorokan, juga menyebabkan berbagai gejala lainnya seperti :

  1. Panas seperti terbakar di ulu hati.
  2. Makanan terasa naik ke kerongkongan,
  3. Asam pada bagian belakang mulut,
  4. Mulut pahit,
  5. Mual,
  6. Muntah,
  7. Perut kembung,
  8. Kesulitan menelan,
  9. Sendawa,
  10. Batuk,
  11. Suara serak,
  12. Mengi,
  13. Nyeri dada, terutama saat berbaring.

4. Diare atau Sembelit

Normalnya, dua jam setelah makanan dicerna lambung akan kosong. Sisa makanan akan berpindah ke usus untuk dipadatkan menjadi feses. Namun, tidur setelah makan akan melambatkan proses pencernaan sehingga makanan akan terlalu lama “berdiam diri” dalam perut.
Timbunan makanan dalam perut yang tidak kunjung dicerna bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit, tergantung dari makanan apa yang masuk ke dalam perut kita.

5. Stroke

Tidur setelah makan membuat sistem pencernaan anda sulit untuk mencerna makanan. Ini artinya lambung membutuhkan asupan darah yang lebih banyak untuk memperlancar pekerjaannya.
Padahal, otak juga tetap membutuhkan asupan darah yang stabil meski kita sedang tertidur. Suplai darah yang terkonsentrasi menuju perut ini membuat otak bisa kekurangan oksigen. Dalam jangka panjang, bila kebiasaan ini terus dilakukan, otak bisa mengalami stroke.

Baca Juga:  Mengusir Kebosanan #dirumahaja, Salah Satunya dengan Menonton Film

Teori lainnya mengatakan bahwa risiko stroke akibat langsung tidur setelah makan terkait dengan peningkatan asam lambung yang menyebabkan sleep apnea, yang kemudian memicu stroke. Selain itu, setelah makan akan terjadi perubahan kadar gula darah, kadar kolesterol, dan tekanan darah yang mungkin dapat berdampak pada peningkatan risiko stroke. Jenis stroke yang berhubungan dengan kebiasaan tidur setelah makan adalah stroke iskemik yang terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah otak.

Lalu, apa sekarang solusinya?

Kalau memang rasa kantuknya tak tertahankan setelah makan sahur, usahakan untuk tidur setelah 2 jam usai makan sahur. Beri jeda waktu yang cukup untuk memberi kesempatan tubuh mencerna makanan yang baru dikonsumsi sebelum tidur. Bisa juga dengan mengakhirkan makan sahur. Malam sebelumnya tidur lebih awal, lalu saat bangun untuk sahur, tubuh sudah bugar. Sehingga saat selesai makan sahur, tak merasa mengantuk lagi karena kebutuhan tubuh untuk istirahat sudah terpenuhi sebelumnya.

Lakukan aktivitas dulu sebelum tidur lagi. Bisa dengan menunaikan shalat Subuh dulu, lalu berzikir, dan membaca Al Quran. Beri waktu tubuh untuk mencerna makanan yang baru kita konsumsi saat sahur. Baru setelah itu bisa tidur lagi.
Godaan untuk tidur lagi setelah sahur memang sangat berat apalagi jika kita punya kewajiban untuk bekerja atau melakukan aktivitas langsung di pagi hari. Niatkan puasa untuk ibadah dan jaga pola hidup dan pola makan dengan seimbang. Maka, bukan hal mustahil bulan suci ini akan memberi banyak berkah.

Semoga info ini bermanfaat dan selamat menjalankan ibadah puasa.

Penulis : Resti

Sumber :
https://www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/3539615/ini-dampak-buruk-tidur-setelah-sahur
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/puasa-ramadhan/waspada-langsung-tidur-setelah-sahur-ternyata-berbahaya/

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *